Chapter 15: Orang Baik

3K 153 4
                                    

Makanan yang mereka pesan sudah dating hingga membuat Jaco yang akan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Crist harus ia tunda terlebih dahulu. Hingga waiters sudah meletakkan semua pesanan mereka di meja dan pergi dari sana, baru Jaco menjawab apa yang ingin diketahui oleh Crist.

“Aku sebenarnya tak tahu yang soal sekretaris dulu-dulu apakah pernah diperlakukan sama seperti apa yang terjadi padamu tadi pagi, mungkin iya dan mereka memilih menyembunyikannya dariku. Namun mungkin aja tidak dan memang kinerja mereka yang buruk dan tidak bisa mengimbangi Mr. Sergio, aku tak tahu yang benar yang mana. Tapi, yang mungkin harus kamu ketahui Mr. Sergio itu sering gonta-ganti pacar.”

Crist mengerutkan dahinya heran mendengar ucapan Jaco yang terakhir. “Gonta-ganti pacar? Bukankah dia sudah menikah, lalu kemana ibunya Minny?” tanya Crist bingung dan tak habis pikir. Berarti bosnya ini tipe yang gemar selingkuh ya.

Jaco tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya. “Minny tak mempunyai ibu, dan sampai sekarang aku tak tahu ibu kandungnya siapa karena memang sedari kecil kemunculannya memang agak misterius. Karyawan kantor juga bingung ketika tiba-tiba bos kita mempunyai anak padahal belum nikah, namun kita berpikir ini agak buruk sebenarnya sih. Tapi, kita berpikir kalau Minny itu putri dari salah satu pacarnya yang sering gonta-ganti itu. Media juga tak tahu soal Minny yang putrinya Mr. Sergio setiap kebersamaan mereka Mr. Sergio seakan menutupinya. Bahkan tak sekali dua kali aku harus menyogok media agak menghapus berita yang membahas Minny dan Mr. Sergio dan tentu saja itu tidak murah.”

Kepala Crist mendadak pusing mendengar fakta-fakta yang ia dengar barusan. Sudah sering gonta-ganti pacar, bahkan sampai punya anak. Dan bosnya belum jera, jadi kemungkinan kemarin yang ia dengar waktu bersembunyi di kamar mandi adalah salah satu pacarnya dong.

“Kacau sekali,” gumam Crist.

“Haha ya begitulah kehidupan bos kita,” ucap Jaco yang mendengar gerutuan Crist.

Crist tertawa canggung karena ternyata gerutuannya terdengar oleh Jaco. “Tapi, apakah Mr. Sergio pernah punya pacar cowok?” tanya Crist.

Jaco menggelengkan kepalanya. “Tidak, sejauh ini yang selalu datang ke kantor selalu seorang perempuan. Tapi, balik lagi aku nggak tahu kalau diluar. Dan yang terakhir ini kemarin yang datang ke kantor itu seorang putri dari chef terkenal di Italy. Kalau nggak salah namanya Syeril, kayaknya dia selebgram juga karena dampak dari ayahnya yang begitu terkenal.”

“Aku harus apa dengan informasi yang begitu banyak ini,” gumam Crist tak habis pikir.

Gelak tawa Jaco mengudara “Aku pikir kau harus berhati-hati dengan Mr. Sergio, mungkin dia suka denganmu sampai bisa menciummu tiba-tiba seperti tadi,” ucap Jaco setelah tertawa puas.

Crist memejamkan matanya dan menepuk jidatnya. “Apa kau tidak jijik dengan seorang yang suka sesama jenis seperti ini?” tanya Crist pasalnya Jaco terlihat begitu santai ketika mengucapkan mungkin Sergio suka dengannya.

“Nggak kok, karena adikku juga seperti itu. Jadi, aku hanya ingin berpikiran kalau semua berhak mencintai meskipun gendernya sama. Dalam sebuah hubungan yang paling penting itu rasa percaya satu sama lain dalam menjalin kasih dengan cinta yang sama besarnya bukan timpang sebelah.”

Wow, begitu banyak fakta yang Crist dengan kali ini. Dia tak menyangka karena dia pikir Jaco sebelumnya tipe orang yang pendiam dan tak asik ketika diajak mengobrol. Ternyata dugaannya selama ini salah, Jaco justru tipe orang yang sangat baik dan enak diajak ngobrol. Open minded juga dengan sekitar.

“Dan entah apapun yang akan terjadi padamu dan Mr. Sergio kedepannya. Aku harap kau bisa lebih berhati-hati, dia itu sebenarnya baik dan murah hati asalkan kita menurut dengannya. Tapi, jika perintahnya begitu berat bagimu. Lebih baik kau tolak demi kebaikanmu juga,” saran Jaco bagaimanapun juga kalau bisa dia tak ingin harus berganti rekan kerja lagi. Karena sejauh ini Crist ini orang yang tanggap dalam berlajarnya, dan mudah beradaptasi dengan sekitar serta bisa mengimbangi cara kerja bos mereka. Jadi, dirinya tak harus dibebankan padanya sendiri.

“Oke, aku akan mencoba berhat-hati dengannya.”

“Kau bisa bercerita denganku, Crist. Tak perlu sungkan lagi, aku justru  akan senang kalau kau mau menceritakannya. Tapi, aku juga tak memaksa. Terserah denganmu, semoga kau nyaman bekerja disini ya.” Crist hanya tersenyum dengan saran yang diberikan oleh Jaco.

Usai makan siang, mereka berdua berjalan kembali ke kantor mereka bekerja. Apalagi Crist harus agak bersenang hati dan berterima kasih pada Jaco karena dia sudah mentraktirnya siang ini. Jadi, Crist bisa menghemat uangnya. Sambil sesekali mengobrol, kini mereka tak canggung satu sama lain seperti sebelumnya. Hingga tiba-tiba obrolan mereka harus terpotong ketika ada yang memanggil Crist.

“Crist!”

Crist dan Jaco sontak menoleh ke belakang untuk melihat darimana panggilan itu berasal. Dan menemukan pria yang tak lebih tinggi dari Crist berlari kearah mereka sambil tersenyum cerah dengan wajahnya yang riang itu.

“Kalau begitu aku masuk duluan ya, Crist.” Jaco pamit undur diri terlebih dahulu meninggalkan Crist yang menunggu temannya yang memanggilnya tadi.

“Kak Gian dari mana? Aku kira kamu makan di kantin karyawan.”

Gian menggelengkan kepalanya. “Tidak, aku habis makan siang bersama adik sepupuku karena kebetulan dia habis kuliah dan ingin mengambil barang yang tertinggal di apartemenku ketika dia menginap.”

“Oh, lalu dimana dia sekarang. Apakah langsung pulang habis kalian makan siang?” pasalnya Crist tak menemukan orang lain disini selain Gian.

“Nggak, dia ke apartemen mengambil barangnya. Kami makan siang sekalian dia mengambil kuncinya. Jadi, nanti kalau kamu pulang dan mungkin dia ada disana jangan kaget ya. Soalnya nanti mungkin aku lembur karena hari ini pekerjaanku banyak sekali,” ucap Gian yang frustasi sendiri membayangkan begitu banyaknya pekerjaannya.

“Oke, semangat deh nanti kamu kerjanya ya, Kak. Aku yakin kamu kuat.” Mungkin tidak bisa meringankan begitu banyak pekerjaan Gian, namun ia harap semangat yang ia berikan pada Gian bisa membuat pria itu bisa bersemangat dalam mengerjakan tugasnya.

“Hahaha, iya. Kamu tadi terlihat sudah akrab dengan Mr. Jaco.”

“Ya seperti itulah, aku pikir dia orang yang agak sulit didekati. Ternyata dugaanku salah selama ini.”

“Makanya jangan berburuk sangka pada orang lain.” Crist nyengir saja.

“Nih, aku tadi membelikanmu buble gum. Tadinya aku ingin mengantarkannya ke meja kerjamu. Tapi, berhubung sudah bertemu ya sudah ga jadi ke sana.” Gian memberikan minuman itu pada Crist.

“Aduh, kenapa membelikanku, Kak. Lain kali jangan ya, sudah cukup aku merepotkanmu dengan tinggal denganmu, aku bingung membalasnya nanti,” ucap Crist sungkan sendiri mendapat perlakuan yang begitu baik dari Gian.

“Tak apa, nggak usah dipikirkan. Ya sudah aku kerja dulu, kamu juga semangat kerjanya. Sampai ketemu nanti.” Gian melambaikan tangannya dan pergi dari hadapannya.

Crist sangat bersyukur bertemu dengan Gian dalam hidupnya. Pria itu sangat bermurah hati dengannya, padahal mereka adalah orang asing yang tak terikah darah satu sama lain. Dia harap hidup Gian selalu bahagia kedepannya.

.
.
.
.
.
.
.

Gian Laxendro

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gian Laxendro


Terkadang mendapat orang-orang baik di sekitar kita juga sebuah rezeki

Jangan lupa tinggalin jejak ya 😉
Kalau tembus 50 komen aku double up deh
draft nya udah banyak loh 🤭

See you next chapter
29 April 2024

The Seductive Boss Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang