Chapter 11: Vitamin

3.5K 178 20
                                    

Hampir sebulan lamanya Crist telah bekerja di Jinx SR, dan sejauh ini terkait pekerjaannya semua berjalan normal. Dia bisa mengimbangi pekerjaan yang diberikan untuk dirinya. Bahkan Jaco  sempat memujinya karena bisa bertahan hingga sebulan ini. Padahal karyawan sebelumnya saja bertahan hanya 2 minggu, bukankah itu sebuah kemajuan.

Namun meskipun demikian ada hal lain yang bukan dari bagian pekerjaannya harus ia lakukan hampir setiap hari. Entah itu di waktu pagi, siang, atau malam hari dia harus melayani keinginan bosnya, Sergio. Yang selalu mengajaknya berciuman dengan penuh gairah dan hawa nafsu yang cukup tinggi serta menggebu-gebu. Apakah Crist pernah menolaknya karena itu melanggar kode etik kerja? Tentu saja, bahkan ia sampai memohon untuk mengundurkan diri saja daripada ia menjadi seperti seorang pelacur.

Sayangnya dia tak bisa karena sudah tanda tangan kontrak dengan Sergio yang mana di dalamnya berisi harus menuruti apa saja yang diperintahkan oleh bosnya, tanpa boleh menolaknya sama sekali. Dulu Crist pikir itu hanyalah hal yang bersangkutan dengan pekerjaan yang mungkin dibawah tekanan target yang harus ia capai. Namun, ternyata itu mempunyai makna lain di dalamnya. Omg! Crist masuk ke sarang singa sekarang, dia tak bisa keluar.

Masalahnya kalau harus setiap hari Crist melayaninya dia bisa gila lama-lama, orientasi sexualnya bahkan sekarang mungkin sudah menyimpang akibat sentuhan-sentuhan sensual yang diberikan oleh bosnya. Dia tak ingin menyimpang karena pada dasarnya ia ingin hidup seperti orang tuanya yang mempunyai sebuah keluarga dan anak-anak yang lucu. Sempat Crist menangis karena takut apakah mimpinya hidup normal akan pupus. Laki-laki boleh menangis bukan? Dia juga manusia biasa, namun ketika teringat pesan orang tuanya kalau laki-laki harus kuat. Dengan segera ia menghapus air matanya,

Pada akhirnya dia harus menjalani pekerjaan ini dengan setengah hati, keluar tak bisa tapi disini bagai terkurung dalam sangkar.

“Crist, kau dipanggil sama Mr. Sergio,” tegur Jaco pada Crist yang sedari tadi melamun di meja kerjanya.

Seketika Crist bangkit dari lamunannya dan tergugu menoleh pada Jaco yang menatapnya dengan misterius. “Eh, iya.” Crist langsung bangkit dari duduknya dan merapikan bajunya.

“Apa yang kau pikirin? Apa kau ada masalah Crist?” tanya Jaco dengan heran.

Crist hanya tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya. “Nggak ada kok,” ucap Crist yang bohong padahal dia memikirkan hidupnya yang terasa berantakan.

“Oke, kalau ada masalah kau bisa bercerita denganku. Sudah sana masuk ke ruangan,” ucap Jaco.

“Siap.”

Crist menarik nafasnya terlebih dahulu mengenyahkan segala pikiran yang mengganggu dan mengetuk pintunya. Usai terdengar ucapan kalau dirinya diizinkan masuk ke dalam, Crist langsung membuka pintunya dan berjalan masuk ke sana.

“Pintu kuncinya, Crist,” titah Sergio sambil masih fokus pada dokumen yang ada di depannya.

Crist yang awalnya akan berjalan maju menuju bosnya, akhirnya berbalik badan lagi dan menutup pintu itu serta menguncinya dari dalam. Kalau sudah begini Crist harus lebih berlapang dada dengan apa yang terjadi setelah ini didalam ruangan ini. Pasalnya Crist mulai hafal kalau pintunya terkunci Sergio akan meminta ciuman rutin yang hampir tiap hari bosnya inginkan, mendadak kepala Crist merasa pusing sekarang.

“Ada yang bisa saya bantu, Mr?” tanya Crist ketika dirinya sudah berdiri di depan meja bosnya.

“Pijat kepalaku, saya pusing.” Bolehkah Crist bernafas sedikit lega sekarang karena pikirannya dengan kenyataan tak sejalan. Dia tersenyum sangat tipis dan mulai melaksanakan perintah bosnya.

Dengan perlahan Crist memijat kepala Sergio dari belakang dengan bosnya yang masih fokus membaca dokumennya. Cukup lama  dia memijatnya hingga secara tiba-tiba gerakannya harus terhenti akibat ucapan yang dilontarkan oleh Sergio barusan.

The Seductive Boss Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang