Saat jam pulang Crist langsung membereskan barangnya, agar ia bisa langsung pergi dan tak bertemu dengan Sergio yang masih terdengar berdebat dengan Syeril. Dia tak ambil pusing toh itu masalah bosnya.
“Mau kemana Crist kok buru-buru banget,” ucap Jaco pada Crist yang sudah bersiap pulang.
“Hehehe mau ketemu temen, soalnya udah ditunggu.” Tak mungkin dia juga berterus terang menghindari Sergio juga. Apalagi sepertinya emos Sergio sedang tinggi, yang ada tubuhnya yang akan menjadi korban. Ah, Crist tak mau badannya saja masih terasa sakit-sakit.
“Oh yaudah, jangan lupa rekapan yang aku minta dikerjain ya. Soalnya mau aku ajuin ke Mr Sergio besok.”
“Oke, aku duluan ya.”
Setelahnya Crist pergi dari sana dan ketika di lobby bertemu dengan Cedric yang juga akan pulang.
“Mau kemana Crist? Kok kayaknya buru-buru banget.”
“Eh, mau ke gelato soalnya temenku pengen ke sana.”
“Wah, aku juga suka banget. Boleh ikut nggak ya?” tanya Cedric dengan wajahnya yang memelas ingin ikut.
Crist ingin menolak karena takutnya Felix tidak nyaman. Namum, melihat wajah Cedric yang sepertinya sangat ingin itu membuat dirinya tak tega untuk menolaknya.
“Baiklah, ayo kalau gitu.”
Pada akhirnya Crist mengajaknya, dia nanti akan menjelaskannya pada Felix. Semoga adik kecilnya itu tak masalah karena ketambahan Cedric bersama mereka.
Cedric juga langsung senang karena akhirnya diajak oleh Crist, walaupun dia sedikit memaksa awalnya. “Ya udah aku ambil mobil dulu. Kamu tunggu sini.”
Sepanjang perjalanan yang tak jauh itu diiringi dengan suka cita Cedric yang akhirnya karyanya terpilih oleh Sergio waktu itu. Dia begitu senang karena itu untuk pertama kalinya design-nya sendiri yang terpilih. Karena dia juga belum lama ada disini, dan biasanya dia hanya membantu rekan-rekannya yang lain. Sebelumnya memang dia masuk disini sebagai pelengkap jika designer utama kewalahan. Makanya dia tak menyangka kalau karyanya terpilih.
“Aku juga turut senang waktu itu, semoga kamu makin semangat kerjanya.”
“Iya nih, nggak nyangka banget. Padahal aku merasa masih banyak yang lebih bagus loh daripada punyaku.”
“Berarti ini memang bagian kamu untuk bersinar.”
Tak lama mereka sampai ke tempat tujuan mereka. Felix sudah mengabarinya lewat chat kalau ia sudah sampai duluan dan sudah memesan juga. Jadilah kini ia memesan dengan Cedric dan setelahnya menghampiri Felix.
“Maaf ya nunggu lama, agak macet dikit tadi.”
“Nggak apa-apa kok, Kak. Kamu bawa siapa tuh kak, bening gitu.” Antara terlalu jujur dan berani ya Felix mengatakan hal tersebut padahal ada Cedric di depannya.
Crist tertawa dibuatnya, ada aja kelakuan adik sepupu Gian ini. “Kenalin ini namanya Cedric, kebetulan dia kerja juga di Jinx SR. Dan tadi dia pengen ikut karena pengen nyoba gelato disini. Nggak apa-apa kana tau kamu keberatan ada orang lain.”
“Hehe nggak apa-apa kok, Kak. Santai aja.”
“Hai, aku Felix.” Sambil mengulurkan tangannya Felix mengajak berkenalan Cedric yang untungnya disambut dengan ramah.
“Salam kenal ya, Felix.”
Gian tidak bisa ikut karena sedang pergi dengan pacarnya. Makanya dia tak menyusul.
Dering ponsel Crist berbunyi hingga ia bangkit dari duduknya meninggalkan dua pemuda yang baru berkenalan itu. Crist keluar dari tempat itu dan mengangkat telefonnya.
“Halo ada apa?” tanya Crist ketika sambungan itu terhubung.
“Di mana kamu? Kok sudah nggak ada di mejamu?” tanya seseorang di sebrang sana.
“Kembali sekarang, aku butuh kamu.”
“Nggak mau, aku sudah mutusin. Setiap hari senin selasa aku pulang. Jadi, nanti aku nggak ke sana. Sudah ya aku mau nyari makan.” Tanpa menunggu jawaban di sebrang telefon Crist dengan berani menutup sambungan itu.
Paling besok dia akan sedikit dimarahi karena mengabaikannya. Tak masalah dia bisa menahannya, di gempur saja Crist masih hidup walaupun hampir sekarat sih. Tapi ia yakin dirinya bisa.
Dia berjalan masuk ke dalam dan menghampiri mejanya, dan siapa sangka Felix dan Cedric terlihat begitu asyik mengobrol. Dia jadi merasa tak bersalah karena sudah membawa Cedric bersamanya.
“Temenmu aneh, Kak. Masa dia suka makan es krim pake saos. Orang gila mana yang ngelakuin itu,”
“Nggak aneh, enak tahu. Nyoba deh sesekali, rasanya tuh perpaduan manis, dingin, sama pedas. Wah, itu enak banget bikin seger juga,” ucap Cedric meyakinkan kalau kesukaannya itu enak.
“Mana ada kayak gitu, nggak cocok lah. Es krim kok dipaduin sama es.” Felix masih saja tak terima dengan pemikiran Cedric.
“Udahlah, mungkin itu memang kesukaannya Cedric.” Crist berusaha menengahi agar mereka berdua tak berdebat.
Cedric menjulurkan lidahnya karena dibela oleh Crist. Itu membuat Felix agak kesal dengannya malah. Tapi itu justru membuat Crist tertawa, padahal waktu masuk tadi mereka asyik berdua. Lalu kenapa sekarang malah saling berdebat.
Gelato mereka sudah habis, jadi mereka memutuskan untuk pulang. Awalnya Crist dan Felix ingin naik taksi saja. Namun, Cedric menawarkan bantuan untuk mengantarkan mereka sebagai ucapan terima kasih karena sudah emngijinkan dirinya ikut.
Awalnya Crist ingin menolak karena sungkan jika merepotkan Cedric terus yang sering memberinya tumpangan. Tapi adik kecilnya ini langsung menerimanya tanpa persetujuan Crist, katanya hitung-hitung hemat ongkos pulang.
Wah, cerdas sekali memang. Crist duduk di belakang karena ia ingin tidur sebentar. Kepalanya mendadak agak pusing belakangan ini. Jadilah Felix di depan menemani Cedric menyetir.
“Jelek banget playlist-nya, lagu lama semua,” cibir Felix ketika baru masuk ke dalam mobil.
“Felix!” tegur Crist dengan mulut adik kecilnya yang gak terkontrol itu.
“Ganti aja kalau mau sambungin sama hp mu.” Untungnya Cedric bukan tipe orang yang sakit hati. Makanya dia langsung menyarankan itu.
“Duh, maaf ya Cedric. Mulut Felix emang minta di sekolahin,” ucap Crist yang sungkan.
Sedangnkan Felix sudah sibuk sendiri dengan ponselnya memilih lagu yang kira-kira cocok menemani sambil berkendara pulang.
Cedric tertawa dan berkata, “Duh, nggak apa-apa Crist. Emang playlist gue jarang yang suka kok.”
Sepanjang perjalanan diisi dengan Felix yang karokean mengikuti lagu yang terputar di mobil. Sedangkan Crist sudah tertidur sejak tadi dan Cedric menyetir sambil sesekali mengobrol dengan Felix yang asik sendiri.
.
.
.
.
.Waduh kayaknya ada yang ehem ehem
Jangan lupa buat selalu ninggalin jejak ya baik itu vote ataupun komen
See you next chapter
KAMU SEDANG MEMBACA
The Seductive Boss
FantasyAda hal yang seharusnya tak mereka lakukan, jarak yang memang harus ada diantara keduanya. akibat sebuah malam yang penuh gairah membuat semuanya menjadi begitu kacau. Kehidupan yang awalnya penuh dengan kebahagiaan serta keceriaan dan seharusnya b...