Chapter 48: Accident

2.5K 152 313
                                    


Baru akan beranjak dan melanjutkan jalan kaki untuk pulang. Crist dan Calvin tiba-tiba terkejut dengan kedatangan mobil berwarna hitam yang berhenti di bahu jalan. Ia mengerutkan keningnya siapakah orang yang menumpanginya karena berhenti tiba-tiba dari yang awalnya menggunakan kecepatan cukup tinggi.

Ketika pintu mobil itu terbuka dan menampakkan beberapa orang yang berpakain hitam dan tertutup membuat Crist terkejut karena menghampiri dirinya dan Calvin. Ia mundur dengan Calvin yang ia gendong.

"Mau apa kalian?"

Tanpa menjahawab pertanyaan Crist. Orang yang berjumlah 3 orang itu merebut Calvin dari dekapan Crist. Dua orang memeganginya dan satu orang mengambil Calvin dengan paksa.

"Papa!" teriak Calvin ketakukan.

"Lepaskan, kembalikan anakku!"

Kejadiaannya begitu cepat ketika Calvin sudah berhasil mereka ambil, dua orang tadi mendorong Crist hingga terjatuh, dan dua orang tadi ikut masuk ke dalam mobil dan langsung melesat pergi.

Dengan sekuat tenaga Crist bangkit dan mengejarnya, hingga ia tak sadar berlari di jalan raya. Hingga tanpa ia ketahui ada mobil yang melaju begitu kencang di belakangnya.

Suara dentuman yang begitu keras itu terjadi dalam hitungan detik, Crist yang menjadi korban tabrak lari itu sampai terseret beberapa meter

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara dentuman yang begitu keras itu terjadi dalam hitungan detik, Crist yang menjadi korban tabrak lari itu sampai terseret beberapa meter. Kepalanya terdapat luka yang mengucur deras darahnya. Hingga banyak orang langsung berkerumun.

Sergio menyaksikan apa yang terjadi didepan matanya sendiri. Ia tadi sudah turun dari mobilnya dan akan membantu Crist melawan orang yang menculik Calvin, namun karena ia berada terlalu jauh. Sergio telat membantu, apalagi ketika melihat Crist tertabrak di depan matanya sendiri hingga terpental cukup jauh.

Dia sempat mematung beberapa saat, jantungnya seperti berhenti begitu saja. Dan ketika banyak orang yang mulai berkerumun, ia langsung berlari dengan cepat menghampirinya.

"Crist!" teriak Sergio menerobos masuk kerumunan yang mengerubunginya.
Ia membawa kepala Crist yang penuh darah itu ke pangkuannya. "Sayang, kenapa bisa seperti ini!" teriak Sergio penuh dengan frustasi. Air matanya mengucur deras tak tega melihat keadaan Crist yang begitu hancur.

Ia langsung dihadapkan dua kejadian dalam waktu bersamaan. Putranya entah diculik siapa, dan Crist tiba-tiba jadi korban tabrak lari. Semua ini seolah sudah direncanakan, itu terjadi dengan begitu cepat. Banyak orang yang menatap iba pada Sergio dan Crist, mereka ikut menangis mendengar tangisan pilu Sergio yang sangat menyakitkan. Serta tak tega dengan keadaan Crist yang cukup parah.

Untungnya Sergio masih menugaskan orang suruhannya untuk selalu mengikuti kemana Crist dan Calvin. Jadi mereka langsung mengejar mobil yang membawa Calvin.

Tak lama ada ambulance yang datang, Crist diangkat ke brankar. Sergio ikut masuk ke dalam ambulance untuk menemani Crist. Sergio sempat marah-marah karena ambulance yang membawa Crist berjalan lambat karena macet. Namun, petugas juga tak bisa berbuat banyak. Mereka hanya mencoba secepat yang mereka bisa.

Perawat memasangkan infus di tangan Crist dan memasang uap udara di hidungnya. Agar Crist bisa tetap terjaga sebelum mendapatkan penanganan di rumah sakit.

"Honey, sayangku, cintaku, kasih hatiku tolong bertahan ya. Jangan tinggalkan aku sendirian," pinta Sergio dengan penuh harap, ia memegang jemari Crist dengan begitu kuat. Air matanya tak hentinya mengalir.

Kini ia menyesal mengapa ia tak mengantarkan Crist dan Calvin saja tadi. Mungkin jika ia mengantarkannya tadi mereka tak akan mendapatkan musibah seperti ini. Sekarang pasti mereka masih tertawa riang berdua.

Memang mungkin pasti Crist akan menolaknya, dan memakinya karena mendekat ke mereka. Tapi, tak apa bagi Sergio asalkan mereka masih sehat. Kalau sudah dalam keadaan begini ia hanya bisa menyesal karena tak berani bertindak tegas.

Sampai di rumah sakit Crist langsung dibawa ke Emergency Room. Sergio dengan panik mondar-mandir menunggu di depan ruangannya. Mulutnya sedari tadi tak diam berdoa dan berharap semoga Crist baik-baik saja di dalam. Meskipun itu terlihat tak mungkin melihat begitu banyaknya darah yang keluar dari tubuhnya tadi.

Kemeja Sergio saja yang awalnya putih bersih kini terlihat sangat kotor dengan bercak darah dimana-mana karena dia tadi mendekap dengan begitu erat tubuh Crist. Ia takut, takut kehilangan Crist untuk kedua kalinya.

Baru saja mereka bertemu beberapa hari yang lalu, ia tak bisa membayangkan kalau harus berpisah kembali dengan Crist-nya. Dunianya pasti akan benar-benar hancur saat itu juga, lebih baik mereka asing namun Crist masih tetap hidup di belahan bumi lain. Daripada mereka harus terpisah dengan maut dan berbeda alam.

"Crist, aku mohon bertahanlah. Ada Calvin yang harus kita besarkan, sayang," gumam Sergio yang takut sendiri dengan segala pikiran buruknya, ia berharap itu tak kejadian tentunya. Tak berselang lama dokter keluar dari sana dan Sergio yang melihatnya langsung menghampirinya untuk menanyakan bagaimana keadaan Crist.

"Sampai sekarang Mr. Crist belum sadar, namun kita butuh persetujuan keluarganya untuk melakukan operasi karena bahunya retak cukup parah dan harus segera dilakukan tindakan untuk mencegah sesuatu yang tidak diinginkan."

Sergio mengangguk ribut memperbolehkan dokter melakukannya. "Lakukan apapun dok, yang penting tunangan saya selamat," ucap Sergio menyetujuinya.

"Baiklah tolong tanda tangani surat persetujuan ini, dan Anda bisa melengkapi administrasinya di depan. Agar kami bisa segera bertindak." Tanpa kata Sergio langsung hengkang dari sana untuk menyelesaikan administrasinya agar Crist bisa segera di tolong.

Tak lama Crist langsung dibawa ke ruang operasi agar bisa segera di tolong. Sergio terduduk sendirian di luar menunggu Crist ditangani. Handphone-nya tiba-tiba bunyi menampilak nama seseorang yang tak ingin ia angkat, namun orang it uterus menelfonya. Kira-kira apa yang ia mau sebenarnya, ia sedang pusing dan cemas mengapa ada saja orang yang menguji emosinya.

.
.
.
.
.
.
.

Kira-kira Crist selamat nggak ya?

siapa yang nyulik Calvin?

Siapa yang nelfon Sergio?

wkwkwk silahkan ditebak semuanya, kalau ada yang bener aku langsung up 🤭

See you next chapter everyone 😗

The Seductive Boss Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang