Sergio mengajaknya ke sebuah pertunjukan oskestra yang menampilkan Ludovico Einaudi. Sudah sangat lama Crist ingin melihat penampilan sang maestro, namun ketika mengadakan di Milan dia sedang tak punya tabungan.
“Aku tak akan melupakan hal ini sepanjang hidupku. Ini Experience yang sangat luar biasa,” ucap Crist takjub sendiri. Melihat lantunan symponi yang dimainkan dengan begitu indah itu membuat Crist jatuh cinta. Ia seakan berada di dunia lain.
Sergio tersenyum melihat itu. Dia tak menyangka Crist akan menyukainya karena ini juga salah satu favoritnya. Setiap Ludovico Einaudi mengadakan concert-nya, Sergio akan selalu datang dan melihatnya. Baginya lantunan yang dimainkan mereka bagai dawai yang sangat merdu hingga menembus hatinya yang sekeras batu.
Jika biasanya ia datang seorang diri, kini ia mendapatkan patner yang bisa ia ajak ketika ingin menontonnya.
Orang-orang mulai berdatangan dan masuk ke dalam hall yang begitu besar ini. Pertanda pertunjukannya akan segera di mulai. Crist tersenyum kegirangan ketika melihat satu persatu pada duduk di depan alat musiknya. Dia tak sabar melihat penampilan mereka secara langsung dengan kedua matanya sendiri. Dia tak pernah menyangka bisa menyaksikannya sendiri.
Ketika denting piano mulai berbunyi, di sambung dengan biola yang mengalun merdu hingga berpadu menjadi sebuah irama yang begitu indah itu membuat air mata Crist menetes tanpa ia kira.
“Mi corazón se puso chiquito y toda mi mente se quedó en blanco, solo la música flotaba y soňando con estar ahĭ, viva.”
“Ti porteró ogni volta che hanno un concerto.” Crist langsung menoleh ke samping karena Sergio membalas gumamannya. Dengan senyuman tipis ia menganggukan kepalanya dan berkata. “Thanks.”
Mereka menikmati alunan musik yang begitu merdu. Tak hanya mereka yang sampai menitihkan air mata, ada beberapa orang juga yang melakukan hal yang sama. Pertunjukkan itu selesai tak terlalu larut.
“Terima kasih sudah mengajakku melihat tadi,” ucap Crist saat mereka sudah sampai di tempat mereka menginap.
Sergio hanya menganggukkan kepalanya dengan kepalanya menunduk fokus pada ponselnya entah melihat apa. Karena Crist tak ingin menganggu dia beranjak dari ruang tengah menuju kamarnya. Dia ingin membersihkan tubuhnya agar bisa beristirahat dengan nyenyak.
Dia berendam sembari menikmati lilin aroma terapi yang menguar ke seluruh kamar mandi itu sangat wangi. Crist memejamkan matanya menikmati suasana ini. Namun, matanya langsung terbuka ketika mendengar pintu kamar mandinya terbuka.
Matanya membola melihat penampakan Sergio yang sudah bertelanjang dada di sana. “Apa? Kamu mau mandi? Kamar mandi di kamarmu rusak?” tanya Crist.
Sergio menggelengkan kepalanya, lalu setelahnya menutup kembali pintu kamar mandinya lagi. Itu membuat Crist mengerutkan keningnya karena merasa aneh dengan perilaku Sergio. Namun, dia memilih mengacuhkannya mengabaikan itu dan kembali memejamkan matanya kembali menikmati berendamnya.
Sayangnya lima menit setelahnya pintu kamar mandi itu kembali terbuka menampakkan Sergio yang datang dengan dua gelas berisi anggur. Dia memberikannya pada Crist agar memeganginya sedangkan Sergio melepaskan celananya hingga menampakkan kejantanannya yang terkulai besar dan panjang padahal belum ejakulasi.
Crist langsung memalingkan wajahnya malu melihat itu, padahal Crist sudah merasakannya. Namun, tetap saja ia malu kalau harus melihatnya langsung seperti sekarang.
Air dalam bathup bergoyang pertanda Sergio masuk ke dalamnya. Crist beringsut agak ke depan karena Sergio memilih duduk di belakang tubuhnya. Dengan manja Sergio memeluk Crist dari belakang sembari menumpukkan kepalanya di pundak Crist.
Tangan Crist agak bergetar akibat usapan Sergio di tubuhnya, gerakannya begitu lembut hingga membuatnya merinding. Tak sadar dua gelas di tangannya sampai isinya ada yang sedikit tumpah.
Sergio terkekeh melihat itu, ia mengambil satu gelasnya. “Minumlah, itu membuat tubuhmu hangat,” ucap Sergio.
“Aku nggak bisa minum alkohol,” jawab Crist sungkan padahal Sergio sudah mau repot mengambilkan untuk dirinya juga.
“Kenapa memangnya?” tanya Sergio penasaran.
Haruskah Crist menjawab jujur, pasalnya kalau dia minum minuman yang mengandung alkohol. Dia tak bisa mentolerir dirinya sendiri yang akan langsung mabuk seketika, dan yang paling penting dia akan melakukan hal-hal di luar nalar. Bagaimana kalau dia melakukan hal yang enggak-enggak pada bosnya. Itu akan sangat berbahaya.
“Tingkat toleransi tubuhku pada alkohol hanya 5% jadi ketika aku meminumnya aku akan langsung mabuk saat itu juga.” Pada akhirnya Crist berbicara apa adanya.
“Tak apa, ada aku disini. Minumlah! Aku akan mengurusmu nanti.” Sergio penasaran dengan apa yang akan dilakukan oleh Crist ketika pria itu mabuk. Makanya ia menyuruh Crist untuk meminumnya.
“Tapi ....” Crist ragu untuk meminumnya.
“Minumlah, Honey!” ucap Sergio sembali memeluk tubuh Crist agak erat memberikan usapan di tubuh Crist yang begitu halus.
Crist menelan ludahnya sendiri, nyatanya ia memang tak bisa menolak perintah Sergio. Dia menenggaknya dengan perlahan, aliran panas itu mengalir ke tenggorokannya membuat Crist memejamkan matanya.
“Enak kan Honey.” Suara lembut itu mengalun merdu di telinga Crist hingga Crist seakan terbuai begitu saja dan menganggukkan kepalanya.
Tangan Sergio yang sedari tadi hanya mengelus perut Crist, kini sudah mulai turun ke bawah. Menyentuh milik Crist yang terkulai di bawah air. Mengurutnya dengan perlahan agar Crist bisa menikmatinya.
“Euuunngghh ...,” desahan Crist mulai mengudara dibuatnya. Kepalanya ia lempar kebelakang dan tangannya mencengkram pinggiran bathup dengan begitu kuat.
“Lebih cepat, Gio,” pinta Crist dengan dadanya yang mulai naik turun. Sepertinya kesadaran Crist mulai terenggut akibat meminum tadi hingga berani meminta hal itu pada Sergio.
“Aw, apakah ini sangat enak Honey?” tanya Sergio sembari tangan satunya memilin niple Crist memberikan rangsan. Itu membuat Crist bergerak tak karuan hingga air bathup yang semula tenang kini bergerak tak tentu arah hingga keluar.
“Yasshh, ini sangat nikmat. Permainan tanganmu memang gak pernah gagal. Sentuhanmu selalu membuatku gila, Gio!” Mungkin saat sadar Crist tak akan berani mengatakan hal itu.
Sergio serasa ingin gila juga melihat Crist yang meracau kenikmatan itu membuat dirinya terangsang. Bagian bawahnya bahkan sudah berdiri tegak tanpa disentuh.
.
.
.
.
.Sepertinya malam ini akan terulang kembali malam panas yang penuh gairah.
Waaahhhhh otak sergio nih ga jauh-jauh dari sana ya wkwkwkSemoga kuat ya Crist
Jangan lupa selalu tinggalkan jejak ya baik itu vote maupun komen. Itu sangat berarti biar aku semangat hehehe.
See you next chapter
DOUBLE UP NGGAK NIH???
KAMU SEDANG MEMBACA
The Seductive Boss
FantasyAda hal yang seharusnya tak mereka lakukan, jarak yang memang harus ada diantara keduanya. akibat sebuah malam yang penuh gairah membuat semuanya menjadi begitu kacau. Kehidupan yang awalnya penuh dengan kebahagiaan serta keceriaan dan seharusnya b...