Crist memasuki rumahnya dengan nafas yang memburu. Ia menyandarkan badannya di pintunya. Rasa takut tiba-tiba menyergap dirinya setelah bertemu dengan Sergio, apalagi kalau pria itu bertemu dengan Calvin entah apa yang akan ia lakukan. Karena dulu ia pernah bilang kalau tak ingin mempunyai anak lagi.
“Papa kenapa?” tanya Calvin pelan.
Seketika Crist merubah mimik
wajahnya dan berganti senyum manis, ia merendahkan badannya untuk menyamakan tingginya dengan Calvin. Ia membawa Calvin dalam dekapannya.“Papa nggak apa-apa kok sayang, kamu sudah makan?”
“Belum, Crist. Aku baru saja selesai masak nih.” Tiba-tiba Gian datang sambil membawa sepiring makanan untuk Calvin.
“Loh masih di sini, Kak. Aku kira kamu udah pulang.” Hari ini memang Calvin nggak Crist titipkan ke daycare karena ada Gian yang masih mau main dengannya.
“Mana mungkin aku meninggalkan Calvin sendirian di rumah, Crist. Jadi, aku menunggumu sampai pulang saja.”
“Oh terima kasih ya, Kak. Maaf merepotkanmu terus,” ucap Crist yang sebenarnya sungkan.
Pasalnya kehadiran Gian memang seperti penyelamat dalam hidupnya. Sejak ia mengandung Calvin, Gian selalu ada untuknya. Bahkan rela resign demi menemani dirinya disini. Namun, tahun lalu Gian menikah dengan Ojum makanya tidak tinggal lagi dengannya.
“Nggak apa-apa santai aja sih. Eh, aku mau cerita sesuatu deh, tapi ini agak sensitif sih bagi kamu. Gimana?”
Takutnya Crist tak mau mendengarnya karena ini ada sangkut pautnya dengan masa lalunya.
“Apa memangnya ya, Kak?” tanya Crist sambil menyuapi Calvin makan dan anteng karena sambil menonton televisi.
Sebenarnya ia ragu, namun sepertinya Crist harus tahu. “Tadi pagi waktu aku sama Calvin pergi ke super market kami bertemu dengan Sergio. Dia membelikan Calvin beberapa mainan karena dia pikir Calvin adalah putraku.”
Crist membatu mendengar nama itu kembali. Apakah ini benar-benar masanya yang akan bertemu kembali dengan masa lalunya yang tak lain dan tak bukan adalah ayah dari Calvin.
Ia menatap Calvin yang fokus dengan tontonannya. “Kak, sebenarnya tadi sebelum pulang aku juga nggak sengaja ketemu sama dia.” Kini justru Gian yang kaget mendengar itu.“Terus gimana? Dia ngikutin kamu nggak? Nyakitin kamu juga nggak?” tanya Gian khawatir.
Crist menggelengkan kepalanya. “Nggak, dia nggak nyakitin aku kok. Hanya saja tadi sempet debat sedikit. Tapi, ketika dia lengah aku langsung kabur aja deh. Semoga aja dia nggak buntutin aku ya,” ucap Crist penuh harap karena kalau Sergio mengikutinya, cepat atau lambat pasti dia akan bertemu dengan Calvin dan ia tak mau hal itu terjadi.
Luka dihatinya masih belum sembuh sepenuhnya dan bayangan kesakitannya di masa lalu masih terekam jelas dalam benaknya.
Sedangkan di tempat lain Sergio sedang rebahan diranjangnya yang luas serta memikirkan cara bagaimana agar dirinya bisa dekat dengan Crist. Sergio sungguh bahagia hari ini dapat kembali bertemu dengan Crist. Senyuman tidak luntur dari wajahnya sejak tadi pertemuannya dengan orang yang selama ini dicarinya.
“Bagaimana agar hatimu terbuka untukku Crist, sebenarnya apa yang terjadi denganmu hingga kau bisa disini?” gumam Sergio berbicara sendiri.
Sergio bingung sekarang harus mendekati Crist dengan cara apa, karena seperti yang dilihatnya tadi Crist seolah bersikap sangat sulit untuk disentuh hatinya.
Gaya bicaranya yang kasar membuat Sergio semakin heran. Crist seperti menyembunyikan sesuatu dengan Sergio karena tadi terus menghindar darinya. Seolah Sergio adalah hama yang harus dijauhi.
Sergio akan berusaha sekuat tenaga untuk menaklukan Crist agar dia bisa menjadi miliknya. Sergio akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan hati Crist.
Sergio memutuskan untuk tidur agar besok lebih segar, perjuangannya akan sangat berat untuk mendapatkan hati Crist. Jadi, Sergio butuh stamina yang bagus agar kuat untuk berjuang.
“Tunggu aku, Honey. Aku pastikan kita akan bersama lagi,” gumam Sergio dengan penuh semangat. Ia sudah tak sabar mendapatkan Crist dalam genggamannya lagi.
Sergio menelfon Jaco terlebih dahulu. “Halo Jaco, besok aku nggak jadi pulang ya karena ada urusan yang harus aku selesaikan disini.”
Jaco yang mendengar itu tentu saja terkejut, masalahnya ada meeting penting 2 hari lagi. “Lalu Anda pulang kapan ya, Mr? Soalnya dua hari lagi Anda ada meeting penting.”
“Belum tahu, untuk dua minggu kedepan kosongkan jadwalku.
“Tapi, Mr ...” belum sempat Jaco menyelesaikan apa yang ia ucapkan. Sergio sudah lebih dulu menutup telefonnya secara sepihak. Dia juga heran mengapa bosnya yang work holic itu tiba-tiba membatalkan meetingnya. Pasti ada sesuatu disana, namun Jaco nggak tahu juga apa itu.
“Yang paling penting sekarang adalah Crist, untuk yang lain nanti dulu aja deh.”
Sergio bangkit dari rebahannya dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Ia ingin mencoba peruntungannya lagi untuk menemui Crist, siapa tahu berhasil. Atau kalau tidak yang penting ia bisa melihatnya, meskpun dari jauh juga tak masalah bagi Sergio. Itu sudah mengobati kerinduannya yang sudah sangat lama ia tahan.
Sergio menemui orang suruhannya untuk memantau Crist dari jauh. “Bagaimana apa ada yang mencurigakan, dia nggak pindah rumah kan?” tanya Sergio memastikan.
“Nggak kok, bahkan dari sore Crist nggak keluar rumah sama sekali.”
“Baiklah kalau begitu, tetap pantau ya. Kalau ada pergerakan mencurigakan langsung kabari aku segera.”
Awalnya Sergio kesini untuk bertamu ke rumah Crist, namun ia mengurungkan niatnya karena takut Crist merasa tak nyaman dengan kehadirannya. Dia sepertinya harus bersabar agak lama sekarang untuk bertatap muka langsung dengan Crist-nya.
.
.
.
.
.
.
.waduh ternyata gio dah ketemu Avin tapi gatau avin anaknya. kira-kira kalau tau dia gimana ya 🤭
kalian kenapa rajin banget ya spamnya 😭
see you next chapter
KAMU SEDANG MEMBACA
The Seductive Boss
FantasyAda hal yang seharusnya tak mereka lakukan, jarak yang memang harus ada diantara keduanya. akibat sebuah malam yang penuh gairah membuat semuanya menjadi begitu kacau. Kehidupan yang awalnya penuh dengan kebahagiaan serta keceriaan dan seharusnya b...