Chapter 45: Rahasia yang Terungkap

2.2K 174 1K
                                    

Hari ini Crist mengantarkan Calvin lebih awal ke daycare karena ia harus segera bekerja. Kafe hotel tempatnya bekerja mendapatkan pesanan cukup banyak, makanya ia harus berangkat lebih awal.

“Papa, nanti pulang jam berapa?” tanya Calvin.

“Belum tahu sih, memangnya kenapa sayang?”

“Pengen jalan-jalan deh, sudah lama papa tak mengajakku jalan-jalan ke pantai atau ke danau juga nggak apa-apa kok.”

Hati Crist rasanya teriris mendengar permintaan putranya, dia memang jarang menghabiskan waktunya saat siang bersama Calvin karena dirinya harus kerja dari pagi sampai sore.

“Baiklah, nanti ya setelah papa pulang kita jalan-jalan. Nanti papa kerja setengah hari saja  kalau gitu.”.

Terlihat wajah Calvin langsung bersinar cerah karena keinginannya dituruti oleh Crist. “Terima kasih papa.”

“Tapi ada syaratnya dong.”

“Memangnya apa syaratnya Pa?”

“Selama di daycare kamu harus pintar dan nggak boleh melanggar perintah sus yang ada disana. Jangan nakal juga sama temannya yang lain. Bisa sayang?” Calvin menganggukkan kepalanya dengan semangat dan senyum lebar.

“Bisa Pa.” Sambil mereka mengaitkan jari kelingking masing-masing sebagai tanda promise.

Mereka berjalan menyusuri trotoar dengan senang, jarak rumahnya dengan day ycare tidak jauh. Bahkan Calvin terlihat lucu dengan tas kecil yang digendongnya. Hari ini Calvin membawa mainan dari rumah yang kemarin baru dibelikan oleh Sergio. Calvin ingin menunjukkan pada ibu perawat kalau dia mempunyai mainan baru hadiah dari uncle yang tak ia kenal namun baik hati dengannya.

Tanpa  Crist dan Calvin sadari dari tadi mereka diikuti oleh anak buah Sergio yang dari kemarin ditugaskan untuk mengawasi Crist dari jauh agar tidak ketahuan.

Anak buah yang ditugaskan oleh Sergio melaporkan apa saja aktivitas pagi ini yang dilakukan oleh Crist. Dan ia disuruh untuk tetap stay di sekitar tempat kerjanya. Sedangkan Sergio penasaran dengan anak kecil yang katanya di antarkan ke daycare.

Akhirnya ia datang ke tempat tersebut hanya ingin memastikan apakah itu anak Crist atau bukan. Kalau memang iya berarti Crist-nya sudah menikah, lalu tak adakah harapan untuknya berjuang kali ini? Apa ia benar-benar kalah sekarang?

“Permisi.”

“Maaf mau menjemput siapa?” tanya seorang perempuan yang berdiri di meja depan daycare ketika Sergio masuk ke dalam.

“Ah, saya ingi menjemput anak Crist.” Entah benar atau tidak, ia hanya asal bicara saja.

“Oh Calvin ya, maaf kalau boleh tahu Anda siapanya ya?”

Jantung Sergio sempat berhenti sekejap karena dia menyebutkan anak itu sepertinya benar anak Crist, karena perempuan itu tak menyanggahkan jika apa yang ia katakan salah.

“Saya uncle-nya. Kamu bisa menanyakan padanya, saya uncle Sergio.”

“Baik, sebentar ya kami panggilkan anaknya terlebih dahulu.” Setelahnya Sergio duduk dengan manis menunggu Calvin yang sedang dipanggilkan.

Calvin yang melihat keberadaan Sergio di daycare tersenyum dengan senang.  Calvin segera melepaskan gandengannya pada ibu pengasuh dan berlari menuju Sergio. Sergio yang melihat  Calvin berlari langsung merentangkan tangannya untuk menangkap tubuh mungil Calvin.

“Uncle ngapain disini?” tanya  Calvin setelah melepaskan pelukannya.

“Uncle mau jemput, Calvin.”

The Seductive Boss Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang