Chapter 22: Mengobati

3.2K 177 5
                                    

Awalnya Jinx SR dulu ingin dibangun di Roma, namun dikarenakan pusat fashion di Italy adalah Milan. Jadi Sergio memilih Milan sebagai pusat perusahaannya begitu pula dengan official store-nya berbagai produk yang dilundurkan oleh Jinx SR.

Untuk penerbangan malam ini dari Milan munuju ke Roma membutuhkan waktu sekitar 1 jam 20 menitan. Sampai di hotel Crist langsung menata bawaan mereka ke lemari. Untungnya ada dua kamar dalam hotel ini. Jadi, nanti Crist bisa tidur sendiri. Sedangkan Sergio entah kemana ia tak tahu karena tadi mereka pisah kala turun dari helikopter.

Ketika sampai tadi sudah ada seseorang yang menunggu di landasan helikopter, dia menyerahkan kuncinya pada Crist dan setelahnya pergi dengan Sergio entah kemana. Sergio juga tak bilang dengannya.

Usai menata barang masing-masing, Crist melepas pakaian yang melekat dibadannya berganti dengan piyama yang tersedia di hotel ini. Akan terasa tidak nyaman kalau ia istirahat dengan memakai kemeja. Badannya masih cukup sakit, dia tertidur sambil tengkurap agar nyeri di bokongnya tak terlalu terasa.

Sinar mentari yang masuk dari sela-sela korden jendela yang tersingkap membuat tidur Crist terganggu. Ia mengerjapkan matanya berulang kali berharap itu bisa pergi dari pandangannya. Namun, ia terbangun akibat perutnya yang tiba-tiba ditarik dari belakang. Sontak matanya langsung terbuka, ia melihat ke bawah ada lengan kekar yang melingkar di perut rampingnya.

Sedikit menoleh ke belakang ternyata Sergio disana. Dia mencoba melepaskannya perlahan, namun bukannya terlepas justru pelukan itu semakin erat. “Jangan kemana-mana,” gumam Sergio.

Crist mendadak langsung cosplay jadi batu tak bergerak, takutnya Sergio menegurnya lagi. Cukup lama Crist terjaga sendirian menunggu Sergio bangun, dia sedari tadi hanya diam sambil memandangi jendela. Bahkan sempat menghitung burung yang lewat di luar jendela, namun Sergio tak kunjung bangun juga.

Ketika jam menunjukkan pukul 11 siang, dia mencoba peruntungannya kembali untuk membangunkan Sergio. Siapa tahu kali ini dia berhasil, dengan pelan ia menepuk tangan Sergio yang melingkar di perutnya sambil berkata, “Mr. bangun ini sudah siang sekali. Nanti jam 2 ada meeting.”

Bukannya langsung bangun, Sergio justru merapatkan badannya ke badan Crist sambil mengusak rambut lembut Crist dengan hidungnya. Itu membuat Crist geli sebenarnya tapi ia menahannya.

“Tolong bangun, kita ada meeting sebentar lagi Mr.”

“Just call me, Gio. Ketika hanya ada kita berdua, aku seperti sudah tua kalau kamu manggil Mr,” gumam Sergio dengan tangannya yang sedari tadi juga tak ingin diam. Dia mengelus-elus perut rata Crist dengan sensual.

Sejujurnya Crist takut terangsang kali ini, dia menahannya dengan bergerak agak maju. Berharap Sergio melepaskan pelukannya. Namun, dengan mudah lagi-lagi menarik badannya. “Mau kemana sih, aku masih ingin memelukmu Honey.”

Ah, sepertinya Crist agak paham dengan Sergio yang akan banyak bicara ketika mereka dengan suasana cukup intim seperti ini. Yang mana saling menempel dan tak ada jarak diantara mereka  berdua.

“Ayo mandi, takutnya telat kasian klien kalau nunggu.”

“Biarin mereka nunggu, aku yang punya kuasa disini.”

Crist bungkam dia diam kalau Sergio sudah berbicara besar kepala seperti ini. Kalau sudah menyangkut kekuasaan dia malas berdebat, lebih baik memilih diam. Toh, percuma saja dirinya tak berarti apa-apa dan tak akan didengar oleh bosnya.

“Apa lubangmu masih sakit?” tanya Sergio sambil mengelus surai lembut Crist.

“Masih agak nyeri,” jawab Crist seadanya.

Sergio lantas bangun dari tidurnya dan melepaskan pelukan tangannya dari perut Crist. Itu membuat Crist merasa lega karena akhirnya lepas juga, namun itu tak berselang lama karena tiba-tiba Sergio menyingkap selimut mereka.

Dan dengan gerakan yang begitu cepat, Sergio menarik turun celana piyama yang dipakai oleh Crist. Tentu saja itu membuat Crist teriak keheranan, apa mungkin Sergio memintanya lagi? “Eh, mau ngapain Gio. Jangan dong, masih sakit punyaku!”

Oh, tidak! Crist tak akan sanggup jika harus melayani nafsu brutal milik Sergio sekarang.  Apalagi ketika Sergio sudah main, aura dominan akan menguar hingga tak bisa mendapat bantahan.

“Punyamu kecil lucu  sekali,” ucap Sergio gemas sambil menoel-noelnya.

Crist langsung menyingkirkan tangan Sergio dari miliknya dan menutupinya dengan kedua tangannya. Alisnya menyatu karena kesal dengannya, “Aku mohon jangan ya, kita ada meeting sebentar lagi,” ucap Crist memohon agar Sergio tak melakukannya.

Sergio menganggukkan kepalanya dan berkata, “Tengkurap sekarang, aku akan mengobatinya.”

Haduh, Crist merasa malu karena sudah menuduh Sergio yang enggak-enggak. Padahal bosnya ingin mengobatinya. Jadi, dia langsung tengkurap dan entah apa Sergio mengambil sesuatu dari meja samping tempat tidur.

Terasa agak dingin ketika dioleskan ke bibir lubangnya yang terlihat merah merona dengan luka di pinggir karena sedikit robek akibat Sergio yang memaksanya masuk kedalam tanpa penetrasi yang lama.

Crist menahannya rasa perih itu hingga Sergio selesai mengobatinya.

“Tetap tengkurap sampai lukanya agak mengering.”

“Gio!” teriak Crist terkejut dengan kelakuannya yang ada aja, memang tak dapat dipercaya dia.

Crist berteriak bukan tanpa alasan malainkan Sergio yang melihat kaki Crist yang begitu menggoda mata, membuat Sergio melabuhkan ciuman disana. Tak hanya itu dia juga menyedotnya cukup kencang hingga meninggalkan bekas.

“Terlalu menggoda Honey, sayang untuk dilewatkan,” ucap Sergio tepat ditelinga Crist. Lalu ia melabuhkan ciuman di pipi gembul Crist dan bangkit dari ranjang menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Meninggalkan Crist yang setengah mati menahan rona meraj di pipinya. Jantungnya selalu berdetak kencang kala Sergio memanggilnya Honey, padahal ia tahu pria itu memanggil honey tak pada dirinya saja.

Dia juga pernah mendengar Sergio memanggil Syeril dengan honey, jadi tak sepatutnya Crist bersenang hati. Karena pada kenyataannya Crist bukanlah satu-satunya melainkan salah satunya dari sekian banyak orang yang ditiduri oleh Sergio, bosnya.

.
.
.
.
.

Dalam banget ya, bukan satu-satunya tapi salah satunya

Yang sabar Crist

Jangan lupa tinggalkan jejak ya

See you next chapter
2 Juni 2024

The Seductive Boss Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang