Malam tadi terlawati dengan begitu panjang dengan Crist yang mengambil alih kendali. Bukan tanpa alasan dia mau, itu akibat dari alkohol yang ia tenggak padahal Cuma satu gelas. Sergio bisa ingat dengan jelas bagaimana Crist bergerak dengan erotis di atasnya. Ternyata rasanya lebih nikmat dari kemarin. Dia sering menggunakan gaya ini saat bersama perempuan, sayangnya rasanya tak seenak kala melakukannya dengan Crist.
Sungguh Crist memang diciptakan memang untuk memuaskan hasratnya yang menggelora. Crist bergerak dengan begitu brutal diatasnya, hingga beberapa pelepasan. Crist seolah tak mempunyai rasa lelah. Dan terus merengek memintanya untuk ia isi. Ia bisa mengingatnya dengan jelas saat Crist mengatakan.
“Penuhi aku, gempur aku sesukamu, aku milikmu malam ini, Gio.”
“Punyamu sangat besar, aku suka. Terus hantam aku, hancurkan lubangku dengan punyamu. I really like it!”Nafsu Sergio kian membumbung tinggi ketika mendapatkan pujian-pujian yang dilontarkan oleh Crist. Ah, rasanya dia tak ingin mengakhiri permainan panas mereka. Sayangnya, rasa lelah tentu mendera mereka. Lubang Crist juga hingga kembali merah dan menganga karena disamping Crist yang bergerak brutal diatasnya. Sergio juga membantunya dengan menghantam kuat hingga kejantanannya kian masuk ke dalam.
Membayangkannya saja Sergio ingin lagi, rasanya ia tak akan pernah puas bermain dengan Crist.
Hari ini mereka berdua menghabiskan waktu dengan bergelung di bawah selimut seharian. Tenaga Crist benar-benar terkuras, bahkan ketika Sergio mengingatkannya betapa brutal dirinya juga malam tadi. Ia sangat malu hingga tak mau bertatapan langsung dengannya. Dia langsung memalingkan wajahnya ketika Sergio melihatnya, memilih bermain handphonenya.
Apalagi Sergio selalu menggodanya hingga membuat Crist jengkel sendiri. Dan juga dengan sentuhan-sentuhan sensual yang selalu Sergio lakukan. Ah, rasanya Crist ingin kabur. Sayangnya, setiap ia agak menjauh darinya, Sergio langsung bangkit dan mendekat ke Crist.
Seperti sekarang Crist sedang duduk di ruang tengah sambil menonton televisi dengan popcorn dipangkuannya yang ia pesan dari layanan hotel. Awalnya ia sendirian, namun tiba-tiba Sergio datang dan langsung menyingkirkan pop corn di pangkuan Crist. Lalu setelahnya ia berbaring dengan nyaman di paha Crist yang hanya menggunakan celana pendek, hingga mengekspose pahanya yang seputih susu.
“Kenapa pakai celana pendek sih,” gerutu Sergio yang agak kesal. Pasalnya ia tak bisa menahan hawa nafsunya kalau sudah melihat penampilan Crist yang menggoda. Crist memang hanya menggunaka celana pendek kaos tanpa lengan.
“Kalau kamu lupa aku ingatkan lagi. Aku ke Roma itu dadakan dan tak membawa baju sama sekali. Ini saja ngambil di lemarimu kok,” jawab Crist.
“Daripada pakai pakaian kurang bahan begini mending di lepas aja gak sih,” Goda Sergio sambil menoel dada Crist.
“Heh, tangannya itu loh.” Sepertinya Crist sudah mulai berani pada Sergio. Hingga berani berkata demikian, padahal Sergio masih bosnya.
Tawa Sergio justru mengudara melihat Crist yang kesal itu. Tapi bukannya berhenti ia justru semakin menggodanya dan menggelitiki tubuh Crist.
Mereka tertawa bersama seolah melupakan fakta kalau sebenarnya mereka masih dalam status antara bos dan karyawan. Hubungan yang seperti ini entah akan sampai kapan berlangsung.
Hingga lagi dan lagi kini tiba-tiba baju Crist yang tanpa lengan itu sudah terlepas dari tubuhnya. Dengan Sergio yang berada diatas Crist sedang menjilati niple kecil Crist, meremasnya dengan perlahan. Dia menikmatinya sambil memejamkan matanya dan sesekali menggigit serta menyesapnya dengan kuat, meskipun tak mengelurkan air susu. Namun Sergio pun tak kunjung berhenti.
Jangan tanyakan bagaimana keadaan Crist, tentu saja dia sudah mendesah keeanakan dengan apa yang dilakukan oleh Sergio. Dia mengusak surai Sergio hingga berantakan melampiaskan kenikmatan itu.
Crist menelungkupkan kepalanya dan menutupinya dengan bantal guna merendam suaranya, kala Sergio dengan brutal lagi menggempur lubangnya tanpa ampun. Padahal tadi Crist sudah menolaknya karena sungguh lubangnya ini benar-benar bisa hancur mungkin karena Sergio memintanya sehari tak hanya sekali, namun berkali-kali. Namun, Crist tentu tak punya kuasa untuk menolaknya.
Dengan pasrah ia diam dan membiarkan Sergio bergerak menimkmati tubuhnya. Meskipun Crist merasakan kenikmatan dari gerakan tak beraturan Sergio, namun tentu ia merasa lelah.
Sergio memang lebih baik hati dan banyak bicara ketika mereka sudah bersatu sejak beberapa hari yang lalu. Ia senang, namun ada yang mengganjal dalam benaknya. Menolak kenyataan kalau Sergio hanya menyukai tubuhnya, dia hanya selingan diantara banyaknya pacar Sergio yang cantik diluar sana.
“Kamu pindah ke tempatku kalau kita sudah pulang ke Milan.”
Bagai bom yang meledak, Crist langsung berjingkat kaget dan menoleh ke belakang dimana Sergio sedang memeluknya usai permainan panas dari sore hingga menjelang malam.
“Maksudnya gimana?” Crist paham dengan apa yang diucapkan, namun ia ingin memastikan barangkali pendengarannya salah.
“Aku ingin kamu pindah ke tempatku,” ucap Sergio mengulanginya lagi.
“Nggak bisa dong, nanti kakakku sendirian. Lagian kita juga setiap hari bertemu.”
“Kamu nggak bisa menolaknya, Honey. Ingat apa yang aku inginkan harus kamu penuhi.” Nada bicaranya terdengar congak hingga Crist merasa muak mendengar itu terus-menerus.
“Iya-iya, memangnya aku siapa sih. Kamu tetaplah bos yang harus aku hormati, dan tak boleh kubantah sedikitpun itu aja terus ingatkan. Aku nggak lupa kok kalau aku cuma bawahanmu, tapi kenapa sampai pindah. Aku nggak mau kalau soal itu, meskipun aku memberikan tubuhku. Aku juga punya hak dong sedikit saja.” Karena terlalu kesal Crist sampai berani mengutarakan kekesalannya.
“Hak suaramu dicabut, Honey. Tak boleh membantah,” jawab Sergio dengan santai dengan senyuman miringnya. Sergio ingin menikmati Crist setiap malam, ia ingin melebur menjadi satu. Ia rasanya sudah terjatuh akan pesona Crist hingga tak ingin jauh dan menyuruh Crist tinggal di tempatnya.
Crist yang kesal itu bangkit dari rebahannya dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Selesai membersihkan tubuhnya ia meraih tas kecilnya yang berisi dompet dan ponselnya keluar dari sana.
“Mau ke mana kamu?” tanya Sergio ketika melihat Crist yang keluar dari kamar dengan penampilan rapi.
“Masa bodo, aku ingin pergi darimu.” Setelahnya Crist melenggang keluar dari hotel itu meninggalkan Sergio yang kelabakan sendiri, ia ingin mengejar namun dia masih kotor badannya masih lengket usai permainan panas mereka tadi.
.
.
.
.
.
.
WIIIHHH DAH DOUBLE UP YAHayoloh pak udah ngambek gitu crist
Kira-kira crist beneran pergi nggak ya?
Jangan lupa selalu tinggalkan jejak ya, baik vote ataupun komen.
See you next chapter.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Seductive Boss
FantasiAda hal yang seharusnya tak mereka lakukan, jarak yang memang harus ada diantara keduanya. akibat sebuah malam yang penuh gairah membuat semuanya menjadi begitu kacau. Kehidupan yang awalnya penuh dengan kebahagiaan serta keceriaan dan seharusnya b...