Setelah pertengkaran hebat itu apakah Sergio menyerah begitu saja? Tentu saja tidak, ia bahkan lebih bersemangat lagi untuk mendekati Crist karena ada Calvin yang harus ia perjuangkan juga. Setiap hari ia datang ke rumah Crist, namun langsung terusir begitu saja. Tapi itu tak membuat Sergio berhenti begitu saja.
Setiap Crist pergi bekerja, ia akan ke daycare untuk menjemput Calvin dan mengajaknya bermain keluar. Untungnya pihak daycare mau bekerja sama karena ia menyogoknya dan tidak bilang ke Crist agar ia bisa menghabiskan banyak waktu dengan putranya.
Ia tak menyangka bisa mempunyai putra yang begitu tampan. Wajahnya hampir 90 persen mirip dengan Crist. Lalu apa yang ia sumbangkan dalam gen putranya. .
“Calvin mau nggak tinggal sama, Ayah?” tanya Sergio.
“Mau, tapi papa gimana? Avin nggak mau kalau papa nggak ikut.”
“Nanti ajak papa juga dong, tapi Calvin bantu ayah ya buat bujuk papa agar mau ikut sama kita.”
Calvin menganggukkan kepalanya ribut dengan senyuman cerah diwajahnya.
Anaknya begitu cerdas ia dengan mudah paham dengan apa yang ia katakan. Calvin memanggil dirinya ayah karena ia yang memintanya. Ia juga menjelaskan siapa dirinya, walaupun Calvin sempat bertanya, “Mengapa ayah tak ada dari Avin kecil dan baru ada sekarang?”Awalnya Sergio bingung harus menjawab apa, tapi otak cerdiknya langsung menemukan sebuah ide. “Ayah kerja ditempat sangat jauh, dan baru bisa pulang sekarang.” Calvin terlihat percaya dengan ucapan bohong Sergio tadi.
“Ayah sudah jam empat.” Calvin yang tidak mendapat sautan dari ayahnya sontak menggoyangkan badan kekarnya agar terbangun dari lamunannya.
“Ayah!” teriak Calvin dengan begitu kencang.“Eh, iya apa?”
“Sudah jam empat, sebentar lagi Papa akan pulang.”
“Ya sudah ayo kita ke daycare, takutnya papamu nyariin kamu nanti.” Dan hanya diangguki oleh Calvin.
Mereka menuju ke mobil yang terparkir tak jauh dari taman tempat mereka main. Sepanjang jalan Sergio memikirkan harus bagaimana lagi untuk meluluhkan hati Crist yang sekeras batu.Dulu ia memang sempat berpikir tak ingin mempunyai anak selain Minny karena takut ia tak bisa menjadi orang tua yang baik. Namun, setelah melihat Calvin kini ia ingin membentuk keluarga dengan Crist dan Calvin di dalamnya. Pasti akan terasa sangat lengkap nanti. Tapi, bagaimana ia mewujudkannya?
“Ayah sudah sampai, Avin turun dulu ya.”
“Iya, sayang. ayah nanti lihat kalian dari jauh ya.”
“Oke. Yah.”
Sergio hanya duduk di kursi kemudinya sambil melihat apakah Crist sudah pulang dan menjemput Calvin. Rasanya hatinya menghangat kala melihat Crist yang bergandengan dengan Calvin, putra kecilnya. Sembari membayangkan Ia ingin berada diantara mereka untuk bergandengan tangan bersama.
Rasanya pasti akan seperti keluarga cemara seperti yang ia idamkan sejak dulu. Apalagi dengan senyuman manis diwajah Crist yang begitu teduh. Sudah sangat lama sekali ia tak melihat Crist tertawa lepas.
Namun hari ini sudah larut malam, entah apa yang membuat Crist telat menjemput Calvin hari ini. Padahal biasanya sore sudah di jemput. Ia memperhatikan dari jauh mengikutinya dari belakang. Rasanya tak tega melihat mereka jalan kaki di malam hari seperti ini.
“Papa, kenapa papa seperti nggak suka sama ayah?” tanya Calvin yang membuat Crist heran.
“Ayah? Siapa yang kamu panggil ayah, sayang?” tanya Crist bingung sendiri.
“Itu loh, Uncle Sergio. Dia menyuruhku untuk memanggilnya ayah, katanya dia ayah kandungku. Gitu.”
Langkah kaki Crist seketika terhenti begitu saja. “Sayang, dia bukan ayahmu. Lagian kapan kamu bertemu dengannya lagi?”
Berhubung Calvin ini anaknya jujur dan tak pernah bohong ia berkata terus terang kalau setiap hari Sergio selalu mengunjunginya ke daycare dan menemani dirinya main kala Crist sibuk dengan kerjaannya.
“Calvin Raicth!” sungguh Crist murka mendengar fakta yang baru ia dengar. Ia tak pernah menyangka kalau Sergio bisa senekat ini. Melakukan semua keinginannya tanpa peduli akan larangannya. Kenapa juga Sergio masih menganggunya, padahal pria itu bilang tidak mau punya anak lagi. Tidak bisakah Sergio membiarkan dirinya dan Calvin hidup dengan tenang?
Calvin berjingkat kaget karena nada bicara papanya yang tiba-tiba meninggi usai dia menceritakannya. “Ya papa?” tanya Calvin dengan takut-takut tak berani menatap mata Crist.
“Bukankah papa selalu bilang dengamu untuk tidak ikut dengan siapapun selain sama papa atau Uncle Gian, kenapa kamu melanggarnya? Uncle Sergio juga bukan ayahmu, tak seharusnya kamu percaya. Lain kali jangan ikut dengannya lagi, papa takut kehilanganmu sayang.”
Ia takut bisa saja Sergio melukai putranya yang sudah ia rawat dari dalam kandungannya seorang diri. Ia harus berjuang mati-matian dalam mempertahankan Calvin yang saat itu juga lemah. Apalagi kandungan pria kata dokter sangatlah riskan jika tak dijaga dengan baik. Dan sekarang saat semuanya sudah berjalan dengan normal dan bahagia, Sergio ingin masuk ke dalamnya dan menghancurkannya? Sungguh Crist tak akan membiarkan hal itu terjadi.
“Maaf Papa, Avin tak akan mengulanginya lagi,” ucapnya sambil tersedu-sedu akibat menangis. Ini adalah kali pertama Crist menggunakan nada tinggi ketika tersulut emosi. Tentu saja Calvin yang tak pernah melihatnya sangatlah terkejut.
Crist sontak merasa bersalah. Ia membawa Calvin dalam pelukannya dan mengusap punggung putra kecilnya yang bergetar. “Maaf sayang, papa nggak memarahimu kok. Papa khawatir kalau terjadi sesuatu sama kamu. Papa nggak ingin kehilangan kamu karena papa sangat menyayangimu, sayang.”
Calvin hanya mangguk-mangguk dan menyembunyikan wajahnya diperpotongan leher Crist.Tanpa mereka berdua sadari sudah ada beberapa orang yang mengintai mereka berdua.
.
.
.
.
.
.Waduh keknya susah ya buat gio ngambil hati crist
KALIAN KENAPA RAJIN SIH, AKU YANG AWALNYA NGGAK UP JADI NGGAK TEGA KAN 😭👊
See you next chapter
KAMU SEDANG MEMBACA
The Seductive Boss
FantasyAda hal yang seharusnya tak mereka lakukan, jarak yang memang harus ada diantara keduanya. akibat sebuah malam yang penuh gairah membuat semuanya menjadi begitu kacau. Kehidupan yang awalnya penuh dengan kebahagiaan serta keceriaan dan seharusnya b...