Chapter 18: Bersatu

3.6K 157 2
                                    

Dengan begitu banyak erlawan yang coba Crist lakukan itu sia-sia semuanya. Hingga entah bagaimana seluruh pakaian yang menempel di tubuhnya sudah berceceran kemana-mana. Sergio menciumnya dengan begitu brutal dan menggebu-gebu.

Hingga tanpa sengaja membuat bibir Crist terluka, bukannya berhenti Sergio justru menghisapnya dengan begitu kuat. Orang gila mana yang menghisap darah, sepertinya Sergio ini keturunan vampir mungkin ya.

Tenaga Crist seolah sudah habis, tangannya terkunci diatas kepalanya. Yang digenggam begitu kuat dengan satu tangan Sergio.

Lututnya juga tak tinggal diam, sedari tadi menyentuh area privat Crist yang sudah terekspos, dengan begitu banyak rangsangan yang di lakukan oleh Sergio membuat punya Crist berdiri tegak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lututnya juga tak tinggal diam, sedari tadi menyentuh area privat Crist yang sudah terekspos, dengan begitu banyak rangsangan yang di lakukan oleh Sergio membuat punya Crist berdiri tegak.

Sergio melepaskan tangan Crist dari cengkramannya. Badan Crist yang memang sudah lemas, tenaganya sudah habis itu membuat tubuhnya langsung jatuh seketika ketika tak ada Sergio yang menopangnya.

Sedangkan Sergio sudah bersiap menikmati hidangan inti di depannya. Dia membuka celana kerjanya yang mana itu satu-satunya kain yang menempel di badannya karena sedari tadi sejak kedatangan Crist, Sergio sudah tak memakai bajunya.

Begitu celana itu terlepas dari kaki Sergio, Crist bagai ditarik kesadarannya seketika ketika dengan sengaja Sergio mengarahkan kejatanannya kearah wajah Crist hingga dia merasa ditampar pipinya dengan benda kenyal namun keras. Benda berurat yang menjulang tinggi di hadapannya.

Crist melihat keatas menatap wajah Sergio yang memandanginya bagai pelacur. “Apa yang kau tunggu, puaskan dia Honey,” ucap Sergio.

Crist menggelengkan kepalanya. Membayangkan tangannya menyentuh barang selain kepunyaannya membuat Crist ragu. Dia tak bisa melakukan itu.

Mendapat penolakan itu membuat Sergio kembali murka. Dia menarik rambut Crist ke belakang. “Nggak usah jual mahal, kamu harus melakukannya.”

Sergio memegang benda pusakanya sendiri. Dan mendorongnya masuk ke dalam mulut Crist, meskipun sebelumnya Crist kunci dengan erat tak ingin membukanya. Namun, akibat Sergio mencekiknya itu membuat mau tak mau Crist membuka mulutnya karena tadi nafasnya bagai diujung tanduk.

Sergio mendiamkannya sebentar menikmati rasa hangat yang terasa berbeda dari sebelum-sebelumnya. Entah mengapa mulut Crist begitu hangat membungkus benda pusakanya, baru mulutnya saja sudah membuat Sergio merasakan kenikmatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Crist seperti tidak bisa bernafas, rambutnya masih di tarik dengan begitu kuat dengan kedua tangan kekar bosnya. Sekuat apapun dirinya mendorong paha Sergio agar benda pusaka bosnya lepas dari mulutnya, tetap saja usahanya sia-sia. Hingga ia terbatuk-batuk. Sergio yang mendengar itu bukannya melepaskannya justru memaju mundurkan benda pusakanya. Gerakan yang awalnya pelan lama kelamaan justru semakin cepat. Hingga membuat Crist tersedak dan liurnya kemana-mana. Rahangnya begitu pegal sedari tadi di paksa terbuka dengan benda yang keluar masuk seenaknya bahkan sampai tenggorokannya.

Sergio yang merasakan akan sampai putihnya, semakin mempercepat gerakannya dan menahannya hingga ke tenggorokan Crist. Dia melepaskan sepenuhnya disana, semburan hangat itu terasa dengan begitu jelas di tenggorokan Crist dan karena terlalu banyak Crist tak bisa menelan seluruhnya, banyak yang keluar hingga membuat wajah Crist berantakan karena Sergio juga mengeluarkannya di wajah Crist.

“You look so sexy, Honey.” Sergio menjilati wajah Crist yang kotor dan berantakan akibat pelepasannya yang begitu nikmat.

“Saya lelah, Mr. Tolong berhenti ya.” Meskipun kecil harapannya terwujud Crist tetap saja memohon pada Sergio.

“Oh tentu saja tidak, Honey. Saya juga ingin memuaskanmu.” Dan begitu mudahnya Sergio mengangkat tubuh Crist yang sudah terkulai lemas di lantai itu dengan kedua tangannya. Dia membawanya ke sofa yang ada di tengah ruangan.

Lagi dan lagi Sergio menyentuh seluruh tubuh Crist dengan begitu sensual hingga membuat Crist merinding. Dia mencengkram pinggiran sofa dengan begitu kuat ketika Sergio memainkan kelaminnya di bawah sana dengan tangannya dan sesekali membasahinya dengan liur agar licin.

Crist tak dapat menahan desahannya yang menggema memenuhi ruangan itu akibat rangsangan itu, satu tangan Sergio juga sedari tadi sibuk memilin nipple-nya hingga kemerahan. Ternyata ini rasanya disentuh diberbagai titik, itu membuat Crist tak berdaya sekarang.

Sergio juga semakin semangat mengerjai Crist akibat desahannya yang terdengar merdu ditelinganya. Dia ingin membuat pria dalam kungkungannya ini takluk pada dirinya. Hingga kala Crist membusungkan badannya mencapai klimaks dari permainan tangan Sergio yang handal membuat Sergio tersenyum puas.

“Bagaimana enak kan?” tanya Sergio.

Sedangkan Crist sudah tak sanggup untuk menjawabnya, dia sibuk menarik nafas sebanyak-banyaknya. Belum selesai rasa terkejutnya, kini ia harus dikejutkan kembali dengan sentuhan tiba-tiba yang Sergio lakukan.

Sergio mengambil pelepasan Crist dan mengolesnya di hole sang submissive. Crist ingin bangkit untuk menghentikan Sergio, namun badannya langsung ditahan dengan secara tiba-tiba badannya dibalik dengan begitu mudahnya oleh Sergio hingga tengkurap.

“Mr. Tolong jangan aku tidak bisa, itu pasti akan sakit sekali!” teriak Crist mencoba menggerakkan badannya.

Sergio yang duduk di atas kaki Crist acuh dengan itu, dia sibuk memandangi bunga krisan yang terlihat menggoda di depan matanya dengan lelehan klimaks dari Crist. Baru menyentuhnya perlahan sambil memutarinya itu sudah membuat Crist berjingkat, sekujur badannya merinding hebat.

“Aaaaaaaaa, sakit!” teriak Crist kesakitan dengan tiba-tiba ketika satu jari Sergio masuk.

“Wah, didalam terasa hangat. Ini penisku kalau di dalam pasti sangat nikmat,” ucap Sergio spontan ketika merasakan jarinya yang masuk ke dalam hole Crist dicengkram begitu kuat.

“Keluarkan jarimu!”

“Aku nggak ingin.”

Bukannya menuruti Sergio justru menambah jarinya dan membuat gerakan menggunting agar agak longgar dan benda pusakanya bisa masuk.

Teriakan Crist tiba-tiba terganti desahan hebat kala Sergio menemukan titik ternikmatnya. “Ah, disini rupanya.” Sergio terus menghujam titik itu dengan cepat, dan dengan gerakan kilat dia mengganti dari jarinya menjadi pusakanya. Dia melesak masuk dengan paksa hingga membuat Crist merasa tubuhnya terbelah jadi dua.

Crist menangis hebat merasakan tubuhnya begitu hancur akibat paksaan Sergio, ukuran benda Sergio 2 kali lipat dari kepunyaannya. Sungguh ini sangat menyakitkan baginya, baru pertama kali dan harus langsung dimasuki benda sebesar itu.

“Calm, Crist. Habis ini kamu akan merasakan kenikmatan yang belum pernah kamu rasakan sebelumnya,” bisik Sergio di telinga Crist sambil memeluknya dari belakang.

“Sakit, ini sangat sakit Gio.” Crist menangis tersedu-sedu hingga menjambak rambutnya sendiri melampiaskan rasa sakit yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.

.
.
.
.

Sabar ya Crist 😭😭😭

See you next chapter.

The Seductive Boss Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang