Seharian Sergio uring-uringan karena Crist tidak masuk kerja. Ia sudah menelfonnya berulang kali namun tak ada jawaban sama sekali. Apalagi semalam ia ditinggalkan seorang diri, padahal ia sudah bilang tak mau Crist pergi. Tapi, tetap saja pria itu nekat. Dan itu semakin membuat Sergio murka sekarang.
Sergio keluar dari ruangannya untuk menghampiri Jaco buat menanyakan mengapa Crist tak masuk hari ini. Sayangnya ia tak menemukan Jaco disana, mengapa banyak sekali yang membuat dia kesal hari ini.
Ia keluar dari kantornya dan mobilnya sudah terparkir di depan. Karena Sergio tadi sudah menghubungi sopirnya agak menyiapkan mobilnya, ia sedang ingin pergi sendiri. Menuruni anak tangga yang lumayan banyak demi menuju mobilnya, karismanya yang nggak main-main membuat beberapa orang lewat menatap dengan begitu kagum kearah Sergio yang menuju mobilnya.
“Awas saja kalau kau ketemu, Crist,” desis Sergio yang sudah merencanakan banyak hukuman karena Crist berani melanggarnya.
Ia menuju apartemen Gian untuk mencari keberadaan Crist. Namun, sampai sana ternyata apartemen itu kosong tak ada seorangpun. Lagi-lagi Crist mempermainkannya dengan berbohong seperti ini, padahal selama ini ia sudah berusaha bersikap sebaik mungkin. Namun, nyatanya malah ia yang dipermaikan. Apa Crist kabur darinya?
Dilain tempat ada Gian yang baru sampai ke rumah sakit dan bertepatan dengan dokter serta perawat yang sedang memeriksa Crist. Ia menantinya dan saat selesai ternyata ia dipanggil ke ruangan dokter karena dokter ingin menjelaskan suatu hal pada Gian sebagai orang yang bertanggung jawab atas Crist.
“Gimana sama hasilnya ya, dok?” tanya Gian penasaran.
“Semuanya sehat kok, tak ada penyakit yang berbahaya seperti yang Anda takutkan.” Ah, Gian bisa bernafas dengan lega.
“Tapi, ada sebuah keanehan namun mukjizat,” sambung dokternya.
Gian mengerutkan keningnya. “Maksudnya apa ya? Saya nggak paham dok, tolong jelaskan.”
“Mr Crist sedang mengandung dan bayi dalam kandungannya sekarang berusia sekitar 5 minggu.”
Gian terdiam mendengar fakta yang begitu mencengangkan. Bagaimana bisa itu terjadi? Crist seorang pria loh? Kok bisa mengandung banyak pertanyaan yang bersarang dalam benaknya. Dan yang paling penting bagaimana ia menyampaika berita menggemparkan ini pada Crist nanti.
“Saya tadi waktu memeriksanya menanyakan hal yang mungkin bisa terjadi seperti ini. Itu dikarenakan dulu dalam kandungan Mr Crist itu kembar. Namun, saat dalam kandungan berusia 20 minggu kembarannya meninggal di dalam. Saudara kembarnya itu seorang wanita jadi kemungkinan besar rahim yang harusnya berkembang di kembarannya itu justru berkembang ke Mr. Crist. Itulah mengapa ia bisa mengandung karena ia mempunyai rahim. Ini sebuah keajaiban loh, jarang sekali ada.”
Gian bungkam ia tak tahu harus bagaimana dengan penjelasan dokter di depannya.
“Terima kasih, dok. Saya permisi kalau gitu,” ucap Gian yang sadar beberapa saat. Ia langsung keluar dari sana dan berjalan menuju kamar inap Crist.
Melihat Crist yang tersenyum manis menyambut kedatangannya membuat hatinya teriris nyeri. Entah akan seperti apa ia kalau Gian memberitahukan soal ini.
“Gimana hasilnya, aku nggak apa-apa kan, Kak?”
Mata Gian bergerak gelisah bingung bagaimana ia menyampaikannya pada Crist. “Iya, kamu sehat nggak terkena apa-apa kok. Tapi, ...” Haruskah Gian menyamapikannya atau menyembunyikannya, tapi Crist berhak tahu karena ia yang mengandung.
“Kenapa Kak? Tapi apa?” tanya Crist penasaran karena Gian tak melanjutkan ucapannya.
“Emm ... Crist, your pregnant.”
Terdengar dengung panjang ditelinga Crist, wajahnya yang awalnya tersenyum manis. Seketika langsung datar mendengar kabar itu. Namun setelahnya ia tertawa kencang. “Kak, kamu bercanda ya. Prank mu berhasil loh, aku kaget banget tahu. Oke, berarti aku sehat dan besok boleh pulang, yeey!”
Gian menggelengkan kepalanya perlahan sambil menatap sendu kearah Crist. Ia duduk di kursi yang ada disamping ranjang dan memegang tangannya. “Aku bicara jujur nggak lagi ngerjain kamu, seperti kata dokter ada bayi yang sedang berkembang di rahimmu,” ucap Gian sembari tangannya yang lain mengusap perut Crist yang masih rata.
Crist yang mendengar itu hanya dapat membeku di tempat tidak tahu harus bereaksi gimana. Tangannya bergerak secara perlahan menuju perutnya dan mengelusnya secara perlahan. Air matanya menetes tidak percaya dengan apa yang terjadi sekarang.
Gian yang melihat itu tentu saja kalut sendiri khawatir dengan Crist yang tidak memberikan jawaban tapi justru menangis didepannya. Crist menangis tanpa suara, namun air matanya mengalir dengan begitu deras.
“Crist, tenanglah ada aku disini,” ucap Gian mengelus tangannya.“Kak, nggak mungkin kan. Mana bisa aku hamil, kamu pasti bohong ya. Aku ini pria kak, kamu nggak lupa kan?” suaranya bergetar seolah menyuarakan betapa sakitnya Crist, Gian bisa merasakannya pasti Crist sangat shock sekarang. Tanpa sadar Gian juga ikut menangis dibuatnya.
“Kak ,,, aku harus ... bagaimana?” tanya Crist dengan tersedu-sedu.
“Apa aku gugurin aja ya,” ucap Crist sambil memukul-mukul perutnya sendiri.
“Jangan, Crist. Kasian dia kalau mau pukulin seperti ini.” Gian memegang kedua tangan Crist agar tak memukuli perutnya lagi.
“Lalu aku harus bagaimana? Aneh tahu nggak, masa pria sepertiku bisa hamil sih!” teriak Crist frustasi.
Gian diam tak bergeming karena benar adanya. Namun, menggugurkannya bukan jalan yang benar, bayi dalam kandungan Crist tak bersalah.
Crist terus menangis tanpa henti, ruangan yang mulanya sunyi. Kini dipenuhi tangisan kesakitan dari Crist yang tak terima dirinya dikatakan hamil. Sungguh Gian tak tega melihat keadaan Crist yang begitu kacau saat ini. Tapi, ia juga tak tahu harus berbuat apa.
.
.
.
.
.
.Aku lupa tekanin di awal, btw ini mpreg ya gaes 😀🙏
Kalau gio tahu gimana ya soal Crist hamil?
Ayo spam komen jangan lupa gaes 🤭
nggak aku kasih target, kalau sekiranya dah banyak aku langsung up chap selanjutnya deh 😉See you next chapter
KAMU SEDANG MEMBACA
The Seductive Boss
FantasyAda hal yang seharusnya tak mereka lakukan, jarak yang memang harus ada diantara keduanya. akibat sebuah malam yang penuh gairah membuat semuanya menjadi begitu kacau. Kehidupan yang awalnya penuh dengan kebahagiaan serta keceriaan dan seharusnya b...