Chapter 7: Meeting atau?

4.3K 246 12
                                    

Akhirnya ini hari pertama Crist bekerja yang sebenarnya sebagai sekertaris Tuan Sergio. Setelah kemarin seharian bagaikan test untuknya harus mengasuh Minny dari Siang sampai sore. Untungnya dia bisa menangani gadis kecil itu dengan mudah.

Crist memandang gedung tinggi didepannya dengan senyuman yang merekah indah. Bersiap memulai hari barunya sekarang, bukankah hidup memang terus berjalan. Dia yakin orang tua dan adiknya juga tak ingin menyaksikan dirinya selalu terpuruk.

"Selamat pagi, Pak." Sapa Crist pada security yang berjaga di depan.

"Pagi juga."

Crist langsung menuju lantai bosnya, dia berlari menuju lift yang hampir tertutup namun untungnya ada yang menahannya dan menunggu Crist. "Terima kasih," ucapnya dan menekan tombol lantai ruangan Sergio.

Orang-orang yang ada di lift tampak terkejut dengan apa yang mereka lihat. Hingga salah satu diantara mereka buka suara dan menegur Crist. "Apa kamu sekertaris baru Mr Sergio?"

Crist menoleh ke belakang. Dengan senyuman manisnya dia menjawab, "Benar, saya sekertaris baru Mr Sergio. Kenapa ya?" tanya Cristian heran.

"Oh tidak apa-apa, semoga kamu betah ya bekerja di sini. Aku Cedric," ucap Pria itu mengulurkan tangannya pada Crist.

Dengan senang hati tentu saja Crist menerima uluran tangan itu. "Salam kenal, Cedric. Aku Crist."

Setelah perkenalan singkat itu lift terbuka dan Cedric serta beberapa orang lainnya keluar karena mereka sudah tiba di lantai tujuan mereka. Hingga kini menyisakan empat orang disana, dengan Crist satu-satunya pria yang ada di dalam lift tersebut.

"Aku yakin sih dia nggak bakal mampu bertahan menjadi sekertaris Mr Sergio."

"Sama, apalagi modelannya dia yang sepertinya tak tahan banting."

"Benar, Mr Sergio kan selalu keras dengan sekertarisnya. Pekerjaan mereka harus perfect dan tidak mentoleransi kesalahan. Palingan juga dia bakal dipecat di hari petamanya ini."

Ketiga perempuan itu dengan tidak sopannya bergosip di belakang Crist. Dan tentu saja Crist bisa mendengarkan itu semua, namun dia tak ingin ambil hati. Dia justru akan membuktikan kalau apa yang mereka pikir tentang dirinya adalah salah besar. Dia pasti bisa bertahan dengan bosnya yang tegas itu, Crist akan mengerahkan seluruh tenaganya dalam pekerjaannya kali ini. Crist juga tak ingin mengecewakan Gian yang sudah memberinya jalan untuk melamar di perusahaan besar ini. Karena kesempatan tak selalu datang dua kali, jadi Crist akan memanfaatkannya dengan sebaik mungkin sekarang.

Sampai di kursinya ternyata sudah ada Janewiit yang menunggu kedatangannya. Dia langsung berlari kecil menghampirinya.

"Maaf, saya terlambat."

"Tak apa, Crist. Aku aja yang kecepetan. Mr Sergio belum ada di ruangannya kok. Jadi, kamu masih ada waktu. Oh iya, kamu pelajarin dua proposal ini dan nanti dampingin Mr Sergio ketika meeting soalnya aku ada kerjaan. Nanti aku email jadwalnya Mr Sergio ke kamu. Gimana, sanggup?" tanya Jaco.

Kalau bisa terlihat keadaan otak Crist sekarang, mungkin sudah terlihat asap mengebul disana. Masih pagi dirinya harus mempelajari sekaligus tiga proposal dihari yang sama. Alih-alih mengeluh Crist justru tersenyum pada Janewiit. "Iya, saya bisa kok."

"Ya sudah mulai pelajarin yang ini dulu karena meetingnya nanti jam setengah sembilan Crist." Setelahnya Jaco kembali ke mejanya dan melanjutkan kembali mengurus pekerjaannya yang lain. Di lantai ini memang terdapat ruangan Sergio dan di depannya ada dua meja kerja untuk sekertarisnya.

Crist juga duduk di mejanya dan memperlajari proposalnya dengan begitu serius hingga tidak menyadari kedatangan Sergio. Dia sempat memperhatikan Crist secara sekilas yang sedang sibuk dengan berkas di tangannya.

"Tuan, sudah ada beberapa berkas yang harus Anda cek sebelum meeting jam setengah sembilan," ucap Jaco.

Sergio menganggukkan kepalanya dan berkata, "Iya, kalau sudah waktunya nanti ingatkan kembali." Setelahnya dia langsung masuk ke dalam ruangannya. Masih ada waktu setengah jam sebelum meeting dengan klien yang berasal dari Indonesia.

Selama meeting Sergio memperhatikan dengan begitu seksama. Crist juga demikian, dia mencatat poin-poin penting yang ada dalam meeting kali ini. Sesekali Sergio memperhatikan Crist yang begitu serius, namun juga ada raut wajah lain dalam muka Crist. Apa gara-gara ini hari pertamanya bekerja?

Entahlah Sergio tak ingin ambil pusing dia memilih memperhatikan kembali jalannya meeting. Untungnya selama seharian ini semua meeting berjalan dengan lancar, Crist juga tak melakukan kesalahan hingga membuat Sergio murka. Kinerjanya cukup bagus dan cepat tanggap untuk seorang fresh graduate seperti Crist.

"Mr. Anda tak ingin pulang? Ini sudah larut malam sekali," bujuk Crist.

Yap, mereka saat ini sedang berada di salah satu club besar yang ada di Italia. Dikarenakan kliennya yang ingin meeting disini, setelah meeting mereka berpencar menikmati gemerlap malam.

"Minny sepertinya sangat suka denganmu," ucap Sergio sambil menggoyangkan gelas yang ada ditangannya dengan pelan.

"Haaa? Maksudnya Mr?" tanya Crist yang cukup terkejut, takutnya dia salah mengartikan ucapan bosnya barusan karena deru musik yang cukup kencang di club ini. Meskipun mereka ada di ruangan VVVIP, namun suara musik yang begitu kencang tentu saja bisa menembus ruangan ini.

"Semalam dia dengan semangat menceritakan apa saja yang kalian lakukan kemarin, Crist. Dan Minny juga bilang kalau lain kali dia ingin bertemeu denganmu kembali."

"Eh, tentu saja boleh. Saya dengan senang hati mau bertemu dengan Nona Minny." Setelahnya Sergio tak menjawabnya dan hanya meminum minumannya sembari melihat pemandangan sekitar. Mereka memang berada di ruangan VVVIP, namun ruangan ini tembus pandang alias kalau dari dalam bisa melihat apapun yang sedang terjadi di luar. Tapi, kalau dari luar tak bisa melihat apa yang terjadi dari luar.

Sergio menengok kearah Crist yang duduk di sampingnya. Pemuda itu meminum lemon tea sembari melihat kebawah sana, dimana banyak sekali manusia yang berjoget hingga terlihat bagaikan lautan manusia.

Entah mengapa bibir merah Crist begitu menggoda matanya. Apa nafsunya naik hanya karena memandangi wajah Crist? Oh tidak, mari berdoa agak Crist bisa selamat dari cengkraman hewan buas yang sedang kelaparan saat ini.

Tanpa aba-aba sama sekali. Tangan kekar Sergio langsung menarik tubuh Crist hingga duduk dipangkuannya, Crist yang diperlakukan seperti itu tentu saja terkejut. Bahkan gelasnya saja hingga jatuh dan pecah akibat tindakan mendadak yang dilakukan oleh Sergio.

Belum sempat Crist buka suara dan menanyakan apa maksud Sergio, dia sudah terlebih dahulu diserang. Mulutnya di serang dengan ciuman brutal yang Sergio layangkan. Rasanya Crist bagaikan batu besar yang tak dapat bergerak. Tubuhnya di kunci oleh tangan bosnya.

Kekuatannya yang tak seberapa ini tidak bisa membuatnya lepas dari Sergio yang saat ini libidonya sedang tinggi-tingginya. Gerakan yang begitu menuntut membuat Crist kewalahan sendiri menghentikan ulah Sergio.

.
.
.
.
.

Untuk selanjutnya yang tahu hanya mereka berdua, semoga Crist nggak apa-apa deh.

Jangan lupa tinggalkan jejak, baik itu vote ataupun komen.

See you next chapter
5 February 2023

The Seductive Boss Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang