Sergio menikmati dunia malam dengan hingar bingar yang begitu memekakkan telinga. Dia tidak seorang disini, ada seorang perempuan dalam rengkuhannya yang sedari tadi meliukkan badannya dengan begitu seksi. Mereka menggerakkan badannya sesuai irama lagu yang begitu memekakkan telinga.
Dunia malam sudah tak asing bagi Sergio, dulu dia bisa ke sini setiap hari. Namun, usai perusahaannya semakin berjaya dia mengurangi intensitasnya ke dunia malam karena sibuknya bekerja. Sekarang dia seringnya ke club kebanyakan untuk meeting dengan kliennya, atau ketika dia sedang bosan di kantor. Dan malam ini karena perempuan dalam rengkuhannya yang mengajaknya ke sini.
Entah bagaimana kini mereka berdua terlibat dalam ciuman penuh gairah, tak ingin berlama terlihat di publik ketika seperti ini. Sergio menariknya menuju room yang memang selalu dia gunakan ketika disini. Karyawan disana sudah paham dan langsung memberikan card untuk kesana.
Bahkan ketika dalam lift ciuman mereka tak terlepas sama sekali dan dengan berani Sergio tangannya kemana-mana meremas apapun yang ia inginkan. Tak sejengkalpun badan perempuan itu terlepas dari tangan kekarnya.
Semalam penuh Sergio menghabiskan waktunya bermain, hingga pagi menyingsing terlihat dua orang itu tertidur dengan begitu lelap sembari berpelukan membagi kehangatan usai mengejar kenikmatan surgawi.
“Sergi, bangun. Kamu nggak ke kantor?”
“Bentar Syeril aku masih ingin tidur,” jawab Sergio sambil matanya masih terpejam. Sergio memang tipe orang yang gampang terbangun jika ada pergerakan.
“Oh, ayolah bangun. Kemarin kau berpesan padaku ada meeting penting loh hari ini Sergi!” seru Syeril yang mana perempuan yang sedari kemarin bersama Sergio.
“Oke, aku bangun. Lihat mataku sudah terbuka nih.”
Gelak tawa tipis dengan nada manja itu mengudara, Syeril tertawa karena melihat Sergio yang agak jengkel karena ia bangunkan.
“Puas, lagian kenapa sih kamu panggil cuma Sergi, my name is Sergio Honey. I don’t like when you call me Sergi, it feel weird you know,” ucap Sergio bangun dari rebahannya sembari meregangkan badannya yang terasa lelah.
Syeril yang justru gemas itu memeluk punggung lebar itu dan sesekali menciumnya. “Karena aku ingin berbeda dengan yang lain, dan kupikir lebih mudah memanggilmu seperti itu.”
Sergio menghela nafasnya dengan perlahan, paginya terasa buruk karena harus berdebat dengan Syeril. “Dengan kamu ada disini kamu sudah beda dari yang lain, Syeril!” Sergio seakan menakankan setiap kata yang ia lontarkan pada perempuan yang haus akan pengakuan itu.
“Tapi, tetap saja aku ingin.” Syeril tetap pada keinginannya yang ingin memanggil Sergio dengan cukup Sergi saja.
“Yaudah terserahlah, kartu di meja sudah aku isi kau bisa berbelanja sesukamu,” ucap Sergio yang sudah jengah dia memilih bangkit dari sana melepaskan pelukan tangan kecil Syeril dari badannya dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
“Thank you, honey,” teriak Syeril yang senang.
Sergio pergi dari sana sendiri meninggalkan Syeril yang entah nanti pulangnya bagaimana dia tak ingin ambil pusing karena dia mengejar waktu. Meeting akan dilaksanakan sekitar setengah jam lagi dan dia masih berada di jalanan sekarang. Sergio mengendarai mobilnya dengan kecepatan yang cukup tinggi. Membelah jalanan dengan begitu lincah namun tetap berhati-hati.
Sampai di kantor dia langsung menuju ke ruangannya, namun bukannya langsung masuk ke ruangannya dia justru melangkahkan kakinya menuju meja sekretarisnya. Di sana ada ada Jaco dan Crist di mejanya masing-masing mengerjakan pekerjaan bagian mereka sendiri-sendiri. Namun, ketika melihat ada bos mereka datang ke arah mereka. Mereka berdua langsung bangkit dari duduknya dan tersenyum ramah pada Sergio karena mereka pikir ada hal penting yang ingin disampaikan bosnya pada mereka berdua.
Sayangnya semua itu diluar dugaan mereka berdua, Sergio langsung menuju ke arah Crist dan langsung memegang tengkuk Crist menciumnya dengan begitu brutal di depan Jaco. Bagaimana keadaan Crist dengan serangan semendadak ini, tentu saja dia terkejut. Crist membelalakkan matanya dan mencengkram dengan begitu erat jas yang dikenakan oleh Sergio.
Cukup lama ciuman itu berlangsung sekitar lima menit hingga Crist kehabisan nafas dan mendorong tubuh besar Sergio dari depannya. Dia langsung meraup udara sebanyak-banyaknya yang ia bisa.
Sedangkan Sergio justru tersenyum miring sembari mengusap bibirnya, wajahnya terlihat cerah usai mendapatkan vitaminnya. Suasana hatinya langsung agak membaik daripada sebelumnya. Dia menoleh ke Jaco yang mematung ditempatnya dan bertanya, “Jam berapa meetingnya, Jaco?”
“Ehem, masih sepuluh menit lagi Mr,” jawab Jaco menormalkan ekspresinya usai terkejut dengan apa yang ia saksikan barusan.
“Baik, siapkan ruangannya sekarang.” Usai mengatakan itu Sergio langsung hengkang dari sana dan masuk ke dalam ruangannya sendiri.
Sedangkan Jaco langsung menoleh ke arah Crist yang terduduk lemas di kursinya. Dia terlalu shock dengan serangan yang baru ia dapatkan sekarang, namun malu lebih dominan yang ia rasakan karena kejadian ini berlangsung di depan mata rekan kerjanya. Mau ditaruh di mana wajahnya sekarang, sungguh Crist malu hingga rasanya ia ingin menenggelamkan tubuhnya di Lake Como sekarang juga.
Jaco yang melihat Crist yang begitu memprihatinkan itu langsung menghampirinya dan memegang pundak rekan kerjanya itu. “Crist, kamu nggak apa-apa?” tanya Jaco khawatir.
Crist terdiam dan menundukkan kepalanya sembari menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, dia malu dan bingung harus menjawab apa atas pertanyaan yang diajukan oleh Jaco.
Melihat Crist yang tak menjawab pertanyaanya dia langsung memeluk Crist berharap itu bisa menenangkannya karena dia pikir pasti Crist sangat shock. Jaco yang melihatnya saja shock apalagi Crist yang mengalami itu.
“Tidak apa-apa, tenangkan dirimu dulu. Kau bisa bercerita denganku saat kau siap,” ucap Jaco. Crist hanya menganggukkan kepalanya.
Usai pelukan singkat itu, Jaco langsung bergerak cepat untuk menyiapkan apa yang diperintahkan oleh bosnya. Tak lupa menyuruh Crist untuk menyuci mukanya karena tadi dia sempat menangis sebentar.
Bahkan jika biasanya sudah Crist yang memanggil Sergio ketika ada meeting di kantor. Kali ini Jaco yang ambil alih itu sedangkan Crist sudah di ruang meeting menunggu bosnya datang bersama dengan karyawan lain yang juga menunuggu. Jadi, tidak hanya Crist sendiri disana.
Sepanjang meeting berlangsung berjalan dengan lancar, meskipun ada beberapa orang yang mendapatkan teguran dari Sergio dari hasil presentasi design mereka yang menurut Sergio buruk. Namun meskipun demikian masih banyak dari karyawannya yang hasilnya cukup memuaskan.
Tanpa Crist sadari juga sepanjang meeting berlangsung sesekali mata Sergio tertuju pada Crist, meskipun Crist tak sadar namun ada orang lain yang tahu itu. Jaco diam-diam melihat kearah bosnya yang begitu intens melihat ke Crist. Sekarang dia khawatir dengan Crist untuk kedepannya.
Akankah Crist betah di Jinx SR?
.
.
.
.
.Hayoloh pak sergio gegabah banget sampe bikin shock orang lain. Kasian juga Crist yang harus menanggung malu ya
Kira-kira gimana kelanjutannya?
See you next chapter.
27 Mei 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
The Seductive Boss
FantasyAda hal yang seharusnya tak mereka lakukan, jarak yang memang harus ada diantara keduanya. akibat sebuah malam yang penuh gairah membuat semuanya menjadi begitu kacau. Kehidupan yang awalnya penuh dengan kebahagiaan serta keceriaan dan seharusnya b...