Berhubung ini weekend dan Minny juga tak sekolah. Jadi hingga hampir siang belum ada yang bangun. Sergio dan Minny masih betah terlelap dalam mimpinya.
Namun, tidak dengan Crist yang sedari tadi sudah sibuk di dapur untuk membuat sarapan. Semenjak Crist tinggal bersama Sergio, ini menjadi rutinitasnya di pagi hari yang selalu menyiapkan sarapan. Sergio juga request untuk membuatkan sarapan sehat untuknya karena pagi hari ia tak dapat menelan makanan yang berat-berat demi menjaga tubuhnya.
Jadi Crist hari ini hanya masak cukup simple. Di meja makan tersaji 3 piring omlete dengan sayuran sebagai pelengkapnya serta 3 gelas susu putih yang menjadi pendampingnya untuk meredakan dahaga.
Terdengar bunyi langkah dibelakangnya, itu membuat Crist yang awalnya membersihkan perlengkapan yang ia buat masak langsung menoleh ke belakang dan menemukan Minny yang datang kearahnya sambil mengucek matanya karena masih agak ngantuk.
“Morning Minny,” sapa Crist dengan senyumnya yang manis.
“Morning too, uncle.” Minny memeluk kaki Crist dengan mendongakkan kepalanya untuk melihat wajah Crist.
Crist yang gemas mengusap pipi gembil Minny dan bertanya, “Mana ayahmu? Dia belum bangun?” karena Crist melihat Minny yang jalan sendirian kemari.
Minny menggelengkan kepalanya. “Belum, tadi aku sudah membangunkannya tapi ayah nggak mau bangun. Katanya mau bangun kalau uncle yang membangunkannya. Kan aneh banget, padahal sama aja ya uncle.”
“Oh begitu, yaudah kamu mandi dulu di kamar uncle. Nanti uncle siapkan bajumu di ranjang, ini uncle mau bangunin ayah kamu dulu.” Minny menganggukkan kepalanya dan menuju kamar yang ditunjuk Crist.
Sebelum membangunkan Sergio, ia ke ruang ganti dulu untuk mengambil baju Minny. Dia pernah melihat ada beberapa potong baju ukuran Minny. Jadi mungkin itu memang kepunyaannya.
Ketika masuk kamar Sergio ia melihatnya yang masih saja bergulung dalam selimut. Dia duduk di pinggiran ranjang dan menepuk bahunya, agar Sergio bangun. “Ayo, bangun. kita sarapan sama-sama, Gio.”
Kala Sergio membuka matanya dan melihat Crist yang sedang membangunkkanya. Ia menarik tubuh Crist hingga terjatuh di atas dadanya. Ia merapikan rambut Crist yang agak berantakan usai memasak.
“Kamu masih pagi kok udah cantik sih,” puji Sergio yang sukses membuat Crist memerah pipinya. Jantungnya bahkan berdetak tanpa Sergio dengar. Crist merasa murahan sekali, padahal Sergio hanya memujinya. Mengapa ia terlihat murahan begini?
“Ck, ayo cepet bangun. Minny sudah nungguin tuh.”
Sergio tertawa karena melihat Crist yang salah tingkah hingga tak menatap wajahnya dan memilih melihat kearah lain. Padahal ia masih tengkurap diatas badan Sergio.
“Nggak mau, semaleman aku gak bisa meluk kamu. Kaya ada yang kurang tahu.”
“Ya dipeluk dong anaknya, sama aku kan tiap hari.”
Sergio tak menjawabnya ia lebih memilih menarik tengkuk Crist dan mengajaknya berciuman. Melumatnya dengan perlahan sembari menikmati bibir kesukaan yang sudah menjadi salah satu candunya dari tubuh Crist.
Mereka saling menyesap satu sama lain menikmati keintiman pagi hari yang begitu indah. Sesekali saling membelit lidah satu sama lain. Sebenarnya bukan hanya Sergio yang candu akan bibirnya.
Crist juga sudah mulai terbiasa dengan itu meskipun setiap kali mereka saling berbagi ludah terasa begitu banyak kupu-kupu yang berterbangan di perutnya. Apalagi disertai dengan usapan-usapan lembut yang Sergio lakukan itu membuat Crist merinding sekujur badan.
Bunyi pintu yang seperti akan dibuka dari luar, membuat Crist yang mendengarnya langsung bangkit dan memisahkan diri dari Sergio. Rasanya ia seperti tertangkap polisi karena tiba-tiba Minny masuk tanpa mengetuk terlebih dahulu.
“Uncle, kenapa bibirnya kok besar? Habis di sengat lebah ya?” tanya Minny heran padahal tadi tidak seperti itu.
Secara reflek Crist menyentuh bibirnya dan mengusapnya. Matanya berkedip-kedip mencari alasan apa yang sekiranya tepat untuk pertanyaan yang dilayangkan oleh Minny.
“Enggak sweety, Uncle Crist habis nabrak pintu makanya gitu.”
Crist menatap nyalang pada Sergio yang justru tersenyum. Konyol sekali alasan itu, rasanya ia ingin menggeplak kepala bosnya yang asal bicara itu.
“Aw, itu pasti sakit ya.” Minny ikut khawatir.
“Nggak kok, nanti uncle obtain biar bisa sembuh.”
“Padahal bisa langsung sembuh kalau dicium lagi,” gumam Sergio yang masih bisa di dengar oleh Crist.
Crist mengijak kaki Sergio yang sudah terduduk dan bersiap turun dari ranjang. Sergio yang mendapat serangan itu langsung berteriak kesakitan. Ia menatap Crist seolah menanyakan kenapa Crist menginjak kakinya.
Bibir Crist bergerak tanpa suara seolah sedang mengomeli Sergio. “Tau ah, aku mau mandi dulu.” Ia bangkit dari duduknya dan mengahampiri Minny yang masih diujung pintu.
“Minny main sama Uncle Crist dulu ya.”
“Oke, siap ayah.”
“Ayo Minny keluar, tinggalin ayah yang masih bau,” ajak Crist menggandengnya keluar. Namun, ketika akan keluar tangannya ditahan oleh Sergio dan ia berbisik, “Yakin bau? Tadi kamu udah ngerasain loh.”
“Ah, gatau kamu bau.” Crist menarik tangannya dan keluar dari sana meninggalkan Sergio yang tertawa puas.
Meja makan pagi ini terasa lebih hidup dan berjalan normal layaknya keluarga. Diiringi dengan ocehan Minnya yang menceritakan tentang teman-temannya disekolah. Sergio dan Crist menyimak dengan antusias dan itu membangkitkan semangat Minny untuk bercerita lebih banyak.
“Apakah Minny akan bahagia kalau dia mempunyai keluarga lengkap kayak gini?” tanya Sergio dalam hati.
.
.
.
.
.
.
.
.Cie pak gio udah bayangin aja nih punya keluarga lengkap sama crist ya 🤭
KALIAN KOK CEPET BANGET SIH SAMPE 100 😭
YAUDAH AKU NAIKIN KE 200 BUAT LANJUT CHAPTER SELANJUTNYA 🤪See you next chapter
KAMU SEDANG MEMBACA
The Seductive Boss
FantasyAda hal yang seharusnya tak mereka lakukan, jarak yang memang harus ada diantara keduanya. akibat sebuah malam yang penuh gairah membuat semuanya menjadi begitu kacau. Kehidupan yang awalnya penuh dengan kebahagiaan serta keceriaan dan seharusnya b...