Chapter 41: Pencarian tak Berujung

2.6K 172 28
                                    

Sudah seminggu lamanya ia mencari keberadaan Crist dimana. Crist bagai hilang ditelan bumi.

Apalagi mereka berpisah dengan tidak baik, ia bingung harus mencarinya kemana. Pasalnya sehari setelah Sergio mencari Crist ke apartemen Gian, tiba-tiba paginya ada surat pengunduran diri disertai beberapa jumlah uang disana.

Waktu itu Sergio langsung melemparnya, bukan ini yang ia mau. Kenapa malah Crist meninggalkan dirinya. Dia membuat surat kontrak diantara mereka hanya sebagai alibi agar Crist tak kabur seenaknya. Namun, lihatlah sekarang semua yang ia lakukan tak berguna. Tetap saja Crist meninggalkannya.

Ia juga sudah menyuruh Jaco untuk menyewa orang buat mencari keberadaan Crist, namun hasilnya nihil. Crist tak ditemukan sama sekali sampai hari ini. Jaco yang pernah melihat Crist pergi dengan Gian, hingga ia menanyakan keberadaannya siapa tahu dia tahu. Namun tetap saja tak tahu.

“Kemana sebenarnya kamu, Honey?”

“Kemana kamu pergi?”

“Apa karena sikapku yang buruk, hingga kamu pergi?”

“Kenapa kamu nggak bicara, setidaknya aku bisa mengevaluasi diriku. Bukan langsung pergi begitu saja seperti ini, aku butuh kamu Crist.”

Rasanya Sergio frustasi mencari keberadaan Crist, sungguh dia tak rela ditinggalkan seperti ini. Tapi, ia harus bagaimana. Sergio tak tahu Crist berada di belahan bumi mana sekarang.
Ia menelungkupkan wajahnya di atas meja kerjanya, ia merasa tak mempunyai semangat kerja sejak Crist tak ada lagi di sini. Namun, bunyi ketukan pintu dari ruangannya membuat Sergio bangkit dan menegakkan badannya. Terlihat ada Jaco disana yang masuk ke dalam ruangannya.

“Ada apa Jaco?” tanya Sergio.

“Mama Anda berkunjung, Mr.” Sergio bahkan belum mengatakan boleh masuk. Tapi, lihatlah sekarang Lusi masuk keruangan Sergio dengan menggandenga seseorang yang ia kenal.

“Mau apa mama kesini?” tanya Sergio yang tak ingin basa-basi.

“Mama membawa seseorang buat kamu. Ini Syeril anak teman mama, dan katanya sudah mengenalmu. Jadi mama ingin menjodohkannya dengan kamu.”
Sergio bangkit dari duduknya. “Aku nggak ingin sama perempuan matre ini, silahkan mama bawa Syeril pergi dari sini.”

Syeril yang dibawa oleh Lusi terlihat sangat dongkol karena mendapat cacian dari Sergio. “Kamu bangkrut ya. Itu mah kamu yang nggak mampu ngehidupin aku.”

“Buat apa aku ngheidupin orang yang mengobral dirinya kesana-kemari. Memberikan tubuhnya untuk dipakai ramai-ramai. Sadar! Kamu itu sekarang hanya seonggok sampah tak berguna.” Ucapan Sergio sangat menusuk hingga menancap tajam di hati Syeril.

Akhirnya Syeril pergi dari sana sambil menghentakkan kakinya kesal, karena bisa-bisanya ia dipermalukan seperti ini. Meninggalkan Sergio dan Lusi disana.

“Sergio, bukankah kata-katamu terlalu kasar. Dia perempuan loh nak.”

“Kenapa memangnya? Dia pantas karena aku hanya berbicara fakta disini.”

Lusi yang tak ingin berdebat panjang lebar lagi akhirnya ikut pergi dari sana dan menyusul Syerli untuk meminta maaf karena perkataan kasar dari Sergio yang pasti menyinggung hatinya.
Berbanding terbalik dengan Sergio yang puas akhirnya bisa puas karena dapat mengungkapkan hal yang sudah sangat lama ia pendam. Seorang dirinya dipermainkan seperti ini, pastinya ia tak akan tinggal diam.

Sergio bahkan diam-diam menghancurkan bisnis mereka. Siapapun yang menganggap dirinya remeh, pasti akan ia pastikan mereka mendapat pembelajaran yang setimpal dengan kesakitannya.

Ia menghampiri Jaco. “Gimana sudah ada kabar tentang orang suruhanmu tentang Crist?”

“Belum ada Mr. Kira-kira kenapa ya dia berhenti. Padahal saya kira dia betah disini,” ucap Jaco yang juga heran dengan Crist yang tiba-tiba mengirimkan surat pengunduran dirinya.

Sergio hanya mengendikkan bahunya dan pergi dari sana. Masalahnya ia juga nggak tahu apa yang membuat Crist pergi tanpa meninggalkan pesan sama sekali. Apa karena ia melarangnya pulang? Sepertinya tidak karena Crist bukan tipe yang seperti itu.

Kekurangan uang juga sepertinya tidak karena semenjak mereka lebih dekat, Sergio selalu memberi banyak uang agar Crist bisa jajan dan memenuhi keinginannya. Pasti ada hal lain yang membuat Crist cabut dari kantornya.
Baru saja Sergio duduk di tempatnya, pintunya sudah terbuka kembali dengan Jaco yang masuk ke dalam sembari membawa sebuah kotak kecil ditangannya.

“Oh sudah jadi ya,” ucap Sergio yang tahu apa isi di dalamnya.

“Benar, ini baru saja diantarkan ke sini.” Jaco memberikan barang itu kepada Sergio dan pamit undur diri untuk keluar dari sana.

Sergio membuka kotak kecil itu yang berisi cincin dengan huruf sc kecil yang menjadi aksesorisnya. Telihat begitu cantik dengan perpaduan berlian yang membuat cincin itu terlihat begitu mewah. Cincin itu memang ia pesan khusus di anak perusahaannya untuk Sergio berikan pada Crist. Itu perpaduan antara namanya dan Crist. Tapi, sayangnya Crist sudah pergi entah kemana, lalu harus ia apakan cincin di tangannya ini.

“Ini pasti akan terlihat sangat cantik jika melingkar di jari manismu,” gumam Sergio sembari mengelus cincinnya. Ia menghela nafas, apa memang ini sudah menjadi karmanya ditinggalkan oleh Crist.

Mengapa disaat ia sudah nyaman dengan seseorang harus ditinggalkan sih, kalau tahu endingnya akan seperti ini. Mungkin lebih baik dulu mereka tak bertemu saja. Takdir seakan tak berpihak baik padanya.

Kini ia agak menyesal telah menahan Crist dihari terakhir mereka bertemu. Mungkin jika ia tak menahannya Crist tak akan pergi diam-diam dari hidupnya. Dan masih ada bersamanya sampai sekarang. Bila waktu dapat diputar kembali Sergio ingin memperbaiki dirinya.

.
.
.
.
.
.

Buat informasi kenapa Sergio gak bisa nemuin Crist, karena dia udah nggak nyuruh orang buat ngawasin Crist 24 jam karena dia ngerasa Crist ga mungkin kabur dari dia. itulah mengapa Sergio gak bisa nemuin crist

Jangan lupa tinggalin jejak ya

see you next chapter 😗

The Seductive Boss Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang