Chapter 26: Dancing With Strangers

2.9K 177 31
                                    

Crist berjalan tak tentu arah dia hanya mengikuti langkah kakinya akan membawa dirinya kemana. Dia kesal dengan Sergio yang selalu seenaknya terus, selalu ingin diturutin semau kemauannya. Tanpa memikirkan apakah Crist mau atau tidak.

Dia tak ingin pindah dan tinggal bersama Sergio karena bisa-bisa ia tak bisa lagi menikmati hidupnya. Pasti pria itu akan semakin mengekang dirinya. Yang terparah pasti akan selalu meminta sex, jujur Crist suka dengan sentuhan Sergio. Tapi, kalau setiap hari dan sehari hampir 3x seperti minum obat bisa-bisa ia menjadi gila.

Hidup ini bukan hanya tentang memuaskan nafsu saja, kenapa yang ada dalam benak Sergio hanya sex dan sex terus. Apa dia tak bisa menikmati hidup dengan cara lain. Sepertinya Sergio memang kelebihan hormon sekali dalam sehari tak cukup bagi dia.

Kenapa pula stok spermanya sangat melimpah. Padahal mereka main sepertinya tanpa henti, namun saat puncaknya sampai Sergio akan menyemburkannya dengan begitu banyak hingga lubang Crist tak dapat menampungnya. Apalagi Sergio juga tak pernah pakai pengaman katanya ribet harus lepas pasang, orang gila memang. Yang repot Crist karena harus membersihkannya.

Terlalu sibuk menggerutu hingga membuat Crist tak sadar tiba-tiba ada disebuah kerumunan yang sedang asik menari dijalanan dengan musik yang dimainkan seorang pengamen, Mereka semua terlihat bergembira dan bernyanyi bersama, dan itu terlihat begitu mengasyikkan.

“C’mon dancing with me,” ajak seseorang yang tiba-tiba menarik tangannya mengajak Crist menari.

Alhasil Crist ikut menari dengan mereka, sejenak emosinya menguar begitu saja tergantikan senyum merekah di wajahnya. Menikmati malam ini dengan dancing with stranger diiringi lagu Sará perché ti amo. Mereka bergandengan tangan hingga membentuk lingkaran besar dan menari bersama. Crist tak akan pernah melupakan ini karena ini sangat mengasyikkan.

Semakin malam suasananya bukan makin sepi, justru makin ramai. Banyak orang yang ikut menari bersama seolah itu merayakan kebebasan. Tapi untuk Crist dia memilih mundur dan mempersilahkan yang lain untuk meneruskannya. Dia berjalan sambil melihat ke sekeliling untuk mencari kafe sekitar yang masih buka.

Entah mengapa dia tak bisa menahan rasa laparnya sekarang. Akhirnya ia menemukan tempat yang ia cari dan itu tak jauh dari kerumunan tadi. Dia duduk di bagian luar sambil menikmati suasana malam yang begitu tenang. Menyaksikan banyak orang bergembira membuat hatinya membaik.

“Silahkan pesanan Anda,” ucap seorang pelayan mengantarkan pesanan Crist

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Silahkan pesanan Anda,” ucap seorang pelayan mengantarkan pesanan Crist.

“Ya, terima kasih.” Crist tersenyum ramah, matanya berbinar melihat lasagna dan risotto tersaji di meja-nya dengan air mineral sebagai pelepas dahaga setelah agak lelah menari.

Sendirian kembali seperti sekarang ditengah ramainya ibu kota membuat Crist teringat kembali dengan Sergio yang ia tinggalkan dengan keadaan emosi yang memuncak tadi. Sontak dia mengambil ponselnya dan mendapati begitu banyak panggilan tak terjawab dari Sergio. Serta ada beberapa pesan masuk yang menyuruhnya untuk membalas pesan itu.

Crist ingin mengabaikannya dan ketika ia hendak memasukkan ponselnya kembali berdering menampakkan nama Mr. Sergio  di sana membuat Crist tak jadi memasukkannya. Dia meletakkannya di meja sembari tangannya tak henti memasukkan makanan ke mulutnya, ia melihatnya hingga panggilan itu mati dan kembali berdering tanda panggilan masuk.

Dia meminum minumannya dan mengatur nafasnya sebelum mengangkat telefon dari bosnya yang egois itu. Baru saja Crist mengangkatnya dan belum mengucap sepatah katapun, dirinya sudah diberondong begitu banyak pertanyaan.

“Kamu kemana? Ini sudah hampir pagi? Kemana saja kau, aku menunggumu dari tadi. Kau baik-baik saja kan? Kembali ke hotel sekarang juga, Crist. Kau ini ingin pergi nggak bilang-bilang mau kemana, kini aku yang bingung mencarimu. Cepatlah kembali aku akan memikirkan ulang soal perdebatan kita tadi.”

“Kau mencariku bukan karena khawatir, Gio. Tapi, karena kau hanya ingin tubuhku saja bukan aku.”

“Bukan begitu, nanti kita bicarakan ya. Sekarang kembali lah dulu, atau kau mau aku jemput. Share loc sekarang juga, Honey!”

Crist tak mengindahkannya dia lebih memilih mematikan sambungan telefon diantara mereka. Meladeni Sergio yang seperti ini menguras energinya saja, jadi lebih baik dia menikmati makan malam menjelang paginya ini dengan tenang. Dia bahkan mematikan ponselnya agar tak diganggu oleh Sergio lagi.

Di lain sisi ada Sergio yang murka karena diabaikan oleh Crist, dia membanting ponselnya sampai hancur. Amarahnya semakin memuncak karena mendapat penolakan itu. Baru kali ini ada yang mempermainkannya, padahal ia sudah mencoba bersikap baik pada Crist. Dia tak pernah seperti ini dengan mantan-mantannya.

Harga dirinya seakan terasa diinjak-injak. “Lihat saja kamu Crist, akan aku buat kau bertekuk lutut dibawahku.”

Dia mengambil ponselnya yang lain dan menelfon seseorang. “Di mana dia sekarang?” tanya Sergio.

“Dia sedang makan di sekitar jalanan ibu kota, roma.”

“Kirimkan aku lokasinya, aku akan menjemputnya.” Setelahnya sambungan telefon itu terputus begitu saja.

“Jika kau tak ingin kembali, maka aku yang akan menyeretmu kembali padaku. Apapun yang sudah menjadi milikku tak bisa kabur begitu saja.” Dengan senyuman miring Sergio mengatakannya. Dia mengganti bajunya dengan agak rapi dan keluar dari hotel tempatnya menginap.

Setelah melihat ponsel dan melihat titik dimana Crist berada yang ternyata tak jauh dari tempat mereka menginap. Ia langsung menyuruh sopirnya untuk menuju ke tempat tersebut, ketika sudah hampir sampai ia menyuruh sopirnya untuk berhenti tak jauh. Ketika turun dari mobil Sergio bisa melihat diujung sana Crist duduk sambil menikmati makanannya.

Dengan langkah pasti Sergio menuju ke tempat Crist berada, hingga ketika tepat berada di belakang Crist. Ia merundukkan badannya dan berbisik pada Crist. “I got you, Honey. Sejauh apapun kamu lari, aku pasti menangkapmu.”

Crist mematung ditempatnya, ia tahu betul suara siapa yang ada di belakangnya. Entah apa yang akan terjadi setelah ini, Crist tak kuasa membayangkannya.

.
.
.
.
.
.

UP LAGI NGGAK NIH??

Semoga selamat ya Crist

Jangan lupa selalu tinggalkan jejak baik vote maupun komen

See you next chapter

The Seductive Boss Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang