Sudah dua hari Crist dirawat di rumah sakit dan keadaannya kini berangsur membaik. Namun, dia lebih banyak diam berbeda dengan sebelumnya. Dia akan membuka mulutnya ketika makan, bahkan ketika Sergio mengajaknya berbicara Crist hanya menjawab dengan geleangan atau anggukan saja
Sergio juga sebenarnya ikut frustasi didiami oleh Crist hingga seperti ini. Dia lebih suka Crist yang ceria dan ngambek ketika ia usili, semua ini juga berasal dari salahnya.
“Nanti kamu udah boleh pulang dan kita langsung kembali ke Milan nanti malam,” ucap Sergio yang hanya diangguki oleh Crist.
Sergio memilih keluar dari ruangan itu dan menyisakan Crist seorang diri. Sergio ingin merokok sebentar, otaknya terasa buntu dan lagi pula tak diperbolehkan merokok di ruangan rawat. Alhasil dia keluar dan mencari smooking area karena tentu tak boleh sembarang menyalakan rokok di area rumah sakit.
Berbeda dengan Crist yang mengobrol dengan Felix karena sepupu Gian itu tiba-tiba menelfonnya.
“Ada apa, Felix?” tanya Crist ketika mengangkat sambungan diantara mereka.
“Kak Crist kapan pulang ya dari Roma? Aku kangen nih, pengen ngajak jalan.” Pdahal mereka baru kenal sebentar namun Felix sudah merindukannya. Kini Crist juga ikut merindukan adik kecil yang selalu ceria itu.
“Aku baru ambil penerbangan malam ini, tapi mungkin baru bisa pulang ke apartemen-nya Kak Gian besok deh habis kerja,” jawab Crist.
“Oh begitu ya. Oke, besok kita main ya Kak habis kamu pulang kerja, kebetulan aku pengen nyoba kedai gelato yang baru buka. Kamu suka nggak kak?”
“Suka-suka aja kok. Oke deh, besok kita langsung ketemuan di tempatnya langsung saja, share lock aja besok ya,” pinta Crist.
“Siap, sampai jumpa besok Kak Crist. Semoga nanti perjalanannya lancar ya.”
Setelah mengiyakannya sambungan mereka terputus, dan itu bertepatan dengan Sergio yang masuk ke dalam ruangan itu. Crist langsung meletakkan ponselnya di samping bantalnya, baru akan merebahkan dirinya lagi. Tiba-tiba tangannya di jegal oleh Sergio, pria itu duduk di pinggiran ranjang dan memeluk tubuhnya.
“Jangan bergerak, aku butuh pelukanmu sebentar saja,” pinta Sergio yang hanya diangguki oleh Crist.
Crist hanya diam saja, namun tak berselang lama pelukan mereka harus terlepas karena dering ponsel milik Sergio berbunyi. Dia melihat ada nama Syeril tertera di sana, dia melihat kearah Crist yang langsung mengalihkan pandangannya kearah lain.
“Halo ada apa, Syeril?”
“Kamu kapan pulang? Kenapa lama sekali Honey, padahal biasanya kalau ke Roma langsung pulang. Ini kok sampai 5 hari belum pulang juga sih,” cerocos Syeril yang langsung memberondong Sergio.
“Memangnya kenapa?”
“Itu kartu yang kamu isi seminggu yang lalu sudah habis. Isiin lagi ya, aku mau shopping sama teman-temanku.”
“Iya, nanti aku isi. Dan ini untuk terakhir kalinya jangan hubungi aku lagi, kita selesai sampai sini. Dan jangan ke kantorku juga,” ucap Sergio yang langsung memtuskan sambungannya secara sepihak.
Crist yang mendengarnya tentu saja terkejut, namun dia menyembunyikan keterkejutannya dengan tetap bungkam. Seolah itu bukan berita yang besar dan patut dirayakan.
“Kau dengar sendiri aku sudah mengakhirinya.”
“Lalu?”
“Aku hanya milikmu sekarang,” ucap Sergio.
Agak terganggu dengan klaim yang ditetapkan oleh Sergio, itu membuat Crist menoleh dan menatap kearah Sergio. “You’re not mine. You’re my boss, and yah aku akan selalu tunduk di bawah kendalimu. Toh, aku juga tak bisa menolaknya.” Crist mengingatkannya kembali bahwa Sergio selalu bilang ia tak bisa menolak dan harus menuruti keinginan Sergio. Jadi kata ‘Aku hanya milikmu’ seolah tak pas dalam hubungan mereka.
Sergio sudah malas berdebat dia juga milih diam dan memeluk Crist kembali. Entah apapun sebutan hubungan diantara mereka yang terpenting Crist hanya untuknya saja begitu pula ia yang belajar cukup hanya Crist untuk mengatasi libidonya.
Kini berjalan seperti biasanya kala mereka telah tiba di Milan. Hubungan mereka hanya antara bos dan bawahan, Crist dengan sigap membantu pekerjaan Jaco setelah 5 hari dia pergi dengan Sergio ke Roma.
“Crist apa terjadi sesuatu di Roma? Kenapa tumben lama sekali,” tanya Jaco.
Crist yang awalnya fokus pada berkasnya sontak menoleh ke samping. Dia memasang senyum ramahnya dan berkata, “Semuanya aman kok menurutku, aku sempat sakit dua hari di sana makanya agak lama pulangnya. Aku udah nyuruh Mr. Sergio untuk pulang dulu, tapi dia ada pertemuan dengan teman-temannya kata dia.” Seperti biasa Crist berbohong pada Jaco, sepertinya Crist bisa mendapat piala oscar untuk penghargaan kategori pembohong handal dengan berjuta alasan.
“Terus kenapa kerja sama antara Group Lorenzee dan Jinx SR gagal?” tanya Jaco heran.
“Loh gagal? Lancar kok, waktu itu sudah tanda tangan kontrak juga loh. Gagal gimana?” tanya Crist bingung. Pasalnya Sergio tak meberitahu dirinya soal ini.
“Nggak tahu juga, aku hanya mendapat telefon dari Mr. Sergio kalau kerja samanya dibatalkan. Bahkan kita harus membayar denda yang cukup tinggi loh.”
“Duh, beneran aku nggak tahu. Soalnya aku sempet sakit kan, jadi sepertinya Mr. Sergio lupa mengatakannya padaku. Biar aku tanya sama dia deh.”
Crist bangkit dari duduknya dan mengetuk pintu ruangan bosnya. Ini ada yang janggal masalahnya, jadi ia harus mengkonfirmasi langsung dengan orangnya. Ketika mendengar dirinya diperbolehkan masuk ke dalam, Crist langsung membuka pintunya dan melenggang masuk. Dia bisa melihat Sergio yang fokus dengan dokumen-dokumen menggunung di mejanya.
“Ada apa?” tanya Sergio tanpa mengalihkan pandangannya dari file yang sedang ia baca.
“Kenapa kamu batalkan kontak kita dengan Group Lorenzee, padahal kemarin sudah deal kan?” tanya Crist penasaran.
Sergio mengangkat wajahnya dan menyandarkan badannya. “Kau ingin jawaban seperti apa?”
“Lengkap, aku ingin tahu semuanya. Soalnya aku juga ada di sana ketika kalian tanda tangan surat kerja sama.”
“Dia ingin kamu tidur dengannya. Aku murka dan kami berantem, jadi kontrak batal. Sudah, apa yang ingin kau tahu lagi? Kalau tak ada silahkan keluar, kerjaanku banyak.”
Usiran halus itu terasa menusuk di hatinya, apalagi setelah mengetahui alasannya. Rasanya Crist agak bersalah karena mendiami Sergio berhari-hari, bosnya rela rugi banyak untuk dirinya yang hanya karyawan.
‘Sebenarnya apa maumu Sergio? kenapa kamu melakukan ini, kalau hanya ingin tubuhku kenapa harus sebegininya’ sayangnya pertanyaan itu tak berani Crist tanyakan, semuanya hanya terkubur dalam hatinya.
.
.
.
.
.
.UP LAGI NGGAK NIH??
Perangnya makin panas ya
Ayo siapa kira-kira yang bakal luluh lebih dulu.
Jangan lupa buat selalu tinggalin jejak ya, baik itu vote maupun komen.
See you next chapter
KAMU SEDANG MEMBACA
The Seductive Boss
FantasyAda hal yang seharusnya tak mereka lakukan, jarak yang memang harus ada diantara keduanya. akibat sebuah malam yang penuh gairah membuat semuanya menjadi begitu kacau. Kehidupan yang awalnya penuh dengan kebahagiaan serta keceriaan dan seharusnya b...