Chapter 20: Peduli

3.4K 168 6
                                    

Begitu Crist terbangun dari tidur nyenyanyaknya, ia menemukan hanya dirinya seorang diri. Sergio tak lagi ada di sampingnya seperti tadi pagi, ia menghela nafasnya pelan. Memang sudah biasa ia disuruh apapun lalu ditinggalkan. Bahkan ketika ia memberikan tubuhnya dengan paksaan. Memangnya Crist siapa sampai harus ditungguin oleh Sergio, dia hanyalah seorang karyawan yang berada dibawah kendali bosnya langsung. Hak suaranya dicabut begitu saja, tak boleh membantah sama sekali.

Badannya terasa begitu sakit dan perih, apalagi di bagian belakangnya. Rasanya sangat tidak enak. Sedikit saja bokongnya ia gerakkan, rasa ngilu menjalar keseluruh tubuhnya. Hingga membuat tanpa sengaja Crist berteriak kencang.

“Gimana aku bisa bersihkan tubuhku sendiri, ini sangat menyakitkan,” rintih Crist yang merasa tak kuat menahan rasa sakitnya. Untuk menangispun rasanya tak mampu itu tak sebanding dengan rasa sakitnya.

Semalam ia terlalu menikmatinya hingga tak bisa mencegah Sergio yang terus-menerus melakukannya tanpa henti. Tenaganya di kunci dengan sedemikian rupa ketika Sergio bergerak mencari kepuasannya. Bahkan ketika ia sudah tak kuat dan kesadarannya hilang begitu saja, ia masih ingat Sergio masih terus bergerak di atas tubuhnya dengan begitu menggebu-gebu. Ia tak bisa mengimbangi nafsu Sergio yang begitu brutal.

Jika harus seperti ini mungkin lambat laun tubuh Crist akan hancur, bahkan Crist bisa mencium bau anyir. Kemungkinan besar ada yang lecet.Sungguh Crist tak mampu menggerakkan badannya sedikitpun. Terlalu memikirkan tubuhnya yang kesakitan ia sampai tak sadar sudah ada Sergio di samping sofa tempatnya terbaring.

“Kenapa? Pengen duduk?” tanya Sergio.

Crist sedikit mengangkat kepalanya dan menemukan Sergio yang sedang akan memakai kemejanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Crist sedikit mengangkat kepalanya dan menemukan Sergio yang sedang akan memakai kemejanya. Nafas Crist agak tercekat kala melihat jajaran kotak yang tersusun rapi diperut Sergio, dia menelan ludahnya melihat betapa menggiurkannya itu. Ingatannya seolah dibawa ke semalam dimana dia bisa dengan bebas mencengkramnya hingga mencakarnya kala Sergio dengan brutal menungganginya.

“Hei, malah ngelamun. Masih kurang semalam?”

Crist menggeleng  ribut. “Badanku sakit semua, Mr. Aku tak bisa bergerak.” Meskipun ragu untuk bilang, namun Crist benar-benar tak kuat sekarang.

Tak jadi memakai kemejanya, Sergio melepaskannya dan membantu Crist untuk duduk dengan perlahan. Dia memakaikan kemejanya ke badan Crist hingga terlihat kebesaran karena porsi badan mereka memang berbeda. Dengan begitu mudah Sergio mengangkat badannya dan membawanya ke kamar mandi. Disana Sergio sudah mengisi air bathup beserta sabunnya.

“Mandilah!”

Setelahnya Sergio hengkang dari sana, meninggalkan Crist seorang diri yang kebingungan dengan sikap dingin bosnya yang lagi-lagi hadir. Ia kira bosnya akan lebih banyak bicara seperti semalam ketika melewati malam panas bersama.

Crist mengenyahkan pikirannya dan lebih milih menikmati air hangat yang terasa begitu nyaman di badannya yang linu-linu. Membersihkan badannya dari sperma yang mongering hingga lengket. Kulit seputih susu itu tak lagi bersih banyak bercak yang ditinggalkan oleh Sergio. Crist kira tak akan sebanyak perkiraannya, ternyata ini sangat banyak. Bahkan bibirnya begitu bengkak serta luka-luka. Entah seperti apa Sergio semalam kala menciumnya, badannya terlihat begitu kacau.

Cukup lama ia berendam air hangat setidaknya itu sedikit membuat tubuhnya agak rileks.

Tok tok

Terdengar bunyi ketukan disana. Itu membuat Crist yang awalnya memejamkan matanya sontak terbangun. “Iya, ada apa?”

“Sudah selesai belum?” tanya Sergio di balik pintu.

“Sebentar lagi,” teriak Crist dari dalam.

Setelahnya tak ada lagi sautan dari Sergio. Crist dengan segera bangkit dari bathup dengan perlahan karena rasa sakit tentu masih mendera tubuhnya. Meskipun dengan tertatih-tatih ia akhirnya bisa keluar dari sana.

Tangannya menggapai apapun untuk ia buat pegangan agar tak terjauh di lantai kamar mandi yang licin ini. Crist merambat di dinding dengan perlahan dan berhati-hati agar tak jatuh. Menggapai bathrobe yang tak jauh darinya untuk menutupi tubuh telanjangnya.

Baru saja membuka pintu ia disuguhkan dengan Sergio yang berdiri di samping pintu kamar mandi dengan tangannya dimasukkan ke saku celananya. Tanpa memakai bajua atasan seperti tadi, Crist pernah bilang kan kalau penampilan bosnya saat memakai kemeja saja sudah sangat hot dan menggoda. Maka kalau sekarang standar hot-nya langsung melejit ke 1000.

“Lama sekali,” gerutu Sergio.

“Maaf,” cicit Crist pelan sambil menundukkan kepalanya.

“Ayo makan, aku masih ingat belum memberimu makan dari pagi.” Sergio tak setega itu sebenarnya. Namun, tadi siang ketika ia bangunkan Crist untuk mengisi perutnya. Pria itu tak bangun sama sekali mungkin karena terlalu lelah dengan kegiatan mereka semalam.

Jadi, Sergio tak lagi membangunkannya dan membiarkannya untuk menyambung tidurnya sampai tadi Crist bangun sendiri.

“Tidak  us ....” belum sempat Crist menolak ajakan Sergio, ternyata perutnya berbunyi kencang karena kelaparan. Sontak membuat rona merah dipipi Crist muncul karena malu.

“Yakin nggak usah? Tuh cacing dalam perutmu pada minta makan,” ucap Sergio dengan senyuman miring diwajahnya.

Crist hanya nyengir canggung karena malu, dia menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.

Sergio jalan terlebih dahulu, namun mendengar tak ada langkah kaki yang mengikutinya dia menoleh ke belakang dan menampakkan Crist jalan perlahan seperti siput. Sangat lambat sekali hingga membuat Sergio mau tak mau menghampirinya, dia langsung mengangkat tubuh Crist.

Crist yang kaget dengan apa yang dilakukan oleh Sergio tentu saja langsung mengalungkan tangannya agar dia tak jatuh. Jantungnya berdetak begitu kencang sangat berbeda dengan Sergio yang biasa aja. Detak jantung pria itu normal, itu semakin membuat Crist salah tingkah sendirian.

Sergio membawa pria dalam gendongannya ke meja makan dan meletakkan Crist di kursi yang sudah ia siapkan dengan bantal diatasnya. Melihat Crist yang begitu kesakitan hingga tak bisa berjalan, ia mengira pasti sangat sakit. Makanya dia memberi bantalan di kursinya.

Di meja makan sudah tersedia begitu banyak makanan bukan hanya satu jenis. Ada pasta, steak, sushi, pangini dan masih banyak lagi. Hingga membuat Crist bertanya, “Mau ada tamu ya? Kenapa makanannya banyak sekali?”

Sergio menggelengkan kepalanya. “Nggak, ini untukmu,” jawab Sergio santai sambil meminum americano-nya.

“Banyak sekali ini!”

“Makan yang kau suka saja.”

Crist sempat akan protes, namu tak bisa karena ketika ia membuka mulutnya. Sergio menyuapinya dengan lasagna. Alhasil dia langsung mengunyahnya dengan rasa sedikit dongkol. Makan malam menjelang larut malam itu berjalan dengan begitu sunyi, hanya denting sendok yang terdengar.

.
.
.
.
.
.

Jantung aman Crist??? 🤭

kalau aku sih keknya enggak ya

Jangan lupa buat selalu ninggalin jejak ya baik vote ataupun komen

See you next chapter

The Seductive Boss Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang