"Ton gue boleh kerja nggak?" Tanya Olive menatap Toni yang tengah duduk di sofa dengan laptop diatas meja.
"Lo mau kerja apa?" Tanya Toni tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptop miliknya.
"Ya terserah, yang penting kerjaannya nggak terlalu berat dan gue bisa ngerjain." Jawab Olive dengan senyum mengembang dibibirnya.
Setelah selesai makan malam tadi Olive terus saja berpikir bagaimana kegiatannya di apartemen seharian penuh tanpa melakukan apapun. Jika hanya melakukan pekerjaan rumah tidak akan membutuhkan waktu sampai satu hari penuh itulah sebabnya Olive memutuskan untuk bekerja saja untuk mengisi waktu luangnya yang kosong.
"Kalau lo di Jakarta kerjaan lo ngapain?" Tanya Toni yang mulai penasaran dengan pekerjaan sang istri sebelum menikah dengannya.
"Gue bantuin Papa di kantor." Jawab Olive dengan cepat. Gadis itu sangat berharap bahwa Toni mau memberikannya pekerjaan atau setidaknya di beritahu di mana ada lowongan pekerjaan untuknya.
"Iya." Jawab Toni singkat. Olive mengerjapkan kedua bola matanya menatap ke arah Toni dengan tatapan yang sulit diartikan, "Cuman iya?" Tanya Olive dalam hatinya menatap kesal kearah sang suami.
"Gimana Ton, ada kerjaan buat gue nggak. Kalau nggak ada dikantor lo dimana aja deh." Kata Olive kembali. Gadis itu mencoba turun dari ranjangnya menghampiri Toni yang sedang duduk di sofa yang tengah fokus pada laptopnya.
"Iya gue cariin." Senyum Olive mengembang saat mendapat jawaban dari Toni yang akan mencarikannya sebuah pekerjaan.
"Ah makasih Toni, lo emang sahabat yang baik deh." Jawab Olive sambil tersenyum riang di wajahnya. Tapi tidak dengan Toni wajah laki-laki itu terlihat datar saat mendengar ucapan Olive tentang sahabat.
"Lo mau dibikinin sesuatu nggak?" Tawar Olive kepada sang suami. Akhirnya Olive memutuskan untuk kembali ke atas ranjang karena Toni tidak menginginkan apa-apa.
"Ton nanti lo tidur di ranjang aja ya sama gue, gue nggak berani soalnya. Ini tempat baru buat gue." Kata Olive yang tiba-tiba membuka suaranya di balik selimut tebal yang menutupi seluruh tubuhnya.
"Hemm." Olive yang tadinya ingin tersenyum kini hanya menundukkan kepalanya karena mendapat jawaban yang singkat dari sang suami. Toni memang menyetujuinya tapi terdengar dari jawabannya laki-laki itu tidak ikhlas menerima keinginan dari Olive.
Sampai akhirnya gadis cantik itu terlelap dengan sendirinya dibalik selimut yang menutupi seluruh tubuhnya. Sedangkan laki-laki yang berstatus sebagai suami dari gadis itu masih tetap fokus pada pekerjaan yang berada dihadapannya.
Hanya sekitar 5 hari dirinya tidak masuk ke kantor membuat semua pekerjaannya berantakan dan juga jadwal yang menumpuk numpuk. Ditambah lagi ada beberapa jadwal meeting dengan rekan-rekannya.
Kedua bola mata tegas itu nampak menatap kearah ranjang dimana seorang gadis tengah berbaring dengan selimut tebal yang menutup tubuhnya, senyum laki-laki itu kembali mengembang saat melihat seseorang di balik selimut itu menggeliat pelan.
"Lo itu aneh Liv, gue juga nggak nyangka kalau lo jadi istri gue." Gumam Toni yang tidak menyangka bahwa Olive sahabat yang tidak pernah akur dengan dirinya kini menjadi istrinya.
"Tapi gue semakin takut, saat nanti gue udah bener-bener jatuh cinta sama lo kakak sepupu gue bakal balik lagi dan ngambil lo dari gue. Jadi maafin gue kalau seandainya sikap gue ke lo nggak kayak sikap gue dulu."
"Karena gue tahu bakal ada di mana waktunya lo bakal diambil lagi sama Elvan kakak sepupu gue. Entah itu cepat ataupun lambat pasti waktu itu akan datang." Gumam Toni menatap kearah ranjang.
"Dan gue nggak mau kalau seandainya gue sakit hati lagi sama lo dan juga kakak sepupu gue. Dan kenapa juga harus kakak sepupu gue yang jadi calon suami lo kenapa nggak orang lain?" Tanya Toni kepada Olive yang saat ini tengah terbaring miring di balik selimutnya.
"Dan satu lagi, gue nggak mau semakin sayang dan cinta sama lo. Alasan gue pergi kesini juga karena lo dan kakak sepupu gue, gue nggak rela liat kalian berdua bahagia. Gue emang egois." Gumam Toni dengan pelan.
***
Tengah malam Olive merasakan ada sesuatu yang menimpa kaki dan pinggangnya membuat gadis itu sulit bergerak.
"Emhhh." Lenguh Olive setelah berhasil membuka kedua bola matanya. Yang pertama Olive lihat adalah sebuah tangan kekar yang melingkar indah dipinggangnya. Serta sebuah kaki seseorang yang menimpa kakinya.
"Astaghfirullah halladim, jangan jangan aku diperkosa nih." Gumam Olive dalam hati. Gadis itu merasakan detak jantungnya yang cukup kencang.
"Terus ini kamar siapa? Kenapa gue disini?" Tanya Olive yang belum sadar dengan apa yang dia lihat. Gadis itu mencoba membalikan badannya ke belakang dan betapa terkejutnya dia saat melihat seorang laki-laki tengah memeluknya dari belakang.
"Toni." Cicit Olive saat melihat siapa yang memeluknya saat ini. Setelah lama berpikir akhirnya oleh menyadari bahwa dirinya tengah berada di Malang lebih tepatnya berada di apartemen milik sang suami dan yang berada di belakangnya adalah suaminya.
"Gue kira gue diperkosa sama seseorang." Gumam Olive yang merasa lega bahwa pikirannya tadi hanyalah ketakutannya saja.
"Tapi kenapa Toni tidur disini?" Tanya Olive sambil menatap lekat wajah seseorang yang kini berstatus sebagai suami sah nya secara agama maupun negara.
"Astaghfirullah Olive lo lupa apa gimana? Kan tadi lo yang minta Toni buat tidur di ranjang sama lo."Olive menepuk jidatnya pelan saat menyadari jika Toni tidur di sebelahnya atas permintaan dirinya sebelum tidur.
"Toni ganteng juga ya, nggak berubah kalau tidur. Masih sama waktu diapartemen Arga sama Alana." Gumam Olive yang mengagumi ketampanan dari suaminya itu.
Olive masih ingat betul bagaimana dirinya dulu memperhatikan Toni yang sedang terlelap di ruang tamu milik Alana dan juga Arga bersama dengan Farel saat dirinya pergi ke kamar mandi.
"Kita kira setahun ini lo udah punya pacar belum sih Ton?" Tanya Olive memegang alis milik Toni. Tangan gadis itu terus bergerak gerak pelan mengusap alis sebelah kiri milik Toni dengan tangan kirinya.
"Kenapa ya gue bisa pacaran dan hampir mau nikah sama kakak sepupu lo yang sikapnya dingin kayak kulkas, beda sama lo yang sikapnya ceria dan ngeselin tapi itu yang ngebuat gue suka sama lo." Sambung Olive kembali.
"Kalau lo udah punya pacar berarti kemungkinan besar bakal ninggalin gue dong? Andai aja kisah kita ini kayak kisah Alana sama Arga yang berakhir dengan bahagia meskipun nikah dengan perjodohan. Eh tapi kan kita beda kita nikah karena sebuah insiden karena kakak sepupu lo itu kabur." Olive terus saja bergumam mengutarakan isi hatinya sambil terus menatap Toni yang tengah terlelap di sampingnya.
"Gue berharap lo bisa nemuin kebahagiaan lo sendiri, tanpa gue ataupun sama gue." Olive tahu perubahan sikap Toni kepadanya karena pernikahan mereka yang mendadak dan juga tidak ada cinta yang saling melengkapi di antara keduanya.
Dan Olive harus sadar itu, tidak selamanya dia akan bersama dengan Toni suaminya jika seseorang yang dicintai suaminya datang dan merebut Toni kembali.
"Kuharap selama pernikahan ini berlangsung nggak ada keterlibatan cinta diantara kita, karena gue takut semua itu akan melibatkan rasa sakit di antara kita berdua." Gumam Olive kembali.
Olive mengakhiri ucapannya dengan mengusap lembut pipi Toni yang masih terlelap di sampingnya. Dan setelah itu dirinya kembali memejamkan matanya dengan tangan yang melingkar di pinggang Toni.
--------------
Part 10 udah update ya bestiee, terus dukung aku dengan cara vote dan komen ya bestiee ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Wedding (ON GOING)
RomanceSQUEL dari Sahabatku suamiku, kisah tentang kedua sahabat Alana dan juga Arga. Satu tahun menjalin hubungan bersama dengan Elvan akhirnya Olive dan Elvan memutuskan untuk meresmikan hubungan mereka, yaitu dengan ikatan pernikahan. Namun siapa sangka...