"Udah pulang kamu?" Tanya Utari saat melihat Toni yang memasuki rumah dengan rambut yang sedikit acak-acakan.
"Iya mah." Jawab Toni yang menyalami tangan milik sang mama. "Olive mana?" Tanya Toni saat tidak mendapati sang istri yang berada di ruang tengah bersama dengan Utari.
"Dia dikamar, baru aja masuk." Jawab Utari dengan suaranya yang begitu lembut saat menjawab pertanyaan dari putranya. Toni memilih mendudukan tubuhnya disamping sang mama, dibandingkan masuk ke kamarnya.
"Elvan ada di Malang ya Ton?" Tanya Utari yang menatap serius ke arah putranya. Toni yang awalnya menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa gini menegakkan tubuhnya saat mendengar pertanyaan dari sang mama.
"Kok mama tau?" Tanya Toni yang penasaran dari mana mamanya tahu bahwa Kakak sepupunya itu datang ke Malang dan menemui dirinya beserta sang istri.
"Tadi pagi Olive bilang kalau Elvan ada di Malang dan sering datangin kalian ke apartemen." Toni menghembuskan nafasnya pelan sambil menganggukkan kepalanya menatap kearah sama mama.
"Kenapa kamu nggak bilang sama mama kalau Elvan ada disana?" Tanya Utari dengan suaranya yang sangat tegas kepada putra semata wayangnya.
"Kamu tahu kan Olive itu lagi hamil dia nggak boleh tertekanan dan kepikiran itu bisa bahaya buat kandungan nya." Sambung Utari dengan suaranya yang sangat khawatir kepada menantunya itu apalagi Olive yang sedang mengandung cucu pertamanya.
"Iya Mah Toni tahu kok, tapi Toni enggak mau buat mahal ataupun Papa khawatir disini. Lagipula juga kak Elvan nggak ngapa-ngapain dia cuma datang ke apartemen dan minta maaf sama Olive." Utari hanya bisa menghembuskan nafasnya pelan mendengar jawaban yang terlontar dari putranya.
"Yaudah Toni keatas dulu, mau mandi gerah." Kata Toni yang beranjak dari duduknya dengan lesu. Pasalnya pekerjaannya hari ini sangatlah banyak membuatnya lupa akan makan siang.
Toni segera meninggalkan sang Mama yang masih duduk di sofa yang berada di ruang tengah untuk sampai di kamarnya di lantai 2. Saat membuka pintu kamarnya Toni dapat melihat sang istri yang tengah bersandar di ranjang dengan ponsel di tangannya.
Bahkan Olive tidak menyadari kehadiran Toni yang baru saja masuk ke dalam kamar karena terlalu asyik dengan sesuatu yang berada di dalam ponselnya.
"Sayang." Panggil Toni dengan suaranya yang sedikit menanya kepada Olive karena wanita hamil itu belum menyadari kehadiran sang suami.
Olive yang mendengar suara dari suaminya itu segera mendongakkan kepalanya dan betapa terkejutnya dia saat melihat Toni yang sudah berdiri disampingnya sambil menatap kearahnya yang tengah duduk.
"Eh, udah pulang." Kata Olive yang langsung mematikan ponselnya begitu saja saat melihat Toni yang berada di sampingnya.
"Heem." Jawab Toni yang kini mendudukan tubuhnya disamping sang istri dan dengan cepat memeluk pinggang istrinya itu dengan lembut karena takut menyakiti bayi yang berada di dalam kandungan sang istri.
"Kamu kenapa sih?" Tanya Olive yang mengelus pelan rambut milik suaminya itu. "Kamu bilang sama mama kalau ka Elvan ada di Malang?" Tanya Toni setelah beberapa saat terdiam tanpa berbicara apapun kepada Olive, namun posisi mereka masih sama dengan Toni yang memeluk pinggang sang istri dan Olive yang mengelus rambut milik Toni dengan lembut.
"Iya, tadi pagi mama nanya gimana tinggal di Malang. Aku jawab nyaman sebelum kedatangan Elvan." Toni hanya menganggukkan kepalanya pelan sambil mendongakkan kepalanya menatap kearah sang istri yang berada tepat di atasnya.
"Kenapa? Aku salah ya bilang sama mama?" Tanya Olive yang menatap serius wajah sang suami yang berada tepat di bawahnya. Mendapat gilingan dari Toni membuat tali sedikit lega setidaknya dirinya tidak membuat kesalahan apapun saat ini.
"Kamu kenapa sih? Sakit?" Tanya Olive yang sejak tadi memperhatikan raut wajah sang suami yang terlihat tidak baik-baik saja saat ini.
"Aku capek banget kerjaan hari ini banyak banget padahal baru sehari aku kerja di perusahaan pusat." Jawab Toni yang mengadukan tentang pekerjaannya kepada sang istri.
"Mau aku bantuin lagi?" Tanya Olive yang memberi penawaran menarik untuk sang suami. Mendengar itu membuat kedua alis Toni tertawa ke atas.
"Maksudnya gimana?" Tanya Toni kepada sang istri. Olive hanya terkekeh pelan sambil terus mengusap kepala sang istri dengan lembut namun kini tangannya berpindah kepada pipi sang suami dan mengusapnya dengan begitu lembut membuat Toni memejamkan kedua bola matanya karena merasa nyaman dengan apa yang telah dilakukan oleh seorang istri.
"Ya kayak dulu aku jadi ke sekertaris kamu. Kan kasihan kamu kalau harus dikerjain semuanya sendiri." Jawab Olive dengan suaranya yang begitu lembut kepada sang suami.
"Enggak ah, kan ada sekertaris yang lain buat bantuin aku kerja kalau kamu cukup duduk diam di rumah dan nungguin aku pulang dari kantor." Jawaban Toni membuat Olive mengerucutkan bibirnya sambil mendorong tubuh Toni dari tubuhnya sehingga balok Toni terlepas dari tubuh Olive.
"Kenapa sih?" Tanya Toni yang juga merasa kesal karena pelukannya terlepas karena sang istri. "Jadi kamu mau cari sekretaris baru?" Toni hanya menganggukkan kepalanya pelan karena memang dirinya sedang mencari sekretaris untuk dirinya.
"Nggak, nggak boleh ada yang jadi sekretaris kamu. Kalau pun ada itu cuma aku." Kata Olive yang menatap tajam kearah Toni membuat laki-laki yang berstatus sebagai suami Olive itu hanya terkekeh geli melihat kelakuan bumil di hadapannya.
"Sayang kamu itu lagi hamil, nggak mungkin kan kamu bantuin aku dengan perut yang besar." Perkataan Toni membuat Olive sedikit tersinggung. Meskipun sama sekali tidak ada niatan bagi Toni untuk menyinggung sang istri.
"Jadi kamu malu kalau istri kamu perutnya besar?" Tanya Olive dengan kedua bola mata yang berkaca-kaca menatap kearah sang suami yang juga menatapnya.
Toni nampak menghembuskan nafasnya pelan sambil menggenggam kedua tangan milik istrinya dengan lembut, "enggak gitu maksudku, aku cuma nggak mau Kamu kecapean karena bantuin aku kerja. Lagian kamu harus banyak-banyak istirahat nggak boleh capek-capek, ingat kata dokter waktu itu?" Olive hanya menganggukkan kepalanya pelan saat mengingat pesan dokter waktu itu bahwa dirinya harus banyak-banyak beristirahat dan tidak boleh memikirkan apapun yang membuatnya stress.
"Tapi aku nggak mau kamu cari sekretaris baru." Kata Olive yang mengungkapkan keinginannya. Toni hanya bisa terkekeh pelan lalu menatap kearah sang istri yang tengah cemberut ke arahnya.
"Sekretaris kamu pasti masih muda cantik dan langsing, sedangkan aku bibit cabe badan gendut perut buncit." Kata Olive yang merasa minder dengan karyawan-karyawan Toni yang terbilang cukup langsing dibandingkan dirinya.
Meskipun pada dasarnya Olive tidaklah terlalu gemuk hanya saja tubuhnya sedikit berisi karena kehamilannya, namun bagi Toni hal itu tidaklah masalah karena yang terpenting adalah kesehatan istri dan juga calon anaknya.
Menurut Toni perubahan tubuh pada wanita hamil adalah wajar, jadi Toni sama sekali tidak mempersalahkan tentang bentuk tubuh sang istri yang mulai berubah, "Hey, siapa bilang kamu gemuk?" Tanya Toni yang menangkap kedua pipi milik istrinya itu.
"Kaca." Jawaban Olive membuat kedua alis Toni tertawa ke atas karena merasa bingung dengan jawaban sama istri. "Tadi pagi pas aku ngaca aku keliatan gendut." Kata Olive dengan sangat jujur dan hal itu membuat Toni kembali terkekeh melihat kepolosan dari sang istri.
"Kalau kamu gemuk mungkin bajunya nggak akan lagi muat sama kamu." Kata Toni sambil menunjuk sebuah baju yang tengah digunakan oleh Olive, Toni sangat tahu jika baju yang dikenakan oleh Olive itu adalah baju Olive sebelum mereka berdua menikah.
-----------
Hey hey part 46 udah update ya, jangan lupa vote dan komen secepatnya.
Vote dari kalian sangat berarti buat aku. Kalau ada typo dalam penulisan tolong kasih tau aku ya biar secepatnya aku benerin. Komen dibawah aja nggak apa-apa kok ^_^
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Wedding (ON GOING)
Storie d'amoreSQUEL dari Sahabatku suamiku, kisah tentang kedua sahabat Alana dan juga Arga. Satu tahun menjalin hubungan bersama dengan Elvan akhirnya Olive dan Elvan memutuskan untuk meresmikan hubungan mereka, yaitu dengan ikatan pernikahan. Namun siapa sangka...