Part 39

2.1K 119 9
                                    

"Aku boleh jujur sama kamu nggak Liv?" Tanya Toni yang sejak tadi bersandar di sandaran ranjang dengan Olive yang berada di pelukannya.

"Mau jujur apa?" Tanya Olive dengan suaranya yang pelan karena terhalang oleh dada bidang milik suaminya itu.

"Sebenarnya dari kita kuliah dulu aku udah suka sama kamu. Dan mungkin sampai sekarang pun sama." Sontak saja Olive langsung mengurai pelukannya dengan sang suami saat mendengar pengakuan Toni yang begitu mengejutkan.

"Maksud kamu?" Tanya Olive yang kini menatap lekat wajah milik suaminya itu. Toni tidak langsung menjawab, laki-laki itu kembali menarik tubuh kecil istrinya untuk masuk kedalam pelukannya kembali.

"Aku nggak berani ngungkapin perasaan aku ke kamu karena dulu aku yang selalu jahilin kamu. Dan sepertinya pun kamu nggak suka sama aku." Kini Olive mulai mengerti apa yang dimaksud oleh suaminya itu. Olive ingat betul bagaimana mereka saat bersama dulu selalu bertengkar dan tidak pernah akur apalagi mereka berdua saling mengejek satu sama lain.

"Jadi dulu kamu suka sama aku?" Tanya Olive kembali yang mendapat anggukan cepat dari Toni. Olive semakin memeluk erat tubuh suaminya itu setidaknya dulu rasa sayangnya kepada Toni tidak bertepuk sebelah tangan.

"Maaf ya, aku nggak tau soal itu. Habisnya dulu kamu sering banget jahilin aku." Toni yang mendengar gumaman istrinya itu hanya terkekeh pelan bukan tanpa alasan dirinya menjahili Olive karena Toni sangat suka saat melihat gadis yang dulu ia suka itu marah-marah kepadanya.

"Itu juga salah aku sendiri kenapa dulu selalu ngajak kamu berantem." Setelah itu tidak ada lagi pembicaraan di antara mereka yang ada hanya suara hembusan napas mereka. Olive masih berada di dalam pelukan suaminya itu sedangkan Toni memberikan ucapan-ucapan lembut di kepala sang suami.

"Sekarang kamu tidur." Kata Toni yang membantu Olive untuk merebahkan tubuhnya di atas ranjang. "Nanti dulu ya Ton. Aku belum ngantuk lagian aku masih mau ngobrol." Kata Olive yang sudah berbaring di atas tempat tidur dengan selimut yang menutupi tubuhnya dan Toni yang masih duduk disampingnya.

"Besok aja ngobrolnya, sekarang istirahat aja. Pasti kamu capek kan kerja seharian." Olive menggelengkan kepalanya pelan karena sejujurnya dia tidak capek dengan pekerjaannya 1 hari ini. Jujur saja 1 hari ini dirinya hampir tidak bekerja, waktunya hanya ia habiskan untuk duduk di ruangan Toni dan sesekali membantu pekerjaan Toni yang cukup ringan.

Toni ikut membaringkan tubuhnya di samping sang istri dengan tangan yang terus mengelus puncak rambut milik istrinya itu sampai Olive tertidur di dalam pelukannya dengan sendirinya.

***

"Ngapain lagi sih lo kesini?" Tanya Toni yang kini berdiri dari duduknya sambil menatap kearah Elvan yang sudah berdiri di depan pintu apartemennya.

"Gue mau ketemu sama Olive, gue mau minta maaf semuanya sama dia dan gue mau jelaskan alasan gue pergi." Jawab Elvan yang kini menundukkan kepalanya karena tidak berani menatap kearah adik sepupunya itu.

"Tidak perlu anda jelaskan, saya sudah tau. Dan terimakasih untuk satu tahun ini karena anda sangat menghargai saya." Terdengar seorang suara wanita dari dalam apartemen milik Toni yang tak lain adalah Olive yang sudah berdiri dibelakang Toni sambil memegang tas yang biasa ia gunakan untuk pergi ke kantor.

"Dan juga saya mengucapkan terima kasih kepada anda karena anda saya bisa bersatu dengan orang yang saya cintai sejak saya masih kuliah dulu." Elvan hampir tidak percaya dengan apa yang dia dengar saat ini.

"Ayo kita pergi." Kata Olive yang menggandeng tangan Toni untuk keluar dari apartemennya. Setelah menutup pintu apartemennya Toni dan Olive segera pergi meninggalkan Elvan yang masih berdiri di depan pintu apartemen mereka dengan tatapan yang fokus pada pemilik apartemen.

Di dalam perjalanan menuju ke kantornya Olive maupun Toni hanya diam tanpa berbicara apapun. Saat ini suasana di dalam mobil itu terasa dingin. Dan hal itu membuat Olive merasa tidak nyaman dalam kondisinya saat ini.

"Ton." Panggil Olive dengan suaranya yang pelan sambil menoleh kearah sang suami yang sedang mengemudikan mobilnya. Toni yang mendengar panggilan dari istrinya itu segera menoleh ke belakang dan mendapati wajah Olive yang berada dekat di di wajahnya.

"Kenapa?" Tanya Toni setelah beberapa saat terdiam tanpa menjawab dari panggilan istrinya. Bahkan kini suara Toni sangatlah dingin dan juga datar ditelinga Olive membuat wanita itu menghembuskan nafasnya pelan dengan kedua bola mata yang berkaca-kaca.

"Kamu kenapa?" Tanya Olive kembali dengan suaranya yang sedikit bergetar menahan tangis. Sungguh rasanya ia tidak ingin mendengar suara dingin dan juga acuh dari laki-laki yang berstatus sebagai suaminya itu. Sudah lama ia tidak mendengarkan kan kata itu tapi kini nada itu kembali terdengar di telinganya.

Toni yang menyadari ada perubahan dari sang istri segera menepikan mobilnya di jalan yang cukup sepi, "Kenapa?" Tanya Toni sambil menangkup kedua pipi milik istrinya itu pipi yang dulunya terlihat tirus itu menjadi sedikit berisi.

Hal itu membuat Olive menjadi terlihat lucu dan juga gemas dimata Toni suaminya, "Kamu kenapa? Aku salah apa sama kamu?" Tanya Olive yang kini sudah meneteskan satu tetes air matanya dari pipi sebelah kanan miliknya.

"Sssttt, kamu nggak salah apa-apa." Jawab Toni sambil menempelkan jari telunjuknya di bibir sang istri. "Tapi kenapa suara kamu balik lagi kayak dulu?" Tanya Olive kembali.

Toni hanya bisa menghembuskan nafasnya pelan mendapat pertanyaan dari istrinya itu. Sebenarnya Toni tidak bermaksud seperti itu hanya saja Elvan yang sudah merusak mood baiknya pagi ini yang membuat sikapnya berubah kepada sang istri.

"Nggak papa kok, atau mau kita pulang aja nggak usah ke kantor." Kata Toni yang mendapat anggukan cepat dari Olive. Toni segera memutar arah mobilnya menuju ke arah pulang tempat dimana apartemennya berada.

Saat berada di dalam perjalanan pun Olive tidak melepaskan pelukannya dari lengan sang suami dan hal itu membuat senyum tipis di bibir Toni keluar terus menerus. Setelah kurang lebih 15 menit berada di perjalanan Toni dan juga Olive sudah sampai di area apartemen mereka berdua.

Saat akan memasuki gedung apartemen mereka sudah disambut dengan dua satpam yang berjaga di depan pintu gedung apartemen. Olive berjalan sambil menggandeng lengan suaminya itu untuk memasuki lift untuk sampai di di lantai dimana apartemennya berada.

Saat menunggu lift terbuka Toni maupun Olive sangat terkejut saat mendapati Elvan yang keluar dari lift tersebut, yang artinya sejak tadi Elvan belum pulang dari apartemen miliknya.

Toni segera menggandeng kembali tangan istrinya itu dan segera membawa sang istri untuk memasuki lift. Sedangkan Elvan hanya menatap nanar kearah pasangan suami istri itu. Ada rasa sakit di hatinya saat melihat Toni dan juga Olive hidup seperti pasangan-pasangan pengantin yang sangat bahagia karena pernikahan mereka.

Sedangkan dirinya ia harus menerima nasib gagal menikah, tidak mempunyai uang sepeser pun bahkan dirinya diusir dari rumah kedua orang tuanya, setelah kedatangan Elvan ke rumah sakit untuk menjenguk Inggit waktu itu dirinya langsung diusir oleh Hamdan dan tidak boleh lagi bertemu dengan Inggit ataupun dirinya.

"Sial, kenapa mereka terlihat sangat bahagia." Gumam Elvan yang tidak terima karena kebahagiaan dari adik sepupu dan juga calon mantan istrinya itu.

Dengan langkah kaki yang lebar dan juga amarah di dadanya Elvan keluar dari gedung apartemen milik adik sepupunya itu dan pulang ke kontrakan miliknya.

------------

Guys gimana menurut kalian tentang part 39 ini?

Ada yang ingin disampaikan kepada Olive dan Toni? Atau ada yang ingin disampaikan kepada ku🤣

Jangan lupa vote dulu sebelum baca, dan komen setelah baca ya guys. Sampai jumpa dilain part dan dilain hari, Babay🖐️

Cold Wedding (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang