Malam hari pun tiba pasangan suami istri baru itu baru saja memasuki kamar pengantin mereka. Acara pernikahan mereka memang sudah selesai tepat pukul 4 sore tadi, namun setelah acara itu selesai Olive dan juga Toni segera berganti pakaian dan menuju ke ruangan di mana keluarga mereka berdua berkumpul.
Dan mereka baru saja kembali saat adzan maghrib berkumandang, sejak tadi Olive terus memandang punggung suaminya yang menjauh darinya.
Sesekali gadis cantik itu mengusap tengkuknya yang tidak gatal, "Gue harus gimana?" Tanya Olive dalam hati.
Tidak jauh berbeda dari Olive Toni laki-laki itu juga merasa aneh berada dalam satu kamar bersama dengan Olive yang dulunya menjadi sahabat satu kampusnya.
Karena terjebak dalam kecanggungan yang luar biasa akhirnya Toni memutuskan untuk masuk ke dalam kamar mandi dan mengambil wudhu di sana, berhubung Olive sedang kedatang tamu bulanan tadi sore jadilah ia hanya duduk di pinggiran ranjang sambil memainkan ponselnya.
Tidak lama terdengar suara pintu kamar mandi yang terbuka menampilkan Toni dengan wajahnya yang terlihat segar dan rambut basah yang menetes ke keningnya, laki-laki yang berstatus sebagai seorang suami itu berjalan menuju ke lemari untuk mengambil sajadah dan juga sarungnya yang sudah dipersiapkan oleh sang mama.
"Lo nggak sholat?" Pertanyaan tiba-tiba itu membuat Olive sontak saja mendongakkan kepalanya menatap kearah Toni yang sudah berdiri di atas sajadahnya.
Beberapa kali gadis cantik itu mengerjapkan kedua bola matanya menatap kearah Toni dengan Tatapan yang sulit diartikan, sejak resmi menjadi pasangan suami istri pasangan itu belum sama sekali mengeluarkan sepatah kata pun.
"Gu- gue lagi ada tamu." Jawab Olive dengan gugup sambil menundukkan kepalanya tidak berani menatap Toni.
Setelah mendapat jawaban Toni hanya menganggukkan kepalanya pelan kemudian segera melaksanakan sholat maghrib seorang diri. Sambil menunggu Toni yang selesai melakukan ibadahnya Olive masih terduduk di atas ranjang dengan kedua bola mata yang memindai semua barang-barang yang berada di dalam kamar pengantin itu.
Kini tatapannya jatuh pada ranjang yang ia duduki, ditengah kasur itu terdapat sebuah bunga yang membentuk love hal itu sontak saja membuat olive tersenyum tipis di bibirnya.
"Harusnya saat ini gue jadi istrinya Elvan, bukan Toni." Gumam Olive dalam hatinya menatap miris kepada kehidupannya yang tidak berjalan mulus.
Rencana-rencana yang sudah ia impikan bisa hidup bersama dengan kekasih tercintanya harus putus sebab kekasihnya yang pergi meninggalkannya di malam sebelum mereka melangsungkan pernikahan.
Kedua bola mata itu menatap kearah laki-laki yang sudah berdiri dari duduknya, laki-laki itu nampak melipat sajadah yang tadi dia kenakan dan meletakkannya kembali di atas meja rias yang berada tidak jauh dari sampingnya.
"Kenapa jadi canggung gini sih?" Tanya Toni dalam hatinya setelah berhasil duduk di sofa yang berada di dalam kamar itu.
"Kenapa juga Elvan harus kabur dari pernikahannya, dan juga apa alasan Elvan buat kabur dan ninggalin Olive di acara pernikahan ini." Tatapan laki-laki itu kini beralih kepada sebuah ponsel yang tergeletak di atas meja. Lebih tepatnya ponsel itu adalah milik dirinya.
"Dan sekarang gue yang harus terjebak pernikahan sama sahabat gue sendiri. Andai kalau akhir pernikahan gue ini kayak Alana sama Arga. Mereka sama-sama mencintai satu sama lain." Laki-laki itu mengusap wajahnya dengan kasar yang membuat Olive menatapnya dengan tatapan yang aneh.
"Tapi kasian juga Olive kalau harus menanggung malu karena perbuatan kakak sepupu gue."
Pasangan suami istri itu kini berada di dalam pikirannya masing-masing, Olive yang memikirkan kemana perginya calon suaminya itu dan mengapa meninggalkan dirinya saat akan diadakan acara pernikahan mereka dan juga memikirkan bagaimana nasib kehidupannya setelah sah menjadi istri dari Antoni Syahreza.
Laki-laki itu sibuk dengan ponselnya karena ada beberapa email yang masuk kedalam email-nya, sesekali Toni memijat pelipisnya untuk mengurangi rasa sakit di kepalanya.
"Banyak banget kerjaan yang terbengkalai gara gara gue pulang." Gumam Toni dengan suara yang sangat pelan.
Toni baru saja menerima pesan dari sekretarisnya bahwa sekretarisnya itu mengirimkan beberapa email pekerjaan yang harus segera dikerjakan untuk kemajuan perusahaan cabang yang sedang ia pimpin saat ini.
"Ton." Panggil Olive ya sudah beranjak dari ranjang tempat ia bersandar sedari tadi. Merasa ada seseorang yang memanggilnya membuat tatapan Toni yang semula berada di ponselnya kini beralih kearah sumber suara di mana sang istri yang tengah berjalan menghampirinya.
"Hem, kenapa?" Tanya Toni yang kembali fokus pada ponsel di tangannya yang menyala.
"Kenapa lo mau nikahin gue dan gantiin calon suami gue?" Tanya Olive setelah berhasil duduk di sofa yang berada di samping tempat sang suami duduk.
"Ada banyak hal kenapa gue mau gantiin Elvan buat nikah sama lo, yang pertama Elvan itu kakak gue, yang kedua tante Inggit sama Om Hamdan yang minta gue buat nikahin lo karena mereka nggak mau nanggung malu. Dan yang ketiga karena kesehatan papa lo." Olive terpaku mendapat jawaban dari suami barunya itu.
"Jad- di Elvan itu kakak sepupu Lo?" Tanya Olive dengan suaranya yang gugup karena masih tidak percaya jika calon suaminya adalah kakak sepupu dari sahabatnya.
"Iya Elvan itu kakak sepupu gue anaknya Om sama Tante gue." Jawab Toni tanpa menoleh sedikitpun ke arah lawan bicaranya.
"Kenapa dia pergi ninggalin gue?" Kini suara Olive terdengar sangat lirih ditelinga Toni membuat laki-laki itu segera mengalihkan pandangannya dari layar ponsel ke wajah sang istri yang tengah tertunduk.
"Gue nggak tahu pasti apa alasan Elvan ninggalin lo, tapi dia nulis surat buat lo sebelum dia pergi." Jawab Toni sambil berdiri dari duduknya, kakinya melangkah ke arah meja rias yang ada beberapa barangnya.
Tangannya nampak mengambil secarik kertas yang tadi malam sempat Elvan tuliskan untuk calon istrinya, " ini Om sama Tante gue yang nemuin surat ini di meja kerja Elvan. Dan gue nggak tahu apa alasan dia ninggalin lo, hanya dia yang tahu." Kata Toni sambil memberikan secarik surat itu kepada Olive.
Sedangkan Olive gadis itu menatap aneh pada surat yang berada di tangan sang suami yang kini berpindah ke tangannya, "Lo buka aja." Mendengar itu seperti mendapat perintah bagi Olive sehingga tangannya dengan cepat membuka satu lembar kertas itu dan membaca apa isi yang berada di dalam surat itu.
Setelah membaca surat itu kedua bola mata Olive terlihat berembun dan berkabut siap meluncurkan air matanya yang sejak pagi sudah ia tahan untuk tidak jatuh saat ini, tapi sebisa mungkin gadis itu mencoba kembali menahan air matanya untuk tidak jatuh di hadapan sang suami.
"Di surat itu Elvan bilang kalau dia kembali lo boleh tanyain kenapa alasan dia pergi ninggalin lo." Kata Toni yang mengambil posisi duduk di sebelah sang istri lebih tepatnya di sofa yang tadi ia duduki sebelum Olive datang menghampirinya.
"Kemana dia pergi, dia nggak bilang sama lo?" Tanya Olive sambil memandang wajah Toni yang menatap kearah lain.
"Gue nggak tahu dia ke mana dan gue udah cari dia semalaman penuh dan gue nggak dapet tanda-tanda keberadaan dia." Olive yang mendengarnya hanya bisa menghembuskan nafasnya kasar karena kali ini ia sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
Karena dirinya sudah sah menjadi istri orang lain yaitu istri sah dari Antoni Syahreza sahabat sewaktu mereka kuliah dulu.
Hayyy👋
Jangan lupa vote dan komen ya bestiee, vote dan komen kalian buat aku semangat nulisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Wedding (ON GOING)
RomanceSQUEL dari Sahabatku suamiku, kisah tentang kedua sahabat Alana dan juga Arga. Satu tahun menjalin hubungan bersama dengan Elvan akhirnya Olive dan Elvan memutuskan untuk meresmikan hubungan mereka, yaitu dengan ikatan pernikahan. Namun siapa sangka...