Part 44

1.8K 104 1
                                    

Malang.

"Mau apa lagi kamu dateng kesini?" Tanya seorang laki-laki yang berdiri tepat dihadapan seorang wanita yang tengah menatapnya.

"Kamu kenapa sih Van, aku ada salah apa sama kamu. Kenapa kamu tinggalin aku dan pergi kesini?" Tanya Tania dengan berlinang air mata. Sedangkan Elvan laki-laki itu terkekeh pelan saat melihat air mata yang dikeluarkan oleh Tania.

"Nggak usah sok suci kamu." Kata Elvan yang mampu membuat Tania langsung mendongakkan kepalanya menatap kearah laki-laki yang berstatus sebagai mantan kekasihnya itu.

"Maksud kamu apa?" Tanya Tania yang mencoba memegang tangan milik Elvan namun segera ditepis oleh laki-laki itu. "Nggak usah pura pura nggak tau, Aku tahu semua kebusukan kamu selama ini yang kamu tutup tutupin." Tania semakin menatap Elvan dengan bertanya-tanya.

"Kamu lagi hamil kan, anaknya pelanggan-pelanggan kamu. Dan tujuan kamu deketin aku buat tanggung jawab sama anak yang kamu kandung."

Deg.

Tania merasakan pasokan oksigen di sekitarnya mulai menipis dengan detak jantung yang begitu cepat memompa saat mendengar ucapan yang keluar dari bibir mantan kekasihnya itu.

"Dan aku juga tahu sebenarnya kamu udah tahu kalau aku sama Toni adalah sepupu, kamu sengaja deketin dia karena dia anak tunggal kaya raya yang bisa ngasih kamu semua apa yang kamu minta." Sambung Elvan kembali.

Kini kedua bola mata milik Tania terlihat berkaca-kaca saat mengetahui jika Elvan mantan kekasihnya harapan satu-satunya sudah mengetahui kebusukan dan kelicikan yang sudah ia lakukan selama ini.

"Beruntung banget aku udah tahu semua itu sebelum kamu berhasil ngelakuin rencana yang udah kamu buat sama sahabat kamu itu." Kata Elvan kembali dengan sangat tajam membuat Tania hanya bisa diam di tempatnya dengan kedua bola mata yang terus berkaca-kaca tanpa mengeluarkan air mata.

"Aku nyesel banget udah ninggalin Olive demi wanita murahan kaya kamu." Setelah mengatakan itu Elvan begitu saja masuk ke dalam rumah kontrakannya meninggalkan Tania dengan tangis yang sudah sejak tadi ia tahan.

"Hiks hiks hiks." Tania luruh begitu saja di atas lantai sambil memegangi perutnya yang terdapat sebuah kehidupan. Tania tidak mengira bahwa rencana busuknya akan ketahuan oleh Elvan secepat ini sebelum dirinya melaksanakan rencananya.

"Kenapa Elvan bisa tau." Gumam Tania dengan suaranya yang begitu pelan. Sangat pelan bahkan hanya terlihat gerakan bibirnya saja. Tania langsung bangkit dari duduknya saat melihat tetangga dari Elvan yang menatapnya dengan tatapan yang aneh. Wanita hamil itu segera pergi meninggalkan kontrakan Elvan begitu saja.

Sedangkan Elvan laki-laki itu meremas kuat rambutnya dengan kedua tangan, bahkan Elvan sudah tidak bisa lagi berpikir dengan jernih tentang masalah-masalah yang sedang menghantuinya saat ini.

Sebenarnya bukan masalah yang menghantui dirinya tetapi dirinya lah yang menyebabkan masalah masalah yang datang dalam kehidupannya, laki-laki itu bangkit dari atas ranjang menuju ke kamar mandi untuk segera membersihkan tubuhnya.

Setelah selesai dengan urusan kamar mandi dan juga pakaiannya Elvan segera keluar dari rumah kontrakannya menuju ke suatu tempat, tempat yang selalu ia datangi beberapa hari ini namun ia harus menelan pil pahit karena tidak mendapati orang yang ia cari di tempat itu.

Setelah menempuh beberapa menit perjalanan menggunakan angkutan umum akhirnya Elvan berhenti di sebuah area apartemen yang begitu mewah di kota Malang lebih tepatnya adalah apartemen Royal Diamond apartemen yang hanya dimiliki oleh pengusaha pengusaha kaya seperti Antoni Syahreza adik sepupunya.

Elvan menghembuskan nafasnya pelan sebelum dirinya masuk ke dalam apartemen itu, sebetulnya beberapa kali Elvan tidak boleh masuk oleh petugas yang berjaga di apartemen itu Namun karena Elvan yang beralasan untuk menemui sepupunya dirinya diperbolehkan untuk masuk ke dalam apartemen.

Di dalam hatinya Elvan terus berdoa supaya dirinya dipertemukan kembali dengan calon istrinya yang menikah dengan adik sepupunya, selama ini Elvan terus saja mengucapkan kata maaf untuk Olive namun tidak ada balasan dari wanita itu.

Elvan menarik nafasnya pelan saat menatap sebuah pintu apartemen yang terlihat tertutup, setelah mengatur nafasnya Elvan memberanikan diri untuk mengetuk pintu itu beberapa kali.

Tok.

Tok.

Tok.

Namun tidak ada sama sekali jawaban dari dalam ataupun pintu yang terbuka untuk dirinya, "Apa mereka udah kekantor." Kata Elvan yang mengusap wajahnya kasar karena dirinya merasa begitu bodoh tidak mungkin Toni dan Olive berada di rumah di jam-jam seperti ini.

Pastinya adik sepupunya itu pergi ke kantor untuk mengerjakan pekerjaannya tidak seperti dirinya di jam-jam seperti ini dirinya masih kluyuran tanpa pekerjaan apapun.

Cukup lama Elvan berdiri di depan pintu apartemen milik adik sepupunya itu sampai akhirnya laki-laki itu memutuskan untuk pergi dari apartemen milik sang sepupu. Bukannya pulang Elvan kembali menaiki sebuah bus untuk sampai di kantor milik adik sepupunya itu meskipun dirinya tahu saat dirinya sampai di sana harus merasakan kan di usir terlebih dahulu oleh satpam di kantor Toni.

Akhirnya Elvan turun dari sebuah bus yang mengantarkan nya sampai di depan sebuah perusahaan yang cukup besar di kota Malang yang baru 1 tahun ini berjalan yang dikelola oleh Toni adik sepupunya yang tergolong masih muda karena Toni mengelola perusahaan cabang ini saat dirinya baru saja lulus dari kuliah nya.

"Mau apa lagi kesini?" Tanya seorang security yang berjaga di depan perusahaan milik Toni saat melihat Elvan yang ingin masuk ke dalam kantor milik bosnya.

"Saya ingin bertemu dengan Olive." Jawab Elvan yang kini sudah berdiri tepat di hadapan security itu karena dengan cepat security itu menghalangi jalan Elvan untuk masuk ke dalam perusahaan milik Toni.

"Saya bingung sama kamu, Sebenarnya kamu itu siapa. Kenapa selalu datang ke sini terus nemuin sekretarisnya bos, emang kamu nggak kapok kamu kan selalu diusir kalau datang ke sini." Kata security itu yang menatap kasihan ke arah Elvan pasalnya setiap kali Elvan ke sini dia selalu mengusir laki-laki itu karena perintah dari Toni.

Bahkan semua karyawan di sini tahu tentang Elvan yang tidak boleh masuk ke kantor ini tanpa izin dari Toni ataupun izin dari Olive, "Saya calon suaminya Olive." Satpam itu memicingkan matanya saat Elvan mengatakan bahwa dirinya adalah calon suami dari Olive yang notabenenya adalah sekretaris dari Antoni Syahreza pengusaha muda asal kota Jakarta.

"Kamu beneran calon suaminya mbak Olive?" Tanya security itu menatap tidak percaya ke arah Elvan yang masih berdiri di hadapannya.

"Iya, seharusnya saya sudah menikah dengan Olive tapi karena kesalahan saya membuat semua itu batal. Dan sekarang Olive malah menikah dengan bos sekalian Toni, yang tak lain adalah adik sepupu saya." Security itu beberapa kali mengerjapkan kedua bola matanya menatap tidak percaya ke arah laki-laki yang mengaku sebagai calon suami dari sekretaris bosnya ini dan ditambah lagi dengan Elvan yang mengaku-ngaku sebagai adik sepupu dari Antoni Syahreza pengusaha muda kaya raya dan tentunya anak tunggal kaya raya.

"Kamu beneran?" Tanya seorang wanita yang tak lain adalah Maria mantan sekretaris dari Toni yang sekarang menjabat sebagai kepala HRD di perusahaan cabang milik Toni yang berada di Malang ini.

Elvan segera mendongakkan kepalanya menatap kearah Maria yang sedang berdiri di samping security yang menghalangi jalannya tadi. "Jadi pak Toni sama Olive pasangan suami istri?" Tanya Maria yang mendapat anggukan cepat dari Elvan.

Senyum wanita itu mengembang karena tebakannya selama ini benar adanya bahwa Toni dan juga Olive adalah pasangan suami istri dan hanya dia orang satu-satunya yang tahu di kantor ini tentang hubungan dari bos dan sekretarisnya itu.

---------

Hay Hay guys apa kabar, gimana kabar kalian hari ini? Semoga baik ya. Sama aku juga baik disini, maaf banget kalau nggak pernah update lagi, karena aku lagi sibuk banget.

Part 44 udah aku update ya guys, jangan lupa vote dan komen sekarang juga. Aku tunggu cepetan oke, kali ini aku maksa!!!!

Cold Wedding (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang