Part 27

1.4K 90 3
                                    

Ceklek.

Pintu kamar mandi terbuka menampilkan sosok gadis cantik dengan celana jeans panjang dan juga sebuah kemeja berwarna cream yang melekat di tubuhnya. Dan juga jangan lupakan rambutnya yang dikuncir kuda ke atas.

Tiga pasang mata itu menatap ke arah pintu kamar mandi, sedangkan gadis cantik yang berada di depan pintu kamar mandi menatap tidak percaya kearah seorang laki-laki yang tengah berdiri di samping ranjang tempat Inggit berbaring.

"Elvan." Olive menoleh dengan pelan saat melihat sosok laki-laki yang seharusnya menjadi suaminya.

Sedangkan dua wanita paruh baya itu menatap Olive dan Elvan secara bergantian, bahkan mereka berdua juga tidak menyangka bahwa Elvan akan datang ke rumah sakit ini dan menemui Inggit.

"Mah Olive pulang dulu." Kata Olive setelah mengambil ponsel dan tasnya yang berada di atas sofa. Namun belum sempat Olive melangkahkan kakinya keluar tangannya sudah ditahan oleh tangan Elvan yang berada di belakangnya.

"Liv." Terdengar suara Elvan yang memanggil Olive dengan suaranya yang lirih dan hal itu membuat Olive merasakan hatinya yang sakit luar biasa dengan kedua bola mata yang sudah berkaca-kaca.

"Apa?" Tanya Olive dengan sangat sinis sambil menghempaskan tangan Elvan sehingga tangannya kini terlepas dari cakalan tangan Elvan.

"Aku mau minta maaf sama kamu." Olive memejamkan matanya saat mendengar ucapan maaf dari mantan calon suaminya itu.

"Aku mau kita perbaiki semua ini." Olive yang mendengar itu hanya tersenyum sinis sambil menatap Elvan dengan senyum remehnya. Tangan Olive bergerak menuju ke hadapan wajah Elvan dan menunjukkan sebuah cincin yang melingkar di jari manisnya.

"Ini." Kata Olive yang menunjukkan sebuah cincin yang seharusnya menjadi cincin pernikahan mereka namun harus gagal karena kebodohan Elvan.

"Iya itu cincin pernikahan kita." Jawab Elvan dengan senyum di bibirnya dengan tangan yang ingin memegang tangan Olive namun dengan cepat gadis itu menepis tangan mantan calon suaminya itu.

Sedangkan Utari dan Inggit hanya diam menyaksikan anak dan menantunya itu karena mereka tahu hal ini akan terjadi mau itu lambat ataupun cepat, "Bukan ini bukan cincin pernikahan kita. Tapi ini cincin pernikahan gue sama suami gue." Elvan menatap tidak percaya kearah Olive yang berbicara sangat tidak sopan kepadanya menggunakan kata lo gue.

Dan jangan lupakan ucapan Olive bahwa cincin itu bukan cincin pernikahan mereka tetapi cincin pernikahannya bersama dengan sang suami, "Maksud kamu apa?" Tanya Elvan dengan suaranya yang sedikit bergetar menatap kearah Olive.

"Gue udah nikah pagi itu juga dan ngadain resepsi pagi itu juga, tapi bukan sama lo." Kini Elvan semakin tidak mengerti kemana arah pembicaraan dari calon istrinya itu.

"Lo bisa tanya sama tante Inggit atau sama mama mertua gue." Sungguh Elvan dibuat tidak mengerti kembali dengan ucapan Olive yang menunjuk Utari sebagai Mama mertuanya.

"Apa maksudnya ini semua?" Tanya Elvan yang menatap kearah mama dan juga tantenya secara bergantian. Inggit memejamkan matanya sejenak mencoba untuk menenangkan hatinya yang sedang tidak baik-baik saja karena kehadiran Elvan dan Olive secara bersamaan.

"Oke enggak apa-apa kalau seandainya Mama lo sama mama mertua gue nggak ngasih tahu lo, gue yang bakal kasih tahu lo siapa suami gue. Lo kenal sama orangnya dan lo kenal deket sama dia, namanya Anthony Syahreza. Itu nama  laki-laki yang kini jadi suami gue dan masa depan gue." Bagai tersambar petir di pagi hari Elvan menatap tidak percaya kearah Olive tengah tersenyum ke arahnya.

"Mah Olive pergi dulu, kayaknya Olive harus pulang ke Malang kasian suami Olive sendirian." Kata Olive yang menghampiri Utari kemudian mencium tangan wanita paruh baya itu bergantian dengan tangan milik Inggit.

Setelah mengatakan itu dan berpamitan Olive segera keluar dari ruang rawat inap milik tante dari suaminya itu, namun ia sudah tidak bisa lagi menahan air matanya yang sejak tadi ia tahan.

Olive segera keluar dari rumah sakit tersebut untuk mencari sebuah taksi yang bisa untuk mengantarkannya pulang, setelah mendapatkan taksi Olive segera naik dan meminta kepada sopir taksi itu untuk mengantarkannya pulang ke rumah sang mamah.

***

"Mah apa bener Olive sama Toni udah nikah?" Tanya Elvan yang kini berjalan perlahan menghampiri sang Mama yang tengah berbaring.

"Iya Toni dan Olive memang sudah menikah." Bukan Inggit yang menjawab melainkan Utari yang masih setia duduk di samping sang kakak ipar.

"Kenapa?" Tanya Elvan yang tidak terima dengan semua ini. Sedangkan Inggit dan Utari hanya tersenyum menatap kearah Elvan dengan wajahnya yang terlihat sangat sedih dan tidak baik-baik saja.

"Kamu tanya kenapa?" Tanya Utari kembali sambil berdiri dari duduknya. Utari berjalan mengitari ranjang yang ditempati oleh kakak iparnya itu untuk menghampiri sang keponakan yang masih berdiri di samping sang mama.

"Tante kira kamu itu laki-laki yang paling baik, laki-laki yang pintar, tapi tante rasa itu semua salah. Dengan kamu pergi dari rumah meninggalkan Mama kamu papa kamu meninggalkan calon istri kamu yang tinggal semalam lagi akan menjadi istri sah kamu, kamu meninggalkan ya demi sosok wanita yang menurut tante tidak ada harga dirinya. Bagaimana mungkin wanita itu punya harga diri disaat dirinya tahu bahwa kamu ingin menikah dia mencoba bunuh diri." Elvan menatap tidak percaya kearah Utari tantenya bagaimana mungkin tantenya bisa tahu alasan dia pergi meninggalkan Olive sebelum acara pernikahan itu terjadi.

"Setidaknya Olive tidak menikah dengan kamu, dia masih beruntung karena bisa menikah dengan sahabatnya yaitu Toni adik sepupu kamu. Apa kamu memikirkan bagaimana malunya Papa sama Mama kamu malunya keluarga Olive dan juga kesehatan Papa Olive yang saat itu terganggu?" Tanya Utari kembali.

"Aku nggak terima semua ini Tan." Kata Elvan dengan wajah yang memerah karena sejak tadi laki-laki itu sudah marah dengan apa yang diucapkan oleh sang tante kepadanya.

"Mau kamu enggak terima aku terima semua itu enggak akan jadi masalah buat Olive ataupun Toni, karena mereka sudah menjadi pasangan suami istri yang sah dimata hukum dan juga agama. Dan kamu jangan sampai mendekati mereka berdua, Jika kamu mendekati mereka berdua kamu akan tahu akibatnya dari mama sama papa." Kini giliran Inggit yang mengeluarkan suaranya meskipun terdengar sedikit lemah karena masih sakit namun ucapan Inggit itu mampu buat Elvan terdiam seribu bahasa.

"Kenapa kamu dateng kesini? Kenapa juga kamu pulang? Udah habis uang kamu atau kamu nggak dapat pekerjaan sama sekali di luaran sana?" Tanya Inggit kepada putranya itu.

"Mama sangat kecewa sama kamu Elvan kamu meninggalkan keluarga kamu dan calon istri kamu demi wanita yang bahkan kita semua nggak tahu wanita itu, ada hubungan apa sebenarnya kamu dengan wanita itu?" Tanya Inggit yang kini sudah berlinang dengan air mata di kedua pipinya.

Sedangkan Utari wanita paruh baya itu mengelus pelan dan lembut pundak sang kakak ipar mencoba menguatkan sang kakak ipar. Elvan menggelengkan kepalanya pelan kemudian menggenggam tangan sang mama dan menciumnya dengan lembut.

Inggit menghempaskan tangan Elvan begitu saja karena wanita paruh baya itu sudah sangat kecewa kepada Elvan, dan terlebih lagi Elvan sudah membuat keluarganya malu beruntung ada Toni yang menyelamatkan semua masalah yang ditimbulkan oleh Elvan.

-----------

Hello hello, gimana kabar kalian hari ini?

Part 27 udah update ya bestiee jangan lupa komen dan vote secepatnya aku tunggu sekarang juga. Intinya jangan sampai lupa vote dan komen ya bestie!!!!!

Jadwal update nya tiap hari kok, jadi kalian tenang aja^_^

Cold Wedding (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang