Part 38

2K 112 3
                                    

"Sekarang anda bisa keluar dari ruangan suami saya dan saya harap anda tidak lagi datang kemari maupun ke apartemen kami." Kata Olive dengan suaranya yang sangat dingin dan juga tajam menatap kearah Elvan yang masih berdiri menatap keduanya.

Bahkan Elvan masih bingung dengan semua ini bagaimana mungkin adik sepupunya itu tahu alasan dirinya pergi dari rumah sebelum acara pernikahannya bersama Olive dan juga tentang percobaan bunuh diri yang dilakukan oleh Tania.

Setelah Elvan keluar dari ruangan Toni Olive segera menghampiri sang suami yang tengah duduk di sofa sambil memegangi sudut bibirnya yang berdarah.

"Sini aku obatin." Kata Olive yang sudah memegang kotak obat di kedua tangannya dan segera duduk di samping sang suami.

Toni terus menatap wajah Olive yang sedang mengobati luka di sudut bibirnya, "Sakit banget ya?" Tanya Olive setelah selesai mengobati luka di sudut bibir sang suami.

Toni hanya menjawab dengan gelengan kecil sebelum akhirnya ia tersenyum, "Tania itu siapa?" Pertanyaan tiba-tiba Olive membuat Toni langsung mendongakkan kepalanya menatap wanita yang berstatus sebagai istrinya itu.

"Tania itu mantan pacar Elvan sebelum dia pacaran sama kamu, Tania juga mantan pacar aku saat aku masih kuliah dulu. Dulu aku nggak tahu kalau Tania itu udah pacaran sama Elvan dan dia lagi dekat sama aku dan berakhir kita menjalin sebuah hubungan namun berakhir setelah 2 bulan, bisa dibilang kalau aku sama Tania itu selingkuh dari Elvan kakak sepupu aku sendiri, tapi pada saat itu aku nggak tahu kalau Tania itu punya hubungan spesial sama Elvan karena Elvan yang dari dulu enggak pernah ngenalin Tania ke keluarga. Saat hubunganku dengan Tania berakhir di situ juga hubungan Tania dan Elvan juga berakhir." Olive menganggukkan kepalanya pelan pertanda ia mengerti apa yang diceritakan oleh sang suami.

"Jadi alasan dia pergi malam itu karena nemuin mantan pacarnya yang bunuh diri?" Tanya Olive kembali dengan suaranya yang sangat tenang bahkan tidak ada lagi kesedihan di wajah wanita hamil itu. Toni hanya bisa mengangguk lemah karena percuma saja ia berbohong kepada istrinya itu.

"Nggak papa deh, gara-gara dia aku bisa nikah sama orang yang dulunya pernah ada di dalam hati aku meskipun cuma sebentar." Gumam Olive dengan suaranya yang pelan namun masih bisa didengar jelas boleh Toni yang duduk disampingnya.

"Maksud kamu apa?" Tanya Toni yang menarik dagu Olive supaya lebih mendekat ke arahnya. Olive yang mendapat pertanyaan itu membuat wajahnya menjadi tegang karena ia pikir tadi Toni tidak akan mendengar ucapannya.

"Aku, aku apa?" Olive yang mencoba mengalihkan perhatian dari perkataannya tadi. Namun sayang Toni sama sekali tidak terpengaruh laki-laki itu malah semakin mendekatkan wajahnya ke arah Olive membuat wanita hamil itu langsung memejamkan kedua bola matanya.

"Kenapa tutup mata? Emang mau ngapain?" Tanya Toni sambil menyentil kening milik istrinya pelan dan hal itu membuat Olive segera membuka kedua bola matanya sambil memegang dahinya yang tadi disentil oleh Toni.

"Nggak mikirin apa-apa, udah aku mau ke ruangan aku dulu." Kata Olive yang menocba berdiri dari duduknya. Namun usahanya untuk berdiri harus terhalang karena Toni yang kembali menarik tangannya membuat Olive kembali terduduk disamping Toni.

"Jawab dulu apa yang kamu maksud tadi sebelum kamu keluar dari ruangan ini." Kata Toni kembali sambil memegang kedua pipi Olive membuat gadis itu tidak bisa bergerak ke kanan dan ke kiri.

"Dulu waktu kita liburan sama Alana, Arga juga Farel aku pernah suka sama kamu, lebih tepatnya saat aku ngeliat kamu tidur disofa milik Alana bareng sama Farel. Di situ aku ngerasa ada yang aneh di diri aku sendiri sampai aku nggak bisa tidur karena aku terus mikirin wajah kamu yang sedang terlelap. Wajah kamu imut kayak bayi." Olive kembali berkata saat mengingat wajah Toni dahulu lebih tepatnya satu setengah tahun yang lalu dimana mereka masih menjadi seorang mahasiswa dan juga lebih tepatnya mereka menjadi masih menjadi seorang sahabat.

"Jadi dulu kamu pernah suka sama aku?" Olive menganggukkan kepalanya pelan karena ia merasa tidak ada yang perlu ia tutup-tutupi saat ini lagi pula dirinya dan juga Toni sudah menjadi pasangan suami istri yang sah dimata hukum ataupun agama.

"Iya tapi itu cuma sebentar sebelum akhirnya aku ketemu sama kakak kamu." Kata Olive yang tidak mau menyebut nama Elvan di dalam setiap ucapannya. Olive selalu memakai nama kakak sepupu saat berbicara tentang Elvan kepada Toni.

"Dulu awalnya aku nggak sengaja ketemu sama kakak sepupu kamu sampai akhirnya kita sering ketemu karena aku yang selalu gantiin papanya buat meeting dikantor papa aku." Toni mulai mengerti bagaimana awal pertemuan dari istrinya dan juga Kakak sepupunya itu.

Bahkan sampai sekarang pun hubungan pernikahan mereka tidak ada yang tahu di kantor ini, namun ada beberapa orang yang sudah curiga dengan hubungan Olive dan juga Toni yang terlihat sangat dekat bahkan selalu berangkat dan pulang bersama namun tidak ada yang mampu berbicara kepada Toni ataupun Olive karena mereka takut akan kekejaman Toni, perbuatan yang telah dibuat mereka bisa saja menghilangkan pekerjaan yang sangat sulit untuk mereka dapat saat ini.

Olive dengan cepat memeluk tubuh Toni membuat Toni hanya tersenyum melihat kelakuan aneh dari bumil yang berada di pelukannya ini, akhir-akhir ini Olive selalu saja meminta peluk dimanapun dia berada.

Bahkan pernah suatu hari Olive meminta peluk kepada Toni saat mereka berdua berada di ruangan meeting. Olive memberitahukan Toni dengan cara menuliskan kata peluk di sebuah kertas yang di situ terdapat laporan meeting mereka.

Namun tiba-tiba pintu ruangan Toni terbuka dengan sempurna menampilkan sosok wanita dengan rok panjang dibawah lutut dan juga kemeja, dengan kedua bola matanya yang melotot dan mulutnya yang terbuka.

"Astaghfirullah halladim, maaf pak." Kata wanita itu yang tak lain adalah Maria mantan sekretaris Toni yang sekarang menjadi kepala HRD di perusahaannya.

Olive yang sangat malu segera melepas pelukannya bersama dengan sang suami namun hal itu tidak diizinkan Toni dengan cara membalas pelukan sang istri dengan sangat erat.

"Dia udah pergi." Kata Toni kepada Olive saat Maria sudah menutup kembali pintu ruangannya.

Dan jangan tanyakan bagaimana kehebohan Maria di depan ruangan Toni, wanita itu terus saja memegang dadanya yang berdetak cukup kencang dari biasanya. Nafasnya sekarang tidak teratur.

Dengan secepat kilat dirinya berlari menuju ke ruangan yang berada di lantai bawah, "Aduh Marai bodoh banget. Bisa-bisa kamu dipecat." Kata Maria yang kini mulai menghawatirkan tentang karirnya yang menjadi kepala HRD di perusahaan Toni.

Bahkan selama 2 bulan menjadi kepala HRD Maria sudah memecat sebanyak 4 karyawan dikarenakan kesalahan karyawan itu sendiri yang dibuat kepada Toni.

"Aku harus minta maaf apa gimana nih?" Tanya Maria yang mondar-mandir di depan kamar mandi sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Bahkan sampai kekhawatirannya itu membuat Maria ingin buang air kecil kembali, "Loh mbak kenapa sih?" Tanya seorang karyawan yang cukup dekat dengan Maria.

"Nggak apa-apa." Jawab Maria dan dengan cepat ia kembali masuk kedalam kamar mandi untuk membuang air kecil, setelah selesai dengan urusan kamar mandinya Maria segera kembali ke ruangannya untuk segera melakukan pekerjaannya yang sempat tertunda tadi. niatnya datang ke ruangan Toni hanya ingin meminta tanda tangan kepada bosnya itu karena saat Maria tadi pergi ke ruangan sekretaris Toni yaitu Olive Maria tidak mendapati wanita itu.

--------------

Hay guys gimana sama part 38 ini, semakin kalian melihat cinta mereka dan kasih sayang mereka semakin kalian dekat dengan akhir dari cerita ini.


Jangan lupa vote sebelum baca, kalau udah baca harus komen ya bestiee, dan juga follow dulu bagi yang belum follow. Bantuin 1k followers aku yuk guys, dikit lagi kok.


Cold Wedding (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang