Part 17

1.3K 91 1
                                    

"Ayo pulang." Kata seorang gadis dengan senyum mengembang dibibirnya. Sedangkan seseorang yang ia ajak pulang hanya diam fokus pada pekerjaan di hadapannya.

"Sebentar lagi, gue masih ada kerjaan. Kalau lo mau pulang duluan lo pulang aja." Olive hanya bisa menghembuskan nafasnya kasar melihat jawaban yang sangat acuh dari Toni suaminya.

Gadis itu memilih berjalan menuju kearah sofa yang berada tepat di hadapan meja kerja Toni, "Ton kenapa sih lo jadi dingin dan cuek sama gue?" Tanya Olive yang kini sudah menundukkan kepalanya menatap ke ke arah tas yang berada di pangkuannya.

Mendengar itu ada rasa bersalah di hati Toni melihat raut wajah Olive yang terlihat sedang murung, "Ini diri gue sebenernya Liv." Kata Toni yang kini meletakkan sebuah pena di atas meja.

"Nggak, kalau sekarang sama lo yang dulu beda banget. Dulu itu lo selalu senyum selalu buat gue kesal tapi juga ngangenin. Tapi sekarang lo nggak pernah senyum nggak pernah bikin orang senyum dan sekarang juga lo nggak ngangenin kayak dulu." Kata Olive yang mendongakkan kepalanya menatap kearah Toni.

"Apa jangan-jangan lo marah ya sama gue. Gara-gara gue sama kakak sepupu lo itu kita jadi nikah dadakan?" Tanya Olive kembali.

"Bukan itu alasan gue." Jawab Toni cepat. Karena memang bukan itulah penyebab dirinya berubah menjadi cuek dan juga dingin kepada Olive.

"Terus apa? Kenapa lo jadi gini?" Tanya Olive yang kini sudah berdiri dari duduknya menatap lekat ke arah Toni yang masih terduduk di kursinya.

"Cuman ada satu alasan yang buat gue kayak gini dan lo nggak perlu tahu itu." Jawaban Toni mampu membuat hati Olive berdenyut nyeri.

"Yaudah terserah." Setelah mengatakan itu Olive memilih meninggalkan ruangan Toni untuk pulang terlebih dahulu meninggalkan suaminya yang masih terdiam di kursinya.

"Kalau gue nggak bersikap kayak gitu mungkin rasa cinta sama rasa sayang gue bakalan terus tumbuh." Gumam Toni saat melihat pintu ruangannya yang sudah tertutup dengan keras.

***

"Toni kenapa sih?" Tanya Olive dengan kesalnya setelah keluar dari perusahaan milik suaminya.

"Kenapa Toni yang sekarang lebih nyebelin yang dari dulu, kalau dulu meskipun dia nyebelin tapi gue suka. Kalau sekarang sama sekali gue nggak suka sama dia." Gumam Olive kembali.

Gadis itu nampak berjalan menelusuri padatnya jalan raya karena di jam-jam ini waktunya semua karyawan kantor maupun pabrik berhamburan ke jalan.

Sampai akhirnya Olive memberhentikan sebuah taksi yang kebetulan melintas di hadapannya, "Pak keapartemen Royal Diamond." Kata Olive saat sudah masuk ke dalam taksi.

"Iya mbak." Jawab laki laki yang mengemudikan taksi yang sedang di tumpangi oleh Olive.

Selama taksi itu berjalan Olive terus menatap jalanan yang sedang ia lewati, Olive juga dapat melihat kendaraan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi yang melintas.

"Gue rindu sama Elvan, kemana dia sekarang. Kenapa ninggalin gue gitu aja. Emang salah gue apa." Gumam Olive dalam hatinya saat mengingat betapa teganya Elvan yang meninggalkannya sebelum acara pernikahan mereka digelar.

"Kenapa dia nggak bilang ada masalah apa, kenapa harus pergi gitu aja. Pakai nulis surat kalau dia pergi saat kembali mau menjelaskan semuanya." Olive terus saja bergumam dengan tangan yang menempel pada kaca mobil.

"Dasar brengsek emang, nyesel banget gue kenal sama tu orang. Untung ada Toni yang mau mau jadi suami pengganti buat gue, sehingga keluarga gue ataupun gue sendiri nggak akan malu." Di sisi lain Olive sangat merasa bersyukur dan berterima kasih kepada Toni karena sudah mau menerima dirinya sebagai istri.

Sampai akhirnya mobil taksi yang ditumpangi oleh Olive berhenti di depan sebuah bangunan yang cukup besar bertuliskan apartemen Royal Diamond.

"Makasih pak, ini uangnya." Kata Oliv memberikan uang rp50.000 kepada pengemudi taksi.

Dengan langkah kaki yang gontai Olive berjalan menuju ke lobby apartemen yang ia tempati, di lobby Olive dapat melihat orang-orang yang berlalu-lalang maupun itu penghuni apartemen yang sama dengannya ataupun para karyawan karyawan yang membersihkan apartemen setiap hari.

Sesampainya di apartemen Olive dapat melihat apartemennya yang terlihat kotor karena tadi pagi dia belum sempat membersihkannya, langkah kecilnya berjalan masuk kedalam kamar untuk melepaskan sepatu yang melekat di kakinya dan juga tas yang masih melekat di pundaknya.

Setelah melepas tas dan juga sepatunya Olive mengambil baju rumahan yang bisa ia pakai dengan nyaman saat membersihkan apartemennya, Olive mengambil sebuah daster gambar bunga-bunga kecil di atas lutut.

Setelah mengganti pakaiannya dan juga menguncir tinggi rambutnya Olive segera keluar dari kamarnya menuju ke dapur untuk membereskan dapur yang terlihat berantakan.

Bahkan cucian piring di wastafel sangat menumpuk dan juga tempat sampah yang sudah penuh, Olive menghembuskan nafasnya pelan sebelum ia melakukan pekerjaan rumahnya kali ini.

Pertama-tama Olive mencuci seluruh piring-piring kotor yang berada di wastafel maupun di atas meja makan, namun di atas meja makan hanya ada dua gelas kosong yang tadi pagi ia gunakan bersama dengan Toni.

Setelah urusan piring selesai Olive memilih membuang sampahnya terlebih dahulu di depan apartemennya karena setiap sore nya akan ada petugas kebersihan yang akan mengambil sampah yang terletak di luar pintu apartemen.

Setelah itu barulah Olive masuk kembali ke dalam kamarnya untuk membersihkan kamarnya, pertama-tama gadis itu membersihkan meja riasnya dan dilanjut dengan menyapu seluruh kamar dan juga mengepel nya, Olive juga mengeluarkan baju kotor yang berada di dalam kamar mandi.

Gadis itu membawa pakaian kotor yang berada di dalam keranjang ke arah ruang cuci yang berada di dekat dapur. Tidak lupa juga sore ini Olive mencuci seluruh pakaian kotornya bersama dengan pakaian Toni.

Sambil menunggu cuciannya selesai Olive lebih memilih menyapu setiap sudut ruangan apartemen yang ia tempati saat ini, sebelum itu juga dirinya sudah membersihkan debu debu yang melekat di barang-barangnya.

Setelah urusan cuciannya selesai Olive berniat untuk mandi terlebih dahulu namun sebelum itu gadis itu mengambil ponselnya yang berada di ruang tengah lebih tepatnya berada di atas meja karena dari tadi gadis itu menyalakan musik di ponselnya sambil mengerjakan pekerjaan rumah.

Namun tanpa terduga pintu apartemennya terbuka dari luar menampilkan sosok laki-laki dengan tubuh tinggi tegap rambut yang sedikit berantakan namun menambah kesan ketampanan tersendiri di wajah laki-laki itu.

Olive hanya memandang laki-laki itu sekilas dan dengan cepat mengambil ponsel yang masih berada di atas meja, tanpa bicara satu katapun Olive segera masuk ke dalam kamarnya dengan ponsel yang berada di tangannya.

Sedangkan laki-laki itu hanya menatap kepergian Olive sambil menghembuskan nafasnya pelan, dia adalah Toni sosok laki-laki yang menjadi suami dari Olive dan juga sahabat Olive dan juga sebagai bos di tempat Olive bekerja saat ini.

Toni berjalan ke arah dapur untuk mengambil air dingin karena merasa tenggorokannya yang sangat kering saat ini, Toni menatap satu-persatu barang-barang yang tertata rapi yang berada di dapur, bahkan cucian piring kotor yang berada di wastafel tadi pagi kini sudah bersih.

Kini tatapan Toni jatuh kepada tong sampah yang terlihat kosong yang tadinya sampah itu sudah dibuang oleh seseorang, Toni juga melirik kearah ruang cuci di mana semua baju-bajunya dan juga baju sang istri sudah selesai dicuci dan sekarang berada di jemuran.

------------

Hayy bestiee, ntah kenapa aku pengen update lagi malam ini🙄.

Jangan lupa vote dan komen terus buat dukung aku, biar lebih semangat lagi buat nyelesaiin cerita ini ^_^


Cold Wedding (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang