Muncul Luka

2.5K 109 2
                                    


Pak Sholeh yang terbaring lemah di atas ranjang, mulai menggerakan kepala ke kanan dan ke kiri dengan sangat pelan.

Matanya berkedut, keningnya berkerut menahan sakit ditangannya.

Dengan kondisi yang masih lemas, Pak Sholeh berusaha bangun dibantu kedua sikutnya yang menjadi sanggaan tubuhnya, perlahan dia pun bisa duduk .

Dia menunduk, menatap tangannya yang sakit . Terlihat cairan bercampur darah merembes dari balutan perbannya.

Pak Sholeh termenung mulai mengingat sesuatu. Apa yang tengah terjadi pada dirinya ,kenapa luka sekecil itu bisa jadi separah ini.

"Pak sudah bangun ini Minum dulu."

Pak Sholeh yang tengah menunduk, sedikit menggerakan kepala dan matanya ke samping kanan.
Melihat Nana meletakan teh manis  hangat di atas meja.

Nana melihat raut wajah Bapaknya yang termenung seperti orang linglung, kemudian melihat sekeliling ruangan . Tidak ada siapapun disana karna Ibunya Sudah pergi berdagang di Pasar.

Sebenarnya Sinta engan berjualan hari ini karna tak tega meninggalkan suaminya yang sakit ,tapi banyaknya pesanan membuatnya tetap harus berjualan agar para pelanggannya tidak kecewa dan pindah ke tempat lain.

"Pak kenapa? " tanya Nana.

" Sakit kah ? Mana yang sakit ?" tambahnya

Nana memberikan beberapa pertanyaan. Tetapi, Pak Sholeh masih terdiam.
Nana tidak mengerti apa yang dirasakan Bapaknya saat ini.

Kemudian Nana mulai pergi memanggil kakaknya Ratih.
Beberapa detik kemudian Ratih datang bersama Kakak iparnya.

"Pak kenapa ?" Tanya Ratih mengelus pundak Bapaknya.

Pak Sholeh kembali menunduk, ia menggeleng pelan.

" Sakit kah ?" Tanya Ratih lagi dan skali lagi hanya di jawab dengan gelengan kepala lirih.

Nana menyodorkan secangkir teh hangat yang telah ia siapkan tadi kepada Bella untuk di berikan kepada Bapaknya. Dia berfikir mungkin saja tenggorokan Bapaknya kering sehingga sulit untuk berkata kata.

"Minum dulu Pak " Bella mendekatkan cangkir teh itu kebibir Mertuanya.

Pak Sholeh menyeruput sedikit teh tersebut kemudian memalingkan kepalanya , sebagai tanda sudah engan meminumnya lagi.

Pak Sholeh pun mulai berusaha mengerakkan kakinya, Ratih yang duduk di samping Bapaknya tiba-tiba menengadah karena Pak Sholeh berusaha berdiri.

"Lho pak mau kemana ?"

Pak sholeh melihat satu persatu wajah anak-anaknya tanpa ada satu katapun.

"Mau ketoilet" kata Pak Sholeh lirih.

Ratih berdiri berusaha membantu Bapaknya tapi tangannya di hempaskan oleh Bapaknya

"Kenapa Pak ?" Tanya Ratih tak mengerti

"Bapak bisa sendiri "

Ratih dan Nana pun hanya bisa diam dan menuruti apa kata Bapaknya karna mungkin Bapaknya merasa malu jika ketoilet di antar oleh anak perempuannya.

"Ikutin " kata Bella takut Bapak mertuanya jatuh.

****

Jam dinding menunjukan waktu pukuI satu siang.
Pak Sholeh yang sedang rebahan terlentang di tempat tidurnya itu, melihat ke atas menatap langit-langit kamar

"Kenapa aku mesti sakit begini ?" gumam Pak Sholeh meratapi nasib.

Dia mulai menggerakkan tangannya yang sakit dan masih menatap atap-atap langit kamar.

Santet Pring SedapurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang