Usai pemakaman

1.9K 103 4
                                    

Meskipun sedikit ada keributan, acara pelayatan dan pemakaman mbah Ratmi berjalan lancar. Malam itu juga mbah Ratmi dimakamkan di samping kuburan suaminya yang telah berpulang terlebih dahulu.

Setelah para pelayat pulang, Adi menghampiri Ratih dan bertanya

"Rat, sebenarnya kamu teriak tadi kenapa ?"  tanya Adi yang masih penasaran.

"Gak apa-apa kok cuma Ratih kaget aja ada kucing loncat dari keranda" jawab Ratih berbohong.

Ratih sengaja berbohong agar tidak menakuti kakaknya dan orang-orang di sekitar para pelayat. Padahal ia tadi melihat dengan sangat jelas sesosok mahluk tinggi besar tengah menyeret neneknya dengan paksa masuk kedalam keranda.

Adi terus memikirkan wajah kedua neneknya di sepanjang perjalanan pulang dari pemakaman . Sungguh ia tak menyangka akan kehilangan dua neneknya dalam waktu yang sangat singkat. Adi membuang nafas entah kenapa ia masih merasa ada yang sedikit janggal dengan kematian neneknya.

.
.
.
.
.

Malam itu, Adi sampai di rumah setelah  pemakaman neneknya sekitar jam satu dini hari. Rumahnya sudah terasa sangat sepi karna anak dan istrinya sudah tertidur lelap.

"Pasti mereka sudah tidur" gumamnya

Adi segera masuk kedalam kamar untuk menemui anak dan istrinya.

"Assalamuallaikum" ucapnya sambil masuk ke dalam kamar.

"Wa Alaikum salam. Eh! Papa udah pulang?" Istrinya menyambut dengan mata setengah mengantuk.

Adi mencium anaknya  yang baru berumur 4 tahun yang tengah tertidur memeluk boneka kesayangannya.

"Gak nyangka ya Pa, nenek pergi begitu tiba-tiba" ucap istrinya pelan.

Adi hanya diam dan masih merasa ada yang tidak beres dengan kematian Neneknya. Hanya saja dia tidak ingin menakuti istrinya jika ia menceritakan apa yang menganggu pikirannya. Terlebih tentang Santet Pring Sedapur yang tengah mengintai keluarganya.

"Padahal tadi sore masih baik-baik saja, gak nyangka banget nenek pergi secepat itu" lanjut istrinya dengan mimik wajah sedih.

Adi masih diam dan cuek. Ia merebahkan tubuhnya di samping anaknya sembari memeluknya.

"Pah, tau gak tadi sebelum tidur Marsel tuh manggil-manggil nenek tau ?" ucap istrinya ikut merebahkan tubuhnya di samping Adi.

"Dia nyebut nama nenek ?" Tanya Adi pada istrinya sambil bangkit dari tidurnya.

"Iya, Marsel tadi teriak-teriak katanya ada iyutnya disini. Sampe merinding aku Pah"

"Udah jangan di ladenin,namanya juga anak-anak sudah biasa berhalusinasi" ucap Adi kembali beringsut keposisi tidurnya. Namun dalam hatinya merasa takut kalau seandainya apa yang dikatakan anaknya itu benar, itu artinya arwah neneknya tengah menganggu anaknya. Ia lalu kembali memikirkan tentang kematian kedua neneknya itu pasti ada sangkut pautnya dengan Santet Pring Sedapur.

Baru saja Adi tertidur, Sekitar pukul 2:00 dini hari, istrinya membangunkannya.

"Pah, liat Marsel itu bermain dan bicara sendirian."

Adi melonggo melihat anaknya di ujung kamar bermain mobil-mobilan sembari menyebut nama iyutnya.
Keringat dingin seketika membasahi kening Adi, dadanya berdebar ta karuan. Segera Adi yang penakut itu meminta istrinya untuk membawa Marsel ke atas kasur.

Duar! Dok! Dok! Dok!

Marsel mengamuk memukul-mukul dan menendang pintu lemari karna tidak mau dibawah mamanya.

Santet Pring SedapurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang