Duka yang mendalam

2K 120 8
                                    

Inalilahi wa inalilahi rojiun...

Sinta baru saja sampai di kediamannya setelah acara tahlilan 40 hari kematian mertuanya dan mendengar suara panggilan telpon yang mengabarkan kabar duka kematian ibunya.

"Inalilahi wa inalilahi rojiun. Ya allah. Ibuu....." Teriak Sinta dengan jeritan tangis.

Membuat Pak Sholeh yang baru saja hendak tidur tersentak kaget.

"Ada apa bu..?" Tanya Pak Sholeh panik karna tidak biasanya istrinya menangis sehisteris ini.

"Ibuu....Pak...hick...hick...!!"
Jawab Sinta sesenggukan tak mampu meneruskan kata-katanya...

"Ibu kenapa ?"
Tanya Pak Sholeh mengenggam kedua bahu Sinta untuk menatapnya dan mengatakan apa yang sebenarnya terjadi sampai membuatnya sehisteris ini.

"Ibu meninggal ...hick...hick..."
Jawab Sinta dengan berderai air mata

"Inalilahi wa inalilahi rojiun..."

Malam itu juga beserta suami dan anak-anaknya ia bergegas kerumah Ibunya di kampung halamanya.

-Innalilahi wa innilahi rojiun... Telah berpulang ke rahmatullah ibu Ratmi dari keluarga Bapak Supri dan ibu Sari yang beralamat di Jalan Kenanga Rt.05 Rw.01. Dimohon untuk warga RT .05 Rw. 01 untuk bertandang kerumah duka karena jenasah akan di makamkan malam ini juga.-

Suara kabar duka dari mushola setempat mulai terdengar ketika Keluarga Pak Sholeh sampai di Rumah duka.

Sekali lagi Innalilahi wa innilahi rojiun... Telah berpulang ke rahmatullah ibu Ratmi dari keluarga Bapak Supri dan ibu Sari yang beralamat di Jalan Kenanga Rt.05 Rw.01. Dimohon untuk warga RT .05 Rw. 01 untuk bertandang kerumah duka karena jenasah akan di makamkan malam ini juga.-

Suara kabar duka kembali terdengar ketika Sinta mulai menuruni mobil dan berlari menuju ke kamar ibunya yang sudah banyak di kerumuni orang.

Sinta memeluk tubuh ibunya yang terbujur kaku dan tertutup kain jarik dari ujung kepala sampai ke ujung kaki.
Sinta menjerit, menangis sejadi-jadinya tanpa memperdulikan orang-orang yang mengelilingi jenasah sembari membaca buku yasin.

Sari yang matanya masih sembab pun kembali ikut menangis ketika melihat Sinta sehisteris itu menangisi kematian ibunya yang begitu tiba-tiba.
Sinta benar-benar terpukul atas kepergian ibunya yang mendadak itu.Padahal beberapa jam lalu ia tengah bertemu ibunya di acara tahlilan 40hari mertuanya. Mereka bahkan sempat berbincang-bincang dan pada saat itu kondisi ibunya terlihat baik-baik saja.

Tiba-tiba dari luar rumah mendiang mbah Ratmi terdengar suara jeritan histeris seorang Perempuan.

"Aaaaaaah...!!!"

Ternyata itu Ratih, dia terlihat terduduk lemas dengan wajah pucat sembari menunjuk ke keranda yang terparkir di depan rumah neneknya.

Pada kumpulan bayangan yang menyerupai kerumunan warga, Ratih melihat wajah-wajah pucat yang terlihat jelas. Dan pada banyak wajah tersebut ada sesesok bayangan hitam tinggi besar menyeramkan yang menyeret neneknya masuk kedalam keranda.

Beberapa orangpun kemudian berlari keluar dan menghampiri Ratih.
Mereka yang melihat Ratih berteriak ketakutan tersebut tentunya merasa sangat aneh karna tidak ada apapun disana.

"Ada apa Rat ?" Tanya Supri pamannya penuh tanda tanya

Ratih diam saja tak menjawab pertanyaan Pamannya tanpa peduli dengan orang-orang yang datang mengerumuninya. Ia mencoba menetralkan pikirannya dan menenangkan hatinya.

Santet Pring SedapurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang