Kejadian setelah berobat

2.9K 122 4
                                    

Sayup - sayup terdengar suara mobil Bapaknya yang mulai mendekati rumah, Ratih yang terbangun karena mimpi buruknya segera turun kebawah guna membukakan pintu pagar rumah agar Adi bisa langsung memarkirkan mobilnya di garasi rumah.
Namun langkah kakinya mulai berjalan perlahan ketika sebagian bulu kuduknya mulai berdiri ketika hampir mendekati pintu pagar .

Ratih menghentikan langkahnya, ia menoleh ke kiri dan kekanan guna memastikan keadaan. Hatinya mulai bedegub tak karuan dia yakin pasti ada sesuatu di belakangnya. Ada rasa keraguan dan ketakutan untuk menoleh kebelakang, tapi rasa penasaran membuatnya mengumpulkan tekat untuk memastikan apa yang ada di belakangnya.
Perlahan Ratih mulai mengerakkan lehernya....

' Ttiiiiiiiiiiinnnnnn.........!!!!! '

Ratih melonjak kaget ketika suara klakson mobil yang di kendarai Adi kakaknya di bunyikan tanda perintah untuk segera membukakan pintu pagar.
Bergegas Ratih membuka pintu pagar

' Kreeeeekkkkkk....'

Ia mendorong pintu pagar itu kesamping yang langsung di sambut oleh mobil Adi yang siap parkir.

Sinta keluar dari dalam mobil dengan menuntun Pak Sholeh yang baru selesai kontrol turun dan memasuki rumah.Sedangkan Ratih mengikutinya dari belakang sampai Pak Sholeh di baringkan di tempat tidurnya.

" Aduuuuuhh...." rintih Pak Sholeh

Ratih melirik kondisi tangan Bapaknya yang di balut kain perban.

" Bu, Bapak kenapa ?" Tanyanya berbisik di telinga ibunya karna takut menganggu Bapaknya.

" Nanti ibu ceritakan, ambilkan bantal satu lagi buat Bapakmu " jawab Sinta sambil menunjuk sebuah bantal.

Ratih bergegas mengambil bantal dan menaruh bantal itu di atas tangan Bapaknya yang di balut perban. Sinta memastikan posisi bantal yang di taruh Ratih supaya Pak Sholeh merasa agak nyaman.

Setelah di rasa cukup dan Pak Sholeh juga sudah mulai terlelap barulah Sinta pergi menemui Adi yang tengah menunggu di ruang keluarga. Sedangkan Ratih sedari tadi hanya mengikuti langkah ibunya dari belakang tanpa bertanya lagi.

Adi menyeruput kopi yang baru saja di buatkan istrinya . Sedangkan Sinta mulai mengatur posisi duduk di depan Adi dengan raut muka sedih yang tak bisa ia sembunyikan lagi. Ratih duduk disamping ibunya dengan sesekali melirik ke arah Kakaknya yang terlihat gusar.

Mereka terdiam beberapa saat membuat ruangan itu terasa hening meskipun ada beberapa orang di dalamnya, sesekali Adi menyeruput kopi buatan istrinya kemudian mulai menyalakan sebatang rokok untuk menghilangkan ketegangan dalam hatinya. Sampai istrinya yang baru saja menidurkan anaknya mulai datang menghampirinya dan duduk di sampingnya, barulah Adi mulai membuka omongan untuk menenangkan ibunya yang sangat terlihat kalut namun tak mampu ia katakan kekalutan hatinya pada anak-anaknya .

" Udah Bu, gak usah panik besok kita bawa Bapak ke tempat yang dokter tadi tunjukkan " ucap Adi berusaha menenangkan ibunya dengan suara paraunya.

Ratih mulai menangkap ada yang tidak beres dengan kondisi Ayahnya sehingga membuat Ibu dan Kakaknya cemas dan dia sudah tak sabar lagi mengetahui hasil dari pengobatan Bapaknya tadi.

" Sebenernya ada apa sih bu ?"

Hick...hick...hick...

Suara isakan Sinta mulai terdengar lirih, ia sudah tak mampu lagi menyembunyikan rasa sedih dan sakit hatinya.
Ratih menangkap ada sesuatu yang tidak beres dengan melihat reaksi ibunya yang begitu memilukan, ia menatap lekat kakaknya

" Mas, ada apa sebenernya ?"
Tanya Ratih balik bertanya pada kakaknya karna pertanyaanya tadi hanya di jawab ibunya dengan tangisan, membuat hatinya semakin berpikir tak karuan.

" Ada yang gak enak hati sama keluarga kita "
jawab Adi dengan suara yang bergetar

" Maksudnya apa sih kak ?"
Hati Ratih semakin risau mendengar jawaban kakaknya , meskipun sebenarnya dia sudah bisa menebak kalau ada yang tidak beres dengan sakit Bapaknya tapi Ratih benar2 ingin memastikan ada apa dan apa penyebab sakitnya.

"AAAARRRRRGGGG.......ADUUUUUUUHHHH.......ADUUUUUUUHHHHH.......!!!!"

Tiba - tiba terdegar suara erangan kesakitan dari belakang tempat Pak Sholeh dibaringkan.
Adi , Sinta dan Ratih sontak langsung bergegas menuju arah suara erangan tersebut yang tak lain adalah suara kesakitan dari Bapaknya.

Adi dengan sigap memegangi tangan Pak Sholeh.

" Pak udah pak...udah jangan begini..." ucap Adi mulai menangis sembari terus memegangi tangan Bapaknya.

"Bapakkk udaaaah...huhuhuhhu..." Sinta memeluk dada Pak Sholeh sambil menangis sesegukan.

Sedangkan Pak Sholeh terus berteriak kesakitan sambil mengepakkan tangannya dengan keras kelantai, bahkan tangan satunya ikut memukuli tangan yang ia kepakkan kelantai.
Sepertinya ia merasakan rasa sakit yang luar biasa sehingga Pak Sholeh tidak tahan lagi membuatnya terus mengerang dan berteriak kesakitan.

Seluruh keluarga panik dan menangis menyaksikan Pak Sholeh yang tak mampu mengendalikan dirinya lagi.
Mereka semua mengelilingi tubuh Pak Sholeh sambil berusaha menghentikan gerakan Pak Sholeh yang arogan yang seakan akan ingin menghancurkan salah satu tangannya sendiri.

Hanya Ratih yang benggong melihat kejadian yang ada di depan matanya tanpa mampu berkata atau berbuat apa-apa, tubuhnya berdiri kaku menyaksikan kejadian yang ada di depan matanya. Apakah hanya Ia saja melihat ada sosok tinggi besar berada di dekat Bapaknya, Ratih berdiri terpaku menatap mahluk itu dengan rasa berkecamuk antara takut dan panik dengan apa yang ia alami.

Karna merasa ada yang memperhatikannya Mahluk itu mulai menoleh ke arah Ratih sambil menyeringai sinis kemudian menghilang dan entah apa hubunganya dengan mahluk itu tapi menghilangnya mahluk itu membuat Pak Sholeh perlahan mulai tenang.
Butuh waktu beberapa saat untuk mengkondisikan dirinya sebelum ia kembali mendengar dan merasakan tangisan pilu Ibu , Kakak dan tanpa ia sadari ternyata adik-adiknya sudah berkumpul mengelilingi Pak Sholeh dengan isak tangis .

" Rat , kamu kenapa ?"
Tanya bella kakak iparnya menyenggol lengan Ratih yang baru saja tersadar oleh pandangan matanya.

" eh, kak bel.. gak apa apa kok ? "

"Bapak udah gak apa-apa kamu yang tenang ya ?"

"Eh...iya kak bel "

" Kamu kenapa sih kok kayak orang linglung gitu "

" Gak apa-apa kok kak cuma panik aja "

"Oalah ya udah Rat , kamu tenangin diri kamu aja dulu . Bapak udah gak apa-apa kok"
Bella mengelus punggung Ratih dengan lembut.

Ratih beranjak dari tempatnya, ia berjalan gontai menuju dapur guna mengambil segelas air putih untuk lebih menenangkan dirinya

HUUUFFFT....

Ratih menoleh dengan sigap kekiri dan kekanan, tidak ada siapapun di dapur itu selain dirinya. Ia kemudian melanjutkan meneguk air yang sudah diambilnya

HUUUUUFFF...

Kali ini Ratih langsung menoleh kebelakang tapi lagi-lagi tidak ada siapapun di dapur itu. Dan Ratih yakin betul kalau seluruh anggota keluarganya yang ada di rumah itu sedang ada di belakang menemani Pak Sholeh.

Hanya saja suara hembusan itu terasa begitu nyata ada didekatnya , tidak mungkin dia salah merasakanya karna dia sudah merasakanya 2 kali. Tidak mungkin juga ada angin di dapur yang dalam kondisi pintu tertutup , dan tidak ada kipas angin di dapur . Lagipula suara hembusan itu terasa seperti hembusan nafas seseorang.

Ketika Ratih masih mencoba menenangkan hatinya dan beranggapan kalau itu hanya perasaanya saja tiba-tiba....























Santet Pring SedapurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang