Mencoba Pengobatan Alternatif

2.3K 120 1
                                    

"Halo, assalamuallaikum..."

Sebuah suara terdengar dari ujung ponsel yang di pegang Sinta

"Wa'allaikum salam, apa benar ini dengan Bapak widji ? "

"Iya benar, ada apa ?"

"Pak saya Sinta, dapat nomer Bapak dari Dokter Danu mau konsultasi mengenai sakit yang di derita oleh Suami saya "

"Silahkan datang kerumah saja Bu, saya juga harus melihat kondisi suami ibu sebelum ibu konsultasikan ke saya"

"Baik Pak setelah anak laki-laki saya pulang saya akan segera kerumah Bapak "

"Ngeh Bu, kira-kira jam berapa ?"

"Mungkin sekitar jam 4 sore Pak "

"Baik Bu saya tunggu "

Percakapan di telepon itu pun berakhir

.
.
Sembari menunggu Adi pulang Sinta mengupaskan buah untuk Pak Sholeh tapi tatapan Pak sholeh seolah kosong.

"Pak ini buahnya dimakan "
Sinta memperhatikan suaminya yang seperti melamun sehingga ta menjawab nya.

"Pak...!!" Ia kembali memanggil suaminya

"Eh, iya bu "

"Lagi mikirin apa sih "

"Gak apa2 bu, cuma Bapak bosan aja udah beberapa hari di rumah gak kepasar "

"Bapak kan masih sakit "

"Gimana pelanggan-pelanggan kita ya , apa pada gak nyariin Bapak ?"

"Ya jelas nyariin toh Pak malah banyak yang balik gak jadi beli katae nunggu Bapak aj "

"Nah itu bu , Bapak juga kepikiran soalnya kalo udah langganan itu biasanya gak mau di jualin orang lain"

"Mangkanya Bapak cepet sembuh biar bisa dagang lagi d pasar, soalnya Adi itu juga gk pinter narik pembeli "

"Baru kali ini lho Bu , Bapak bisa infeksi kena tulang padahal Bapak jualan daging sudah hampir 20 tahun "

" Bapak ngerasa ada yang aneh gak ?"

"Ya , yang aneh itu kadang Bapak merasa sakit sekali, kadang juga berasa kepanasan, kadang pula badan Bapak ini serasa tidak bisa di gerakkan, kadang juga Bapak gak ngerasa apa-apa"

"Bapak percaya gak kalo itu kena guna-guna"

"Huussh, Ibu ini mesti bicara ngawur gak usah mikir aneh-aneh apalagi menyangkut pautkan sakit Bapak sama hal begituan "

" Tapi pak..."

" Udah lah Bu gak usah mikir macem-macem , toh lagian sapa juga yang mau guna-guna Bapak orang Bapak di pasar juga gak punya saingan"

"Ya mungkin saja ada orang yang iri ?"

"Siapa yang mau iri ? , jangan asal menuduh orang ntar jadinya fitnah"

" Pokoknya  nanti ketika Adi pulang kita akan mencoba berobat Alternatif "

"Udah gak usah aneh-aneh "

"Bapak itu yang aneh , orang di ajak berobat kok ngeyel ae , emang gak mau cepet sembuh apa ? Lagian ini orang juga dulu mantan dokter tapi udah pensiun "

"Ya sudah terserah ibu saja " Akhirnya Pak Sholeh menyerah untuk mengakhiri perdebatan dengan istrinya

Setibanya Adi di rumah mereka langsung bergegas menuju tempat Pak Widji. Butuh beberapa menit untuk sampai ke kediaman Pak Widji karna Adi tidak terlalu mengenal daerah tersebut padahal tempat itu juga tidak terlalu jauh dari rumahnya, hanya saja mereka harus bertanya kebeberapa orang setelah melewati beberapa perkampungan. Untungnya nama Pak Widji cukup terkenal d kampung tersebut mengingat latar belakangnya adalah seorang dokter di medan perang.

Akses jalan menuju rumahnya terbilang sangat sempit karna mobil bahkan tidak bisa masuk , terpaksa mobil parkir di gang sebelah yang membuat mereka harus berjalan beberapa meter untuk sampai ke rumah Pak Widji.

Sinta berusaha memapah Suaminya tapi Pak Sholeh menghempaskan tangan Sinta

" Bapak masih bisa jalan sendiri, gak usah dituntun malu . Toh Bapak itu yang sakit tanganya bukan kakinya "

Sinta mendengus kesal tapi dia mencoba untuk bersabar andai saja suaminya tidak sedang sakit pasti dia akan mengomelinya karna suaminya tidak tau di khawatirkan.

Rupanya Pak Widji sudah ada di depan pintu menyambut kedatangan mereka, dengan ramah beliau mempersilahkan tamunya untuk masuk. Beberapa botol minuman pun sudah beliau siapkan diatas meja.

"Pak saya Sinta yang telpon Bapak tadi"
Sinta basa basi memulai obrolan

"Iya saya tau" jawab lelaki tua itu sambil tersenyum ramah

" Ini suami saya pak yang sakit "
Sinta menujuk suaminya berharap Pak Widji segera memeriksanya agar dia segera tau sakit apa yang di derita suaminya

"Mana saya lihat tangannya "

Pak Sholeh mengulurkan tanganya yang terluka yang segera di sambut oleh tangan Pak Widji.
Pria tua itu memegang tangan Pak Sholeh sembari memejamkan mata sambil sesekali ia megerutkan keningnya.
Beberapa detik kemudian ia melepaskan tangan Pak Sholeh sambil berdehem

"Ehem...!"

"Jadi gimana Pak"
Sinta dengan cemas menanyakan apa yang terjadi pada suaminya.

"Sampean pernah nyinggung siapa ?" Ucap Pak widji menatap tajam Sinta

"SAYA..!?"
Sinta kaget karna pertanyaan Pak Widji mengejutkannya

"Iya sampean " Lelaki itu mengangguk sambil mengelus dagunya

"Siapa ya pak , prasaan saya gak pernah punya masalah sama orang "

"Apakah sampean yakin tidak pernah ada masalah sama orang lain ?"

Sinta tertegun mencoba mengingat ingat dia pernah bermasalah dengan siapa tapi dia hampir tidak mengingatnya sama sekali.

"Jadi sebenarnya suaminya sampean ini kena guna-guna atau bisa di bilang santet lah " lanjut Pak Widji

Adi yang sedari tadi diam mulai menelan ludah karna merasa ngeri dengan ucapan lelaki tua yang ada di hadapanya.

"Tapi sekarang santet itu sudah masuk melalui jaringan darahnya sehingga beberapa bagian santet sudah mulai menjadi bagian penyakit medis yang akan mengerogoti tubuh Bapak ini " Lanjut Pak Widji

Mendengar itu mata Sinta langsung berkaca- kaca, Adi yang kaget pun langsung memeluk ibunya berusaha menegarkan dirinya.

"Seharusnya ketika sampean merasa ada yang tidak beres pada diri sampean , sampean langsung kesini jadi saya bisa mencegahnya agar tidak sampai masuk ke dalam aliran darah"

HICK...HICK..

Suara isakan Sinta mulai terdengar

"Ibu gak usah nangis karna sebenarnya Santet ini ditujukan pada ibu tapi berhubung ada leluhur ibu yang melindungi ibu jadi Santet ini kena suami ibu yang kosongan." Jelas Pak Widji

"Lalu bagaimana Pak ? Apa yang harus saya lakukan hick.. "

"Kalo sudah begini ya di obati tapi saya gak yakin karna santet ini sudah masuk kedalam aliran darah jadi akan lebih sulit, terlebih ini santet bukan sembarang santet

"Maksud Bapak gimana ?"
Adi mulai angkat bicara karna tak mengerti maksud ucapan Pak Widji.

"Intinya saya akan berusaha semampu saya untuk kesembuhan Bapak ini "

"Iya pak, minta tolong obati suami saya"

"Iya ibu tenang saja, nanti akan saya kasih beberapa media untuk menangkal aura jahat yang sudah masuk kedalam rumah ibu.

Mendengar ucapan Pak Widji , Sinta pun mulai teringat akan suara ledakan dan taburan serbuk putih yang berceceran di halaman rumahnya beberapa waktu lalu, Sintapun langsung menceritakannya pada Pak Widji yang di jawab dengan beberapa kali anggukan tanda mengerti.

"Suara ledakan Itulah awal mula Santet itu masuk kedalam Rumah sampean "



Santet Pring SedapurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang