Kehilangan Adi

1.6K 74 1
                                    

Dengan Suara bergetar dan sangat lirih Sinta meminta Bayu untuk memutar balik dan menuju Rumah Adi. Mereka semua tidak ada yang berani bertanya, pikiran mereka berkecamuk dengan ketegangan mereka masing-masing.

Bayu dengan segera langsung memutar balik mobilnya dan menuju ke rumah Bella dan Adi. Hati Pak Sholeh tiada hentinya berdetak memikirkan apa  yang sebenarnya dikatakan Besannya kepada Sinta hingga membuatnya linglung seperti ini. Namun yang jelas itu pasti bukan hal yang baik.

Sepanjang Perjalanan mereka semua masih binggung apa yang tengah terjadi, tetapi Sinta masih diam membisu dengan tatapan kosong.
Rasa penasaran yang  tinggi membuat Pak Sholeh meminta Bayu untuk mempercepat laju mobilnya.

Tepat ketika sampai di rumah Adi, disana, banyak orang berkumpul. Tenda telah di pasang dan beberapa kursi sudah memenuhi halaman rumah Adi.

Tubuh Pak Sholeh mendadak gemetar, tangan dan kakinya terasa ngilu untuk mengerakkan anggota tubuhnya. Matanya mulai berkaca-kaca begitu pula mereka semua yang ada di dalam mobil.

Ratih berjalan cepat masuk kedalam rumah, ia ingin memastikan perasaan takutnya. Dengan tangan bergetar ia membuka kain jarik penutup, matanya langsung terbelalak. Orang yang terbujur kaku itu memang mas Adi.

Seketika Ratih berteriak histeris

"Maasss Aadii....!!"

"Ya Allah Adi… kenapa kamu cepat banget, tinggalin kami." Air mata Pak Sholeh mengalir deras di matanya. Sesaat kemudian ia mulai Menangis sesenggukan sambil menutupi mulutnya. Ini adalah pertama kalinya dalam seumur hidupnya, Sinta melihat Pak Sholeh menangis seperti itu.

Kematian Adi bisa dibilang mendadak. Baru saja kemarin sebelum mereka berangkat ke Ponorogo menurut Dokter kondisi Adi sudah stabil, itulah sebabnya Sinta rela meninggalkannya guna mencari pengobatan untuk dia dan keluarganya, namun siapa sangka takdir berkata lain.

Menurut keterangan Besannya semalam tiba-tiba tubuh Adi kejang-kejang dan sesekali terdengar suara raungan kesakitan. Perlahan kakinya mulai dingin dan itu menjalar keseluruh tubuhnya kemudian ia tidak sadarkan diri dan tak lama setelah itu Dokter menyatakan dia telah menghembuskan nafas terakhirnya.

"Adi sejak sore sudah mulai sadar meskipun hanya sesaat dia masih bisa mengucapkan beberapa patah kata, meskipun sangat lirih dan tidak jelas. Kami kira kondisinya akan segera membaik. Namun rupanya di malam hari dia mengigau, wajahnya sangat pucat dan dia terlihat sangat ketakutan. Bella beberapa kali mencoba menenangkannya dan kami di luar hanya bisa membantu membacakan ayat suci karna hanya ada 1 orang yang di perbolehkan masuk Ruang ICU " Ibu Bella mulai menjelaskan. Tapi malah membuat keluarga Sinta tercengang. Bagaimana tidak? Beberapa hari yang lalu Adi masih memiliki kesempatan untuk hidup, namun kemudian keadaan berbalik dan dia harus pergi untuk selamanya.

Sinta seakan tahu, dia bisa menyembunyikan rahasia yang terjadi, sebelum Adi meninggal. Dimalam ketika selesai acara tahlilan neneknya, Adi sudah memberitahukan Sinta bahwa Dia adalah target selanjutnya. Saat itu Sinta sudah hampir tidak bisa berfikir karna kesedihan ditingalkan ibunya. Namun ia benar-benar tidak menyangka kalau Adi akan pergi secepat ini.

****

Bau cendhana menyeruak. Padahal pihak keluarga Adi belum membeli perlengkapan apa-apa untuk mengurus jenazah Adi.

Warga di kampung Adi, jika ada yang meninggal, sudah di sediakan kain kafan di balai desa. Tempatnya lumayan jauh dari rumah. Tak hanya itu, berbagai kebutuhan jenazah lainnya pun disediakan.

"Ndra, tolong nanti ambilkan kain kafannya ya, balai desa ada yang jaga kok." Ucap salah seorang perangkat Desa.

Seorang pemuda langsung menoleh, mendengar namanya di sebut.

Santet Pring SedapurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang