Pulang

2.2K 100 1
                                    


Ratih memandang keluar jendela mobil. Toyota Avanza berwarna hitam itu melaju dengan kecepatan tinggi membelah kegelapan malam.

Hujan turun dengan deras membasahi jalan raya yang sepi, menambah kesan suram pada suasana malam yang gelap gulita.

"Jangan kenceng-kenceng di.."ucap Sinta mencubit paha Adi.

Adi menoleh ke samping, memperhatikan ibunya dengan bibir manyun. Ratih menatap kosong keluar jendela.

Adi mengeluh pelan. Matanya yang redup sekarang tertuju pada jalanan yang sepi ,ia sedang fokus mengemudi dalam hujan lebat.

Saat ini, sulit bagi mereka untuk bicara setelah mengetahui kebenaran akan bencana yang akan menimpa keluarganya nanti.
Terlebih lagi untuk bertanya tentang sesuatu yang tidak penting. Sudah cukup tadi mereka mengobrol panjang lebar dengan Pria yang sampai saat inipun tidak diketahui namanya.

Ckkkkiiiiiiitttt....!!!

Adi mendadak mengerem mobilnya, membuat para penumpang mobil itu terjungkal ke depan.

"Mas, kenapa tiba-tiba berhenti" keluh Ratih

Adi memandang lurus kedepan melihat jalanan yang sangat sepi. Mungkin karna hujan jadi jalanan ini tak nampak seperti biasanya yang selalu ada saja lalu lalang kendaraan.

"Ada orang tiba-tiba nyebrang tadi" jawab Adi dengan menoleh kekiri dan kekanan mencari orang yang mendadak melintas di depan mobilnya.

"Mana ada ? orang jalanan sepi gini" gerutu Ratih

Dada Sinta rasanya gemetar mendengar pernyataan Adi, Firasatnya mulai buruk, takut terjadi sesuatu hal yang buruk .

"Sebaiknya kita semua baca doa dulu sebelum melanjutkan perjalanan" ucap Sinta lirih

Sejujurnya Sinta merasa sakit hati saat teringat kata-kata Pria itu yang menyatakan kalau pelaku Santet itu adalah tetangganya sendiri. Hatinya hancur mengenang semua itu. Dia merasa benar-benar ditikam dari belakang! .

Sinta juga masih terbayang dengan wajah Marni ketika menjadi ART nya dan bagaimana ia memperlakukan Marni bahkan dia juga sudah menganggap Marni bagian dari keluarganya.

Hanya masalah sepele kenapa sampai terjadi pertengkaran antara dirinya dan Marni waktu itu. Andai saja waktu itu ia bisa sedikit meredam emosinya mungkin Marni tidak akan menyimpan dendam sedalam ini hingga ingin menghabisi seluruh keluarganya.

Akan tetapi nasi sudah menjadi bubur, Sinta hanya bisa berikhtiar demi kelangsungan hidup keluarganya. Apapun yang terjadi dia akan terus berusaha semampunya sampai Santet Pring Sedapur ini dipatahkan.


Akhirnya mereka sampai di rumah dengan selamat . Toyota Avanza mereka sudah diparkir di garasi rumah. Adi melihat jam di pergelangan tangannya dan menyadari bahwa sudah hampir tengah malam.

Saat mereka tiba di rumah, hujan sudah mulai reda.
Sinta dan Ratih mencoba memapah Pak Sholeh keluar dari mobil dan berjalan menuju pintu rumah.

Namun ketika berjalan beberapa langkah menuju pintu rumah, tiba-tiba...

"Hah! Apa yang kulihat?!" Ratih mengucek matanya beberapa kali untuk memastikan pandangannya tidak salah.

Sinta yang mendengar suara Ratih yang terkejut itu menoleh.

"Kenapa, Rat ?"

"Tidak ada apa-apa, bu"

Kembali ia melanjutkan langkahnya.
Rasanya dia melihat sekilas bayangan seseorang yang berdiri di depan pintu. Bayangan itu juga terlihat seperti ingin masuk ke dalam rumah .

Santet Pring SedapurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang