Perseteruan semakin sengit

1.5K 74 4
                                    

"Toooloooong....!!"

"Toooloooong....!!"

Tiba-tiba Marni berteriak kencang, membuat beberapa warga keluar dari rumahnya dan berhamburan ke rumah Marni. Namun tak sedikit dari mereka juga tak menghiraukannya dan memilih untuk tetap melanjutkan aktivitasnya di dalam rumah.

Siang ini cuaca memang sangat panas, matahari menampakkan sinarnya sangat terang. Waktu baru menunjukkan pukul sebelas siang tapi sudah ada suara keributan. Beberapa ibu-ibu pun saling berbondong-bondong ke rumah Marni. Mereka penasaran dengan suara keributan dan melihat apa yang tengah terjadi.

Dari beberapa ibu-ibu yang sedang berhambur ke rumah Marni membahas masalah apa yang Sinta dan Marni alami serta keributan apa yang mereka lakukan, hanya Tutik yang diam saja dan menjadi pendengar.

Tutik adalah warga kampung baru disini. Dia adalah orang madura yang Rumahnya di samping kiri rumah Sinta. Seorang pasangan paruh baya yang membuka kios di rumahnya . Dia memiliki satu anak gadis yang sudah berusia tujuh tahun dan satu anak remaja yang tinggal di madura.

Mereka mencukupi keseharian mereka dengan membuka kios di depan rumah dan awalnya usaha itu cukup ramai, namun belakangan ini, usaha mereka mulai nampak sepi. Terkadang suami Tutik juga menyambi menjadi driver online untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.

Mungkin karna Tutik terbiasa hidup enak jadi setelah usahanya mulai mengalami kemunduran ia seperti malu bergaul dengan warga lain dan memilih berhubungan dekat dengan Marni. Setiap harinya mereka akan bergantian saling bertandang ke rumah masing-masing dan melewati rumah Sinta, karena memang Rumah mereka hanya terbatasi oleh Rumah Sinta.

Tutik dan suaminya serta  satu putrinya yang berusia 7 tahun sudah dua tahun berada di kampung ini. Konon kabar yang beredar Tutik pindah dari kampungnya yang dulu karena mendapat warisan dari keluarganya dan membeli sebidang tanah di samping rumah Sinta. Ia membangun Rumahnya sangat besar dan tinggi hingga rumah itu terlihat sangat megah dari rumah lainnya, namun satu tahun kemudian Sinta membongkar rumahnya dan membuatnya lebih tinggi dan lebih megah dari rumah Tutik sehingga rumah Tutik tidak terlihat megah lagi karna Rumah Sinta menutupinya.
.
.
.

Suara riuh warga yang saling bersahutan antara membujuk dan menenangkan Sinta sama sekali tidak membuat Sinta bergeming, ia justru menjambak dengan keras rambut Marni sampai kepalanya mendongak keatas. Salah satu tangan Sinta memegang belati sambil mengancam Marni untuk melawannya.

"Apa motif mbak Sinta sampai dia kalap ingin membunuh Marni ?" Tanya Ani berbisik sangat penasaran.

"Saya juga kurang mengerti motifnya apa ? Tapi setau saya Bu Sinta orangnya jarang bersosialisasi dengan tetangga jadi jarang ada masalah dengan warga"
Jawab Siti sambil memperhatikan Sinta.

"Apa kita lapor polisi saja ? "Tanya Ani lagi

"Tadi Bu Rudy sudah lapor pak Rt tapi Pak Rt malah berpesan untuk tidak melaporkan kejadian ini ke polisi."

"Lha , kenapa ?"

"Alasannya tidak ingin nama baik kampung kita jadi sorotan apalagi tercemar nama baiknya"

"Lha kalo Sinta benar-benar nekad membunuh Marni bagaimana ?"

"Pak Rt bilang selama masih bisa di atasi dan tidak terjadi korban jiwa , warga dilarang ada yang melaporkan ke pihak berwajib".

Mata Sinta memerah antara marah dan air mata yang tertahan, sedangkan Marni meringis kesakitan. Beberapa warga juga berupaya membujuk Sinta supaya tidak nekad dan membicarakan setiap masalah dengan kepala dingin. Namun Sinta tak bergeming, dalam pikirannya saat ini , membunuh Marni adalah solusi terbaik untuk melepaskan bencana yang menimpa keluarganya.

"Bu, tolong tenang dulu jangan nekad, apa ibu tidak kasian dengan anak-anak ibu kalau ibu berbuat nekad dan masuk penjara ?" Bujuk Bu Rt menenangkan Sinta.

"Iya bu, lihatlah mereka begitu ketakutan . Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya, mari kita selesaikan baik-baik tanpa ada kekerasan" lanjut Pak Rt

Sinta melirik ke arah Ratih yang dengan tubuh gemetar menatapnya, kemudian bola matanya berpindah kearah Nana yang menangis tersedu-sedu meringkuk di lantai rumah Marni. Perlahan ia mengendorkan cengkeramannya di rambut Marni dan dengan Sigap Pak RT langsung merampas Belati yang ada di genggaman tanggan Sinta.

Beberapa ibu-ibu langsung memisahkan Sinta dengan Marni agar tidak terjadi perkelahian lagi. Ani  tetangga depan rumah Marni langsung membawa Marni masuk kedalam kamarnya supaya tidak memancing emosi Sinta. Sedangkan Bu Rt menyeret Sinta dengan halus untuk kembali ke rumahnya.

Para tetangga yang menonton pun saling berbisik dan bergosip tentang apa permasalah mereka hingga beberapa kali ribut dan membuat Sinta sampai semarah ini, padahal ia baru saja berkabung atas kematian anak sulungnya.

"Ibu-ibu saya pamit duluan ya, permisi" Ucap Tutik setelah melihat Sinta di bawah pulang Pak RT kembali kerumahnya.

Sepeninggalnya Tutik, ibu-ibu pun kembali bergosip. Kali ini yang menjadi bahan gosipan mereka adalah Tutik tetangganya sendiri yang rumahnya bersebelahan dengan rumah Sinta.

"Kalian tahu tidak kenapa Bu Tutik sekarang jarang keluar rumah akhir-akhir ini?" tanya Bu Rudy sedikit mengecilkan suaranya.

"Kenapa?" tanya beberapa ibu-ibu penasaran.

"Ya dia itu stres setelah usahanya hampir bangkrut, mangkanya sebulan belakangan ini Tutik memang nyaris tidak pernah bergaul lagi sama kita" jelas Bu Rudy.

"Iya benar Bu, saya juga jarang ketemu. Tapi bukanya dia akhir-akhir ini sering bergaul dengan Marni" sahut Bu Siti.

"Apa gara-gara ini ya, Sinta sama Marni bersiteru ?" Tanya Risma penasaran.

"Ya bukanlah, pasti ada masalah lain. Mungkin masalah mereka ada sejak Marni jadi pembantunya" jawab Bu Rudy menduga-duga.

"Seingat saya, masalah mereka kemarin karna Marni memfitnah Sinta melakukan pesugihan " jelas bu Siti.

"Eh, sapa tau yang di katakan Marni itu benar, buktinya beberapa waktu ini Sinta kehilangan beberapa anggota keluarganya. Sapa tau kematian mereka di jadikan Tumbal." Ucap Bu Rudy bergidik ngeri .

"Hush, jangan ngawur Bu kalau ngomong, ntar Bu Sinta dengar bisa jadi ibu yang ada di posisi Marni sekarang lho" Sahut Risma.

Disisi lain Pak RT dan Bu RT menginterograsi Sinta dan mencari tau duduk permasalahan mereka. Namun Sinta tidak mau menjelaskan karna ia merasa itu akan percuma. Masalahnya dengan Marni berhubungan dengan hal ghaib yang tak kasat mata dan sangat sulit diterima oleh logika orang-orang awam yang tidak mempercayai hal-hal klenik.

"Sebenarnya ada apa toh bu ? Coba ibu cerita, mungkin kita bisa bantu mencari solusi" Tanya Pak RT menyelidik

"Maaf Pak, saya khilaf" jawab Sinta singkat

"Kalau ibu tidak mau cerita, bagaimana saya bisa bantu menyelesaikan permasalahan Ibu Sinta dengan Marni"

"Maaf Pak saya tidak bisa menjelaskan dan saya janji tidak akan mengulanginya lagi"jawab Sinta lirih namun terdapat ketegasan dalam intonasinya

"Ya sudah kalau ibu tidak mau cerita saya harap kejadian seperti ini tidak akan terulang lagi "

"Iya pak"

"Saya juga turut berduka cita atas kepergian Adi, semoga amal ibadahnya di terima disisinya dan ibu di berikan ketabahan karna bagaimanapun juga semua yang ada di dunia ini adalah kehendak Tuhan"

'Jika itu memang adalah kehendak Tuhan mengkin ia akan sedikit bisa menerima kenyataan kepergian satu persatu keluarganya, namun ini adalah kehendak seorang manusia yang bersekutu dengan setan untuk menghabisi seluruh keluarganya'
Ucap Sinta dalam hati

Bersambung....

Santet Pring SedapurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang