Melawan buaya

1.3K 68 8
                                    

Menangis rasanya sudah tidak ada gunanya lagi untuk saat ini, sosok itu tidak mungkin akan berempati pada dirinya sekalipun dia menumpahkan seluruh air matanya , karena tujuan sosok itu  memang menakutinya untuk mengagalkannya dalam menancapkan Pring kuning . Nina menghapus air matanya dengan kasar, meskipun suara isakannya masih belum ternetralkan. Ia sudah tidak lagi memperdulikan ponselnya yang jatuh entah kemana setelah pandanganya samar-samar bisa melihat dimana lubang buaya itu berada.

Gadis yang baru lulus SMA itu berlari menuju ke arah lubang buaya sambil mengenggam erat bambu kuning di tangan kanannya. Namun baru beberapa langkah, ia kembali di kejutkan oleh pergerakan salah satu buaya yang dengan keras membenturkan tubuhnya berulang ulang kali ke besi pembatas kolam. Penyekat yang memisahkan kolam yang kosong dan yang terisi buaya itupun cebol.

Deg...!

Hati Nina seakan berhenti berdetak ketika ia menoleh sudah ada satu ekor buaya yang ukurannya cukup besar berhasil merayap memasuki kolam kosong tempatnya berada.

Hihihihi....hihihihi....!

Suara wanita cekikikan kembali terdengar, suara itu sama persis dengan suara yang tadi ia dengar sebelum memasuki penangkaran buaya. Pandangannya beralih ke sosok wanita menyeramkan sebelumnya. Wanita seram itu masih saja tetap diam mematung sambil terus mengawasi pergerakannya. Sosok itu memang sedari tadi terus diam dan tidak bicara namun terus mengawasi pergerakannya. Nina merasa sosok tidak terlalu membahayakan ,namun penampakan seramnya benar-benar membuat Nina mati ketakutan. Nana melihat Mulut serta anggota tubuh lain sosok itu tidak bergerak sama sakali. Lalu siapa yang menertawakannya ? Pikir Nina dalam hati.

Hihihihi....hihihihi....

Suara tawa itu kembali mengema di telingga Nina. Kembali Nina menatap buaya yang ada di belakangnya sekilas. Buaya itu diam tak bergeming menatapnya, tapi seakan sudah bersiap menerkamnya. Tubuh Nina diam tak bergerak, ia merasa kaku di sekujur tubuhnya. Peluh keringat mulai keluar dari seluruh pori-porinya. Air matanya menetes begitu saja. Perasaan takut, kalut serta kewajiban untuk menjalankan amanat Ratih berkecamuk di otaknya.

Hihihihi....hihihihi...

Suara tawa itu semakin nyaring terdengar. Nina kembali mengedarkan pandangannya , kali ini pandangannya menangkap sosok yang terus menertawakannya. Rupanya suara itu berasal dari suara sosok kuntilanak yang tadi berada di mobilnya. Kuntilanak itu duduk di tepi kolam mengayun ayunkan kakinya kedalam kolam sambil tertawa cekikikan.

Tubuh Nina bergetar, bahkan kakinya  terasa lemas. Nina terduduk lemas dengan air mata yang mengucur deras, ia benar-benar merasa sangat ketakutan. Rasanya sudah tidak ada tempat lagi untuk melarikan diri, ia seperti terjebak ke dalam dasar kolam ini. Nina meremas Pring kuning yang ada dalam genggamannya. Perlahan ia menganggat kepalanya menatap lurus kedepan, dimana lubang buaya itu berada. Waktunya sudah tidak banyak lagi, dua harus secepatnya menancapkan pring kuning kedalam lubang buaya.

"Aku harus segera menyelesaikannya" gumam Nina.

Ia menghitung dalam hati untuk bersiap berlari menuju ke arah lubang buaya dan segera menancapkan Pring kuning itu kedalam lubang. Ia pun segera mengatur posisi jongkok seperti pada saat ia mengikuti perlombaan lari maraton yang pernah ia ikuti sebelumnya supaya bisa berlari secepat mungkin.

"Satuuu....dua...tiii....gaaa..."

Nina berlari sekuat tenaga untuk mencapai lubang buaya. Namun seiring dengan pergerakan Nina, buaya itupun ikut bergerak dan mengejarnya dengan cepat. Nina sudah tidak lagi memperdulikan buaya yang mengejarnya , meskipun tidak dapat di pungkiri bahwa dia benar-benar ketakutan tapi apa yang ia lakukan saat ini adalah demi keluarga.

Jika nyawanya bisa menyelamatkan sisa keluarganya,maka ia rela mati untuk itu. Lagipula sudah tidak ada harapan lagi untuk menyerah, saat ini ia sudah benar-benar di kepung. Di sebelah kanannya ada Sosok wanita mengerikan, di sebelah kirinya ada kuntilanak yang tak henti-hentinya tertawa. Lalu di belakangnya ada seekor buaya yang siap untuk menyerangnya.

Gadis yang baru lulus SMA itu terus berlari, meskipun beberapa kali ia terpeleset karena keadaan dasar kolam yang memang licin dan becek.  Hanya kurang beberapa langkah lagi untuk mengapai lubang buaya dan menancapkan Pring kuning, tiba-tiba sosok pocong melesat terbang tepat dihadapannya.

"Aaaaaaaa.....!!!" Nina berteriak dengan hebat ketika pocong itu melotot menatapnya.

Jarak diantara keduanya hanya beberapa centi saja . Memperlihatkan dengan jelas bentuk pocong itu. Wajah pocong itu berlendir, berwarna kehitaman serta mengeluarkan aroma yang benar-benar busuk. Di kedua lubang hidung pocong itu masih terdapat kapas, kedua matanya hampir terlepas, sama seperti sosok perempuan yang pertama kali ia temui di dasar kolam ini.  Dia adalah sosok pocong yang tadi ada di belakang mobilnya.
Pocong itu mendekatkan wajahnya sambil menyeringai.

"Aaaaaa....!!" Nina berteriak histeris sambil mengayunkan pring kuning itu kearah pocong itu. Dan seketika pocong itu menghilang.

Nina sedikit bernafas lega, namun sayangnya ia di kejutkan dengan sabetan ekor buaya yang sudah mendekatinya.

"Aaarrrghh...!" Nina mengeram kesakitan, ia terpental jatuh terkena sabetan ekor buaya. Untungnya Pring kuning tidak terlepas dari genggamnya meskipun ia jatuh terpental beberapa meter. Sekuat tenaga Nina mencoba bangkit sambil menahan sakit ia merangkak menuju arah lobang buaya berada.

Hihihihi....hihihihi....

Kuntilanak yang menontonnya di atas kolam semakin tertawa kencang sambil terus mengoyang-goyangkan kakinya.

Buaya itu merayap cepat mendekati tubuh Nina yang mencoba bangkit. Segera Nina meloncat cepat ke arah lubang buaya. Hampir saja ia berhasil menancapkan pring kuning itu kedalam lubang, sebuah cengkraman mendarat di perut kirinya.

"Aaarrrrgghh....!!" Nina menjerit kesakitan.

Buaya itu menyeret tubuh Nina sedikit mundur dengan taring-taring tajamnya.

"Aaaarrrrghhh...!!" Teriak Nina sambil berusaha melawan buaya itu dengan memukul-mukulkan pring kuning itu ke tubuh buaya. Namun sayangnya kulit buaya itu terlalu tebal hingga pring kuning itu tak cukup kuat melukai buaya itu.

Hihihihi....hihihihi....

Lagi- lagi kuntilanak itu menertawakannya, namun Nina sudah tidak peduli lagi. Sekuat tenaga ia meronta, menendang serta memukul buaya itu untuk melepaskan gigitan di perutnya. Namun buaya itu malah mengoyang goyangkan kepalanya, membuat tubuh Nina terombang ambing di mulut buaya , seakan buaya itu ingin mencabik cabik tubuh Nina dan menjadikan santapan malamnya.

Pada saat dia sudah benar-benar putus asa, sebuah keris yang berada di saku bajunya terjatuh. Nina mencoba meraih keris itu di tengah tubuhnya yang hampir terkoyak gigitan buaya.

"Hiiiaaaaaa.....!!" Nina berteriak ketika ia berhasil meraih keris kecil yang hanya berukuran sekitar 10 atau 15 cm tersebut. Nina menusukkan keris itu ke mata buaya hingga membuat buaya itu mengeram kesakitan dan melepaskan gigitannya. Nina memegangi perutnya yang berlumuran darah. Dadanya naik turun karena nafasnya kembang kempis.

Nina melihat buaya yang bergerak tak beraturan karena kesakitan. Dengan sisa tenaga yang masih ia miliki, Nina berusaha kembali meloncati punggung buaya, meski beberapa kali tubuh Nina terkena sabetan ekor buaya , tapi dengan keras ia memeluk tubuh buaya tanpa memperdulikan lagi rasa sakitnya . Ia menusuk nusukkan keris kecil  ketubuh buaya hingga buaya itu meronta dan mengibas kibaskan ekornya tak berarah sampai akhirnya mengenai tubuh Nina hingga membuatnya kembali terpental.

Nina meremas perutnya yang sakit,darah segar mengucur keluar dari dalam perutnya yang terkoyak. Padangan matanya mulai nanar, namun ia mencoba untuk tetap bertahan. Sambil berjalan tertatih memegangi isi perutnya yang hampir keluar, Nina mengambil Pring kuning yang sempat terjatuh lalu berjalan menuju lubang buaya.

Bersambung....














Santet Pring SedapurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang