Mencari Seorang Guru

1.4K 72 2
                                    

Sesaat setelah itu, Sinta menghubungi Paklik Leman. Ia takut akan terhadi hal buruk lagi dengan munculnya makhluk mengerikan itu. Ia pun menceritakan semua kejadian yang barusan ia alami dan kejadian kemarin saat dirinya mengila dan menghajar Marni.

Dalam obrolannya di telpon Paklik Leman mengingatkan Sinta untuk lebih berhati-hati lagi. Pasalnya pihak pengirim santet tidak akan diam atas tindakan Sinta tempo hari yang tiba-tiba menyerang Marni. Namun Sinta tidak perlu terlalu khawatir karna kemarin Paklik Leman sempat bertarung dengan makhluk kiriman Santet dan membuat beberapa luka di bagian tubuhnya.

Hanya saja saat ini Paklik Leman juga mengalami luka spritual akibat bertarung dengan Makhluk itu, dan butuh waktu cukup lama untuk memulihkannya.

Paklik Leman menyarankan Sinta untuk membuat pagar ghaib di rumahnya untuk berjaga-jaga agar keluarganya sedikit terlindungi jika ada yang mengirimkan serangan ghaib.

Ia juga berpesan agar Ratih segera di latih untuk melakukan ritual demi membebaskan keluarganya dari Santet Pring Sedapur, karena bagaimanapun juga Santet ini tidak akan pernah terputus sampai seluruh anggota keluarga Sinta habis.

Satu-satunya jalan untuk membebaskannya dari Santet Pring Sedapur adalah salah satu anggota keluarga yang bersangkutan melakukan ritual dan menancapkan ujung Pring (bambu) kuning di atas/depan sarang buaya.

Di karenakan pertarungannya dengan makhluk kiriman santet itu membuat luka spiritual yang  cukup lumayan , Paklik Leman tidak bisa membantu Sinta dalam waktu dekat ini. Karena Paklik Leman harus semedi dan melakukan ritual tertutup untuk memulihkan kondisinya. Ia menyarankan Sinta untuk segera mencarikan Ratih seorang guru dan segera melakukan pemagaran ghaib di rumahnya.

Usai menerima kabar dari Paklik Leman, Sinta berjalan tergopoh-gopoh menemui Ratih.

"Rat, apakah kamu sudah siap melakukan Ritual membukan jalur spiritual kamu dan membebaskan keluarga kita dari Santet ?" Tanya Sinta cemas.

"Iya bu, demi keluarga kita. Ratih akan melakukan apapun demi membebaskan keluarga kita dari Santet Pring Sedapur" jawab Ratih mantap.

"Baguslah kalau begitu"ucap Sinta dengan senyum yang bercampur kecemasan.

"Lalu apa yang harus Ratih lakukan ? Siapa yang akan membimbing Ratih ?"

"Hmm ,saat ini Paklik Leman sedang bertapa untuk memulihkan kondisinya akibat berperang dengan Makhluk kiriman Santet itu" Sinta mengerutkan keningnya sejenak berfikir.

"Lalu bagaimana ?"

"Untuk sementara ini mungkin kamu akan ibu titipkan ke Mbah Yono"

"Hah ! Mbah Yono yang rumahnya di ujung gang itu kah ? "

"Iya , kamu belajar membuka jalur spiritual kamu aja dulu sampe menemukan guru yang tepat"

"Seharusnya kita mencari pria musafir itu saja, Ratih lebih yakin padanya"

"Masalahnya kita harus cari kemana ? Bahkan Pria musafir itu sendiri tidak bisa menentukan langkahnya sendiri karna langkahnya di tuntun oleh gurunya"

Ratih merenung sejenak, ia ragu dengan kemampuan Mbah Yono, sekalipun mbah Yono juga memiliki beberapa murid yang hampir tiap malam bertandang kerumahnya. Tapi Ratih tidak memiliki keyakinan bahwa Mbah Yono mampu membimbingnya membuka jalur spritualnya. Hanya saja saat ini dia tidak mempunyai pilihan lain.

Dengan pasrah Ratih mengangguk mengikuti saran ibunya. Bagaimanapun juga ini adalah pertama kali dalam hidupnya berjalan memasuki dunia supranatural yang mana sebelumnya tidak ia ketahui, apalagi dia juga akan bergelut dengan hal-hal ghaib.

Mungkin jalan kedepan akan jauh lebih sulit tapi demi menyelamatkan keluarganya ia rela melakukan apa saja, sekalipun nyawanya sendiri sebagai taruhannya.
.
.
.
.
.

Keesokan harinya dengan malasnya Ratih terpaksa harus menemui Pak Yono ke rumahnya. Ia berjalan beriringan dengan Sinta. Beberapa kali Sinta mengetuk pintu namun belum juga ada tanggapan dari orang di dalam.

Karena kesal, maka Ratih berinisiatif menekan gagang Pintu untuk membuka pintunya tanpa izin. Dan kebetulan pintunya tidak dikunci.

Rupanya Pak Yono sedang tertidur pulas di depan televisi yang sedang menyala. Tadinya Ratih berniat mengajak Ibunya untuk kembali pulang saja, namun Sinta menolak dan pelan-pelan membangunkan orang yang sedang  tidur itu.

"Assalamuallaikum pak, kulo nuwon"

"Assalamuallaikum pak !"

"Permisi,Pak yono...!" ucap Sinta mulai sedikit meninggikan suaranya ketika beberapa kali panggilannya tidak direspon si pemilik rumah.

"Assalamuallaikum pak, kulo nuwon!"
teriak Sinta dengan sebagian tubuhnya masuk kedalam rumah supaya suaranya lebih di dengar Pak Yono yang tengah tertidur.

Setelah beberapa kali berteriak , Pak Yono membuka matanya dan terperanjat dari tempat tidurnya. Ia menatap orang yang membangunkannya lalu perlahan bangkit dari tempatnya.

"Wa'allaikum salam, mari silahkan masuk" jawab Pak Yono sambil membetulkan kain sarungnya.

Ratih melirik sekitaran rumah Pak Yono. la terkejut saat melihat banyak keris tergantung di salah satu dinding ruang tamunya. Ada juga kulit kambing yang di ukir gambar wayang tertempel di tembok . Di sisi lain temboknya terdapat sebuah hiasan tengkorak kepala rusa dan di sisi lainya terdapat sebuah tasbih raksasa tergantung di dindingnya.

Ruangan itu Benar-benar menimbulkan suasana suram dengan banyaknya benda-benda aneh. Apalagi ventilasi rumah Pak Yono kurang memadai hingga menjadikan ruang tamu itu terlihat sedikit gelap meskipun langit masih tercerahkan matahari.

Tanpa basa basi lagi,Sinta pun segera menyampaikan niatnya datang ke rumah Pak Yono.

"Maaf Pak menganggu waktu istrirahatnya, niat saya kemari yaitu ingin menitipkan anak saya Ratih untuk di bimbing mempelajari ilmu spiritual "

"Wah, bagus itu ! Saya lihat memang sepertinya Ratih punya bakat. Nanti malam datang saja kesini biar saya kenalkan dengan murid-murid saya yang lain" jawab Pak Yono antusias.

"Nanti malam jam berapa ya ?"

"Biasanya sih, murid-murid saya datang kesini habis isya"

"Baik, kalau begitu nanti malam biar Ratih ke sini lagi"

"Lha kenapa kok tiba-tiba ingin belajar membuka jalur spiritual ?"

"Namanya juga anak muda jadi tingkat keingintahuannya tentang dunia lain masih tinggi"

"Oalah, ya sudah nanti malam gabung kesini saja"

"Baik pak, kalau begitu kita pamit dulu"

Setelah memberi salam kepada Pak Yono, Sinta dan Ratihpun kembali pulang. Dalam perjalanan menuju Rumahnya Ratih sedikit berbincang dengan ibunya.

"Ibu yakin Pak Yono bisa membantu membuka jalur spiritual Ratih ?"

"Yakin gak yakin, tapi Pak Yono juga punya murid gitu"

"Hmm, takutnya Pak Yono penganut ilmu hitam,Ratih takut kalau belajar sama dia malah salah jalan. Rumahnya serem gitu, kayak rumah dukun"

"Di coba dulu saja, nanti sambil jalan kita cari guru yang tepat buat kamu"

Saat mereka berjalan hampir mendekati rumah, tiba-tiba hujan turun dengan lebat. Sinta dan Ratih segera berlari agar cepat sampai fi rumah dan berteduh dari derasnya air hujam. Namun ketika melewati rumah Tutik ,seketika ekor mata Sinta tertuju pada sudut rumah Tutik.

Ketika ia menoleh dan memperjelas pandangannya, ia bergidik melihat seorang wanita menyeramkan yang sedang tersenyum dengan mulut sobek berlumuran darah yang seolah-olah ingin menerkam dirinya.


# BERSAMBUNG

Santet Pring SedapurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang