Penampakan

3.7K 149 0
                                    

Ratih berbaring di tempat tidur, ia tidur sendirian di lantai atas dan entah kenapa kesendirian ini membuatnya malam ini merasa resah.

Malam ini sama seperti malam malam sebelumnya sunyi dan senyap, tidak ada orang lain yang akan berlalu lalang di lantai atas seperti di lantai bawah yang di tempati kedua orang tuanya dan adik-adiknya.

Ia memang terbiasa tidur larut malam bahkan menjelang pagi. Di antara seluruh penghuni rumah ini yang memiliki keberanian tinggal di lantai atas hanyalah Ratih,
Entahlah mereka semua memiliki ketakutan yang tak berwujud tersendiri.

Ratih adalah tipe wanita yang sangat menyukai ketenangan, oleh sebab itu dia memilih menempati kamar di lantai atas sendirian.

Dan lagi lagi, Ratih tidak bisa menemukan posisi yang nyaman untuk tidur, entah kenapa Ratih merasa ada sesuatu yang salah malam ini. Ia mencoba memejamkan mata, tapi tidak ada perbedaan, kamarnya sangat gelap dan butuh beberapa waktu agar matanya bisa beradaptasi dengan gelap. Maklum lampu kamar sudah ia matikan dengan harapan ia bisa cepat terlelap.

Ratih berbaring di ranjang, ia mulai merasa tenang dan nyaman. Hanya tinggal menunggu dirinya benar benar pulas, sampai keheningan malam itu di pecahkan oleh sebuah ketukan di jendela.

'Toook...took...Toook...!'

Sontak , Ratih sedikit membuka matanya kemudian terpejam lagi.
dan berpikir siapa yang ingin membangunkan orang tengah malam begini? kalaupun dia pencuri.. tidak mungkin dia membangunkannya terlebih dahulu, pasti dia akan masuk diam diam.. jadi, kenapa mengetuk?

"Pasti bukan monster atau hantu...?" Ratih berusaha menenangkan dirinya sendiri dan berusaha berpikir tenang. Ratih kemudian berbalik sehingga ia  tidak menatap jendela lagi dan berusaha untuk tidak takut . Meskipun dia masih memikirkan suara ketukan itu.

"Apa itu anak anak jahil yang senang mempermainkan orang orang saat tertidur sendirian dirumahnya?
ya mungkin saja " pikirnya lagi.

Ketika Pikirannya sudah mulai tenang , suara ketukan itu kembali terdengar lagi

'Toookkk...Tooookkk...!'

"Dasar anak anak kurang ajar.. apa mereka akan terus mengetuk sampai aku geram dan menghampiri mereka keluar?" Umpatnya mulai kesal.

"Atau mungkin yang mengetuk adalah seorang gila yang berusaha memancingku keluar untuk menyakitiku? tidak.. jangan berpikir seperti itu" Pikiran Ratih mulai berkecamuk tak menentu.

"Lagipula, aku di dalam dan dia di luar, tidak mungkin bisa menyakitiku. Aku hanya perlu kembali memejamkan mata" Pikirnya lagi dan berharap anak anak nakal itu lelah dan meninggalkannya .

'Toookk....Tooookkkkk...!'

"Tidak...! ini bukan kerjaan anak anak, kalau ini kerjaan anak anak.. mereka pasti sudah bosan dari tadi dan sudah pergi meninggalkan ku , apakah itu seorang pembunuh berantai? kalau iya.. kenapa dia menargetkan ku? atau mungkin hantu? tidak.. hantu itu tidak ada" Ratih mulai risau dengan suara ketukan itu.

"Mungkin aku hanya terlalu lelah sampai berimajinasi seperti ini? ah, aku hanya perlu berpurapura tidur sampai apapun itu pergi "Pikirnya mencoba menenangkan dirinya sendiri, meskipun tidak dapat di pungkiri kalau ia sudah mulai merasa takut .

'Toookk....Toookkk...!'

"Astaga !! demi tuhan! aku semakin membenci suara ketukan itu, apapun itu.. ku mohon tinggalkan aku sendiri.."
"Tiidak..! apapun itu tidak akan bisa masuk kesini.. dia diluar , aku di dalam.. selama aku tidak keluar.. aku aman" Ratih masih mencoba menenangkan dirinya meskipun dalam hatinya dia ingin meloncat dan lari keluar kamar menemui keluarganya di lantai bawah

"Atau mungkin jangan-jangan ini hanya kerjaan adiknya ?" pikirnya menerka-nerka.

'Awas saja kalau sampai benar itu adiknya ia kan benar-benar bikin perhitungan'.

Berulang kali Ratih katakan itu pada dirinya sendiri.
Lalu kembali berpura pura tidur dan berusaha tidak bergerak sedikitpun.

'Tooookk....Tooookkk...!'

Ratih sudah tidak tahan lagi dengan suara ketukan itu, ia harus memeriksa ada apa sebenarnya, siapa orang yang sudah usil mengerjainya.

Ratihpun perlahan berbalik melihat ke arah jendela.

Ia terlalu takut akan apa yang ia lihat. Apapun itu, benar-benar membuatnya ketakutan setengah mati.

Sebuah wajah berkulit pucat dengan matanya yang hitam memancarkan kengerian yang luar biasa.

Rambutnya tergerai panjang sampai ke lantai dengan pola yang awut-awutan.

Dan di sudut bibirnya mengalir sebuah darah segar yang seakan-akan ia baru saja makan daging mentah .

Jemari tangannya di hiasi kuku hitam panjang dan runcing, yang saking panjangnya sampai menjuntai kebawah.

Saking terlalu takutnya, ia tak mampu untuk teriak ataupun bergerak.

Sosok itu menyeringai ke arah Ratih yang terdiam terpaku karena takut.

Dan...Bagian terburuknya, suara ketukan itu bukan berasal dari luar, tapi.. suara ketukan itu berasal dari dalam kamarnya .

Ratih sekuat tenaga berusaha mengkondisikan dirinya dengan membaca ayat-ayat atau surat-surat pendek yang masih mampu ia ingat hingga sosok itupun menghilang entah kemana.

Tubuhnya mulai berkeringat dan gemetaran, tapi ia masih belum bisa mengerakkan tubuhnya.

Beberapa detik setelah sosok menyeramkan itu menghilang, Ratih baru bisa mengerakkan tubuhnya dan segera mencari daun pintu kamarnya.

Begitu pintu terbuka Ratih langsung berlari  turun kebawah menuju kamar orang tuanya.

Ratih menggedor-gedor pintu kamar ibunya dengan keras, Sampai pintu kamar itu terbuka.

Ibu Ratih kaget melihat Ratih yang datang kekamarnya tengah malam dengan muka pucat pasi.

Ratih segera menceritakan apa yang baru saja ia alami pada ibunya dengan terbata-bata karena rasa takutnya masih belum hilang sepenuhnya.

"Mungkin kamu cuma bermimpi" jawab ibunya menenangkan.

"Gak mungkin itu mimpi bu, itu nyata banget dan aku bisa melihatnya dengan jelas " sangkal Ratih.

"Ya sudah kamu tidur di kamar ibu saja dulu dan jangan ceritakan kejadian yang baru kamu alami pada saudara-saudaramu" pesan Nala pada Ratih .

Ratih hanya mengangguk sembari mengatur posisi untuk tidur di ranjang ibunya.

Sinta menatap Ratih sejenak yang sudah membalut seluruh bagian tubuhnya dengan selimut .
Ia tercenung dan bergelayut dalam pikirannya yang semakin merasa cemas dengan segala keadaan yang dialami Suami dan anak-anaknya

Akhir-akhir ini  kerap kali ia merasa ada janggal di rumahnya. Ia merasa Seperti banyak orang berlalu lalang di rumahnya meskipun kadang hanya ada beberapa orang yang di rumah.

Dan bahkan beberapa kali Nina juga bercerita kalau sering kali mendengar suara langkah kaki seseorang yang naik turun tangga di balik kamarnya.

Untungnya Nina selalu berfikir bahwa itu Ratih yang naik turun tangga , entah mencari apa? hingga suara langkah kakinya begitu nyaring terdengar di telinganya dan membuatnya sulit tidur.

Varo juga akhir-akhir ini sering kali terjaga dan menangis tengah malam tanpa sebab yang jelas. Tangisanya seperti takut pada sesuatu, karna setiap Varo menangis matanya selalu melihat keatas seperti tengah melihat sesuatu yang menakutkan hingga tanggisanya sulit sekali di tenangkan.
Sampai-sampai Nenek dan ibunya di buat kalut oleh tangisanya.

Santet Pring SedapurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang