Misteri Gagang pintu

2.3K 104 3
                                    

Sinta merangkul tubuh suaminya yang memberontak kesakitan, air matanya menetes deras tak tahan melihat kondisi suaminya yang kian memburuk.

"Pak sabar pak...sebentar lagi Adi pulang bawa obat buat Bapak.. hick...hiiick..."

Aaaaarrrg......!!

Pak Sholeh terus mengerang kesakitan berupaya mengerak-gerakkan tubuhnya karna rasa sakit yang teramat.

Suara erangan itu begitu keras hingga membuat Adi yang celingukan mencari kedua orang tuanya di belakang langsung berlari kedepan menuju asal suara tersebut.

"Bu, Bapak kenapa ?" Tanya Adi panik

"Mana Pak Widji ? Bukankah ibu menyuruh kamu membawa Pak Widji kesini ?"
Teriak Sinta dengan derai air mata tanpa menjawab pertanyaan Adi.

Adi menatap Bapaknya pilu, lalu mengalihkan pandangannya pada ibunya sambil berkata lirih

"Pak Widji meninggal "

Mendengar jawaban anaknya , Sinta langsung lemas. Ia melepas pelukannya ,tubuhnya terdoyong lemas sampai jatuh terduduk di lantai .
Tatapan matanya kosong dengan air mata yang mengalir deras.

Sedangkan Adi tak mampu berbuat banyak, ia merangkul ibunya dengan menahan air matanya. Bagaimanapun juga dia adalah anak laki-laki satu-satunya di keluarga ini, ia tak boleh lemah. Mau sehancur apapun hatinya dia harus tetap terlihat tegar agar adik-adiknya tidak ikut rapuh bersama orang tuanya.

"Sekarang apa yang harus kita lakukan hick...hick..."
Ucap Sinta tak berdaya

Adi mengelengkan kepalanya karna baru kali ini di sepanjang hidupnya mengalami hal semacam ini, menyaksikan orang tuanya terpuruk dalam kesakitan yang tak dapat di nalar oleh pikiran.

Seorang ayah yang biasa terlihat kuat , tegar dan gagah , yang pantang menyerah dalam menghadapi berbagai kondisi kini tak berdaya oleh sakit yang mungkin teramat sakit ia rasakan hingga membuatnya berteriak begitu hebatnya.

Aaaaaarrrrggghhh......Saaaakkiiiiitt....!!!

Teriakan Pak Sholeh kembali memecah kebisuan mereka, Sinta berupaya melakukan berbagai cara agar rasa sakit suaminya sedikit mereda seperti kembali membasuh tangan suaminya dengan sisa daun kelor, menaburinya dengan garam bahkan membacakan ayat-ayat suci tapi usahanya sia-sia . Justru teriakan Pak Sholeh semakin keras.

Saking sakitnya Pak Sholeh sampai menguling gulingkan tubuhnya dan menendang-nendang bantalan kursi, tubuhnya bahkan hampir terjatuh beberapa kali dari kursi andai saja Adi tidak menahannya.

Ssaaaakiiiiiiitt....!!!

Sudah hampir 4 jam Pak Sholeh meronta-ronta kesakitan sampai akhirnya Sinta teringat dengan salah satu kerabatnya yang punya kenalan orang pintar. Tanpa pikir panjang Sinta langsung menghubungi kerabatnya dan langsung di sambungkan ke orang pintar kenalannya.

Dari percakapan itu Sinta di minta mengambil segelas air putih lalu di pandu merapalkan doa, setelah itu air putih itu diminumkan ke Suaminya setengahnya lalu sebagian untuk membasuh seluruh bagian tubuh Pak Sholeh. Barulah setelah itu Pak Sholeh mulai tenang dan tertidur.
Sinta dan Adi lalu mengangkat Bapaknya ke dalam kamar supaya Pak Sholeh bisa beristirahat lebih nyaman.

Hari ini Mereka berdua sepakat malam ini bergantian menjaga Pak Sholeh karna biasanya setiap jam 12 malam dan jam 6 sore sakit yang di derita Pak Sholeh selalu kambuh. Terlebih hari ini adalah malam jumat, malam yang di percaya orang jawa sebagai malam yang sakral untuk mahluk halus. Mereka takut akan terjadi hal-hal yang tidak di inginkan terkait sakit Pak Sholeh adalah sakit buatan.

Malam ini terasa sangat kelam, Adi menatap ibunya yang tengah tertidur di samping Bapaknya lalu melihat kearah gagang pintu yang bergoyang. Tak lama kemudian Ratih muncul dari balik pintu mendekati Adi dengan membawa secangkir kopi luwak. Ia menepuk pundak kakaknya lalu menyodorkan kopi untuknya.

Adi menerimanya dan langsung menyeruput kopi pemberian Ratih. Sebenarnya inilah yang dari tadi ia tunggu, biasanya ada istrinya yang selalu menyiapkan kopi untuknya tapi kali ini istrinya tidak ikut datang ke rumah orang tuanya karna tadi siang dia terburu-buru setelah di telpon ibunya untuk menjemput Pak widji.
.
.
.

Disisi lain Nana yang tidur di kamar paling depan mendengar suara ketukan pintu, ia yang tengah tertidur bersama anaknya pun terbangun. Ia menoleh,

"Apa itu kak Ratih ?"

Diapun beranjak dan bergegas membukakan pintu, tapi anehnya tidak ada siapapun diluar. Nana menelan ludah, bulu kuduknya perlahan lahan berdiri. Nana kembali menutup pintu dengan perlahan, berusaha terlihat tenang lalu kembali masuk kedalam kamarnya, ia duduk diatas kasur mengatur detak jantungnya yang mulai tak beraturan.

Kemudian ia mengambil handphone yang ada di samping anaknya. Dilihatnya jam di layar handphone sudah menunjukkan pukul 12 lewat 5 menit. Kakaknya pasti sudah pulang dari jam 10 tadi.

"Lalu siapa yang mengetuk pintu ? Apakah kak Adi ?"

Belum juga dia menenangkan hatinya tiba-tiba gagang pintu kamarnya bergerak sendiri seakan ada yang menekannya dari luar. Lama kelamaan gagang pintu itu bergerak semakin cepat ,seperti memaksanya untuk membukakan pintu. Nana gemetaran dan mulai menjatuhkan handphone yang ia pegang.

"Ya allah, ku mohon selamatkan aku" katanya sambil memejamkan mata.

Ia pun membacakan ayat kursi beberapa kali dan akhirnya gagang pintu yang bergerak itu mulai berhenti. Setelah ditunggu beberapa saat tak ada pergerakan ia pun bergegas mengangkat Varo yang tengah tertidur.
Ia berjalan perlahan dengan hati yang berdebar debar mendekati pintu kamarnya kemudian membuka pintu kamarnya.

Sama halnya seperti tadi, tidak ada siapapun diluar. Seketika itu sambil mengendong Varo, Nana langsung berlari keluar menuju kamar orang tuanya di belakang.

"Ada apa sih ? "
tanya Adi dan Ratih hampir bersamaan.

"Kak, ada yang ngetuk2 pintu dan mainin gagang pintu kamarku "
Ucap Nana dengan nafas yang tak beraturan.

Adi dan Ratih langsung melonggo mendengar ucapan Nana, merekapun saling menatap dengan perasaan takut.

"Kak, aku takut..."
Ucap Nana gemetaran

"Perasaan kamu aja kali "
Adi mencoba menampis cerita Nana

"Engak kak, beneran ada yang ketuk-ketuk pintu , aku kira itu tadi kak Ratih yang pulang kerja tapi pas aku buka gak ada siapa-siapa. Terus aku masuk ke kamar gak lama kemudian ada yang mainin gagang pintu kamarku seakan berusaha mau masuk "
Nana meyakinkan kedua saudaranya bahwa apa yang di alaminya itu nyata.

"Mungkin Nina ngerjain kamu kali"

Kali ini Ratih yang mencoba menampis cerita Nana meskipun sebenarnya dia percaya karna beberapa kali dia juga mengalami hal mistis  bahkan pernah juga melihat penampakannya.
Belum lagi semenjak ayahnya sakit ia kerap kali mengalami mimpi buruk yang benar-benar seolah nyata.

"Gak mungkin Kak, aku tau Nina di jam segini pasti udah pules tidur. Kalau gak percaya coba cek aja di kamarnya "
Sangkal Nana

"Cek sono kak biar Nana lega sapa tau ada maling atau emang Nina yang usil "
Ratih mendorong Adi untuk beranjak dari tempatnya.

"Gak mau ah, kamu aja sana yang cek aku mau disini aja jagain Bapak"
Tolak Adi mengembalikan posisi tubuhnya setelah di dorong Ratih.

Sebenarnya Adi juga merasa takut, hanya saja dia gengsi mengatakan ketakutanya karna sebagai seorang kakak dan laki-laki kedua di rumah ini setelah ayahnya harusnya dia lebih berani ,tapi emang dasarnya sifat Adi itu memang penakut dari dulunya. Apalagi setelah Bapaknya mengalami sakit yang tak wajar  ketakutan Adi malah semakin bertambah saja. Padahal dia belum mengalami hal aneh apapun seperti yang di alami adik-adiknya.
Mungkin karna beda rumah mangkanya Adi terbebas dari gangguan gaib.

Santet Pring SedapurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang