Kedasyatan Santet Pring Sedapur

2.3K 121 4
                                    

Suara rintihan Pak Sholeh tiba-tiba membangunkan lamunan Sinta. Dengan mata nanar ia menatap Suaminya yang hampir tak berdaya dengan rasa sakitnya. Kemudian pandanganya beralih pada Pria yang berdiri di sampinganya sambil memegangi pangkal tongkatnya yg berukiran kepala singa mengunakan kedua tangannya.

Pria itu berjalan mendekati Pak Sholeh yang mulai merintih kesakitan. Perlahan ia mengangkat tongkatnya, menutup kedua matanya lalu meletakkan ujung tongkatnya ke arah luka Pak Sholeh.

Tongkat itu tiba-tiba bergetar, Pria itu mulai merapalkan sebuah doa berbahasa jawa kuno yang sama sekali tidak bisa dimengerti ataupun dipahami oleh mereka yang ada di situ.

Semakin keras dan cepat Pria itu membaca doa maka semakin cepat pula getaran tongkatnya sampai membuat pria itu kuwalahan memegangi tongkatnya yang getaranya semakin kencang.

Adi tertegun melihat fenomena aneh yang baru pertama kali dia lihat. Sampai tanpa sadar Rokok yang tadinya dia hisap terjatuh dan mengenai celananya yang membuat ia sedikit berjingkrak menghalau bara rokoknya yang hampir mebakar kain celananya .

Ratih mencubit Adi untuk tenang, Adi pun langsung membuang rokoknya dan kembali fokus memperhatikan Pria itu yang sepertinya sedang berperang melawan gerakan tongkatnya yang semakin tak terkontrol membuat tubuh Pria itu ikut bergetar.

Sedangkan Pak Sholeh terlihat pasrah , wajahnya terlihat lesu serta keringat dingin mulai membasahi keningnya. Ia memekik merintih kesakitan.

Sinta menatap suaminya cemas jemarinya mulai mengenggam salah satu lengan suaminya berharap bisa sedikit memberikan suaminya ketenangan.

Taaakkk...!

"Allaaaah !" Sinta menjerit kaget

Tongkat Pria itu terlempar beberapa meter.

"Apa yang terjadi pak ?"tanya Sinta panik.

Pria itu terdiam sesaat lalu mengeleng - gelengkan kepalanya sambil mengelus jenggotnya yang keabu abuan, wajahnya tampak gusar.

Albert dengan sigap langsung berlari berniat mengambilkan tongkat Pria itu. Namun baru saja dia menyentuh tongkat tersebut...

"AAAOOO....!!" Albert berteriak memegangi telapak tangannya yang memerah.

Pandangan mereka kini mulai beralih ke Albert yang kesakitan. Telapak tangannya nampak memerah seperti terbakar.

"Jangan kau ambil tongkat itu biarkan saja" Ucap Pria itu datar

"Kenapa Pak?" Celetuk Ratih tanpa sadar.

"Tidak sembarang orang bisa memegang tongkat itu"

"Memangnya kenapa Pak ?" Tanya Ratih penasaran.

"Tongkat itu bukan tongkat sembarangan, dia seperti mempunyai jiwa dan hanya orang-orang tertentu yang bisa menyentuhnya jika tidak maka orang yang menyentuhnya akan merasa sperti terbakar" jelas Pria itu

"Kok bisa begitu ?" Kini Adi mulai ikut penasaran.

Pria itu mengangkat telapak tangan kanannya kearah tongkat yang tergeletak. Hanya dengan satu tarikan nafasnya tongkat itu bergerak dengan sendirinya. Dan ketika Pria itu sedikit memutar telapak tangannya , mata mereka terbelalak melihat tongkat itu melayang begitu cepat ke genggaman tangan Pria itu.

Mereka semua melonggo melihat kejadian yang sulit di nalar oleh logika itu. Jika hanya mendengar cerita dan tidak melihatnya sendiri mungkin mereka tidak bisa mempercayainya .

"Tongkat ini bernama Tongkat Singo Barong, tongkat ini pemberian guru saya dan tongkat ini pula yang menuntun perjalanan saya sampai sejauh ini" ucap pria itu sambil mengangkat tongkatnya menunjukkannya pada Adi dan Ratih.

Adi yang masih tak percaya pun berusaha ingin membuktikannya dengan menyentuh tongkat itu mengunakan ujung jarinya. Dan benar saja ia menjerit kesakitan karna rasa panasnya seperti menyentuh bara api.

"Lantas bagaimana dengan suami saya pak?" Tanya Sinta menyela rasa penasaran anak-anaknya dengan suara serak menahan tangis.

"Zaman boleh saja sudah modern, namun dunia mistik supranatural terkait perdukunan dan santet menyantet rupanya masih belum hilang di negeri ini." Jawab Pria itu sambil mengernyitkan dahinya.

Sinta menatap wajah suaminya yang terlihat sangat letih, kemudian pandangannya beralih ketangan suaminya yang lukanya sejak beberapa hari lalu telah merembet sampai ke siku.

Padahal dulu luka itu hanyalah luka kecil di ujung jari tapi kenapa kini bisa merembet sampai ke siku. Bahkan kini jari-jari tangan pak Sholeh sudah hampir tidak bisa di gerakkan. Lukanya bahkan hampir membusuk membuat Sinta setiap harinya mengolesinya dengan perasan jeruk nipis atau minyak tawon untuk menghindari berbelatung dan sedikit mengurangi bau tak sedap pada luka itu.

"Rupanya pelaku Santet ini tidak main-main" lanjut pria itu memecah keheningan sambil terus mengelus elus jangutnya.

Sinta tertunduk memeluk bahu suaminya dengan isakan air mata. Ratih yang tidak sepenuhnya paham hanya bisa berusaha menenangkan ibunya dengan mengelus elus punggung Sinta.

------

Dipercaya bahwa kebanyakan praktik santet menggunakan medium tertentu seperti boneka, bagian tubuh korban, dan juga jin untuk mencelakai seseorang.

Santet memiliki banyak macam, mulai dari efek ringan sampai efek fatal bagi korbannya.

Namun santet yang menimpa Pak Sholeh bukanlah santet sembarang Santet. Santet ini bisa menghabisi seluruh keluarganya bahkan sampai 12 turunan.

Santet pring sedapur akan menimpakan sasarannya yang masih 1 atap atau serumah, siapa saja yang berada di dalam rumah itu akan terkena santet termasuk orang lain.

Santet jenis ini sangat sulit di hindari dan sulit di patahkan, ia akan terus beraksi sampai seluruh keluarga dan keturunan target habis.

Bahkan kekuatan santet ini dapat menyerang orang lain yang pada saat melayat mengucapkan kata-kata yang berbau iba atau mengasihani korban.

-Jelas Pria itu-

Mendengar penjelasan pria itu mereka semua tertegun. Mereka semua hampir tak percaya masih ada orang yang setega dan sekeji itu.

"Hick...hick...hick..." suara isakan Sinta yang semakin keras memecah keheningan.

Ratih memeluk tubuh ibunya, ia pun pada akhirnya tak mampu membendung lagi air matanya setelah mendengar penjelasan pria itu yang sangat mengerikan yang akan keluarganya alami.

"Lantas bagaimana cara mengatasinya" tanya Adi parau.

"Untuk menghilangkan pengaruh Ilmu Santet Pring sedapur dibutuhkan tekad yang kuat dan keyakinan yang bulat untuk mengalahkan kekuatannya"

"Apakah bisa dikembalikan lagi kepada pengirimnya ?" Tanya Sinta yang mata sembabnya berubah menjadi mata penuh emosi.

"Bisa . Tapi ritual tirakatnya sangat berat "

"Apapun akan saya lakukan demi kelangsungan hidup keluarga saya dan membalaskan kejahatan orang yang telah menyakiti keluarga saya."
Jawab Sinta tegas.

"Kamu harus puasa dan melakukan ToPo Kungkum di setiap malam di sendang atau sungai selama 12 malam lalu setelah selesai carilah bambu kuning dan ambillah sejengkal, runcingkan bagian atasnya lalu tancapkan ke sarang buaya . Apakah kamu sanggup ?"

Sinta menelan ludah mendengar penjelasan pria tersebut ,wajahnya sedikit kikuk dan nyalinya mulai menciut. Bagaimana ia bisa menancapkan Bambu di sarang buaya dimana dia bisa menemukan sarang buaya dan dimana juga dia harus ritual kungkum.

Mengingat daerah sekitar rumahnya sudah sulit di temukan sungai ataupun sendang. Adapun sungai di tempatnya mungkin sudah beralih fungsi jadi tempat pembuangan air, yang pasti sudah kotor dan tercemar.

Santet Pring SedapurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang