Selamat dari kematian

1.5K 71 3
                                    

Disaat Ratih benar-benar hampir kehilangan kesadarannya, seorang pemuda yang ada sebelahnya tersadar  dan seketika makhluk itupun menghilang . Ratih jatuh dengan lemas, sekujur tubuhnya di penuhi keringat.

"Mbak, mbak...kenapa ?" Tanya pemuda itu memapah Ratih, memposisikan Ratih duduk dengan baik.

Ratih masih tak mampu menjawab pertanyaan itu, nafasnya masih tidak beraturan. Ia memegangi lehernya yang bekas di cekik Makhluk mengerikan itu, rasanya masih teramat sakit. Air mata terus menetes di sudut matanya karena rasa sakit yang belum bisa ia jelaskan.

Satu persatu orang-orang yang bermeditasi itu mulai mengakhiri meditasinya. Mereka terkejut melihat Ratih duduk terkulai lemas. Beberapa orang dari mereka berbicara, namun Ratih tidak mendengarkan apa yang mereka bicarakan. Pikiran Ratih menerawang jauh, ia tidak menyangka makhluk itu hampir membunuhnya.

Salah satu dari mereka memberikan Ratih air minum, sedangkan Pak Yono yang telah terbangun berusaha mengobati Ratih dengan tingkah polanya mengunakan gerakan yang seperti seorang pesilat. Sebagian dari mereka mengira bahwa Ratih telah kerasukan namun sebagian lagi hanya diam memperhatikan cara Pak Yono mengobati Ratih.

Padahal sebenarnya Ratih hanya Shock dengan kejadian yang baru saja ia alami. Beberapa saat setelah ia bisa kembali mengatur nafasnya dengan baik, ia mengambil air yang sebelumnya di berikan kepadanya yang sama sekali belum tersentuh olehnya, meskipun orang yang memberikan air itu sudah meletakkan gelas air itu kedalam bibirnya tapi saat itu bibir dan mulut Ratih yang masih shock masih belum bisa merespon.

Setelah meneguk air itu sampai habis, Ratih pamit pulang duluan dengan alasan ia merasa kurang sehat. Pak Yono sedikit menghalanginya karna masih ingin mendengar penjelasan Ratih tentang apa yang baru saja ia alami. Tapi Ratih enggan bercerita ,karena ia kesal pada saat makhluk itu hampir membunuhnya kenapa mereka semua tidak ada yang menyadarinya.

"Katanya mereka belajar ilmu spiritual, membuka jalur ghaib, lantas bagaimana mereka bisa tidak tau dengan apa yang aku alami. Bagaimana mereka tidak bisa merasakan kehadiran makhluk mengerikan itu. Bagaimana jika pemuda yang di sampingku tidak bangun, mungkin saat ini aku sudah berpindah alam" dengus Ratih kesal dalam hatinya.

Sejak awal ibunya meminta dirinya untuk bergabung dan belajar ilmu spiritual dengan Pak Yono , Ratih memang sudah meragukan kemampuan Pak Yono. Pada saat ini keraguannya benar-benar terbukti , entah mengapa dia bisa memiliki beberapa orang murid yang kemampuannya sendiri masih sangat dangkal.

"Sebenarnya apa yang kamu alami tadi ?" Tanya Pak Yono terus membujuk Ratih untuk bercerita

"Saya lihat hantu" jawab Ratih Singkat

"Untuk pemula memang terkadang akan mengalami banyak gangguan dari dunia ghaib, tapi nanti lama-lama kamu akan terbiasa dengan berbagai penampakan makhluk di sekitar kita yang tak kasat mata"

"Makhluk itu tidak mengangguku tapi berniat membunuhku"

"Manusia itu adalah makhluk paling sempurna, jadi kamu tidak perlu takut kepada mereka akan membunuhmu. karna yang seharusnya takut adalah mereka, mungkin mereka hanya ingin menakut-nakuti kamu saja"

"Saya tidak takut jika ia tidak ingin menyakitiku, tapi dia benar-benar mencekikku" jawab Ratih mulai menunjukkan kekesalannya.

"Mungkin itu cuma halusinasi dari ketakutan kamu saja"

"Hmm, baiklah mungkin seperti itu. Sekarang saya pamit undur diri dulu untuk beristirahat" ucap Ratih sudah tidak ingin berdebat lagi dan memilih untuk pergi.Namun dalam hatinya masih terasa sangat dongkol.

Sejak kejadian malam itu, Ratih sudah tidak mau datang lagi ke Rumah Pak Yono untuk berlatih, meskipun Pak Yono beberapa kali menanyakan Ratih kepada Sinta. Tapi Ratih selalu beralasan bahwa dirinya sedang tidak enak badan. Sinta juga sempat membujuk Ratih untuk kembali bergabung dengan Pak Yono, namun dengan tegas Ratih menolak dan memintanya mencarikan guru lain yang benar-benar mumpuni.

.
.
.
.
.

Di tengah sibuknya Sinta mencari orang pintar atau guru buat Ratih. Suatu hari di pagi buta Pak Sholeh yang hendak pergi kepasar untuk berjualan tiba-tiba terjatuh. Pada saat itu ia baru saja hendak mengeluarkan motornya keluar pagar, namun entah kenapa tiba-tiba kakinya terasa lemas hingga membuatnya jatuh tertimpa motor.

Sinta sempat mengoleskan balsam di kaki Pak Sholeh,  Ada luka kecil di bagian punggung kakinya, mungkin terkena rangka motor saat menimpanya. Dengan Sigap sinta membalut luka itu mengunakan plester, hingga tidak ada darah yang keluar dari luka kecil tersebut.

Setelah mendapatkan pertolongan pertama dari Sinta, sesaat kemudian Pak Sholeh berusaha bangkit untuk kembali melakukan rutinitasnya. Meskipun jalannya sedikit pincang namun Pak Sholeh tetap gigih untuk mencari nafkah. Memang sejak kepergian Adi, pekerjaan Pak Sholeh sedikit berat karna tidak ada lagi yang membantunya saat melakukan pemotongan daging.

Merasa kualahan Pak Sholeh pun berencana merekrut satu pegawai untuk membantunya, meskipun ada Sinta yang juga membantunya namun itu juga masih kurang memadai degan ramainya pembeli. Memang lapak Pak Sholeh tidak pernah sepi pembeli. Maklum, dia adalah satu-satunya penjual daging di pasar tersebut. Pak Sholeh bahkan rela membeli semua lapak daging agar dirinya tidak memiliki pesaing di pasar tersebut.

Selang beberapa hari kemudian, kaki Pak Sholeh membengkak. Anehnya Pak Sholeh akan selalu mengeluh sakit ketika mendekati waktu menjelang magrib. Jadi ketika pagi hari Pak Sholeh masih bisa melakukan kegiatannya berjualan di pasar. Sinta selalu menyuruh Pak Sholeh untuk berobat,namun lagi-lagi Pak Sholeh menolak dengan alasan selama sakitnya tidak menganggu aktivitasnya, dirinya akan baik-baik saja.

"Jangan nunggu terlambat Pak, sebaiknya segera di obati" Bujuk Nana.

"Wes toh, namae juga habis jatuh ya wajar kalau ada bengkak?"

"Bapak ini kenapa sih? , anti banget berobat " dengus Sinta kesal.

"Kalau tidak mau ke Dokter , kita cari pengobatan alternatif saja, yang penting Bapak dapat pertolongan pertama. Takutnya ntar kalau tidak segera dapat penangganan, sakitnya Bapak makin parah kayak dulu" ucap Nana dengan cemas.

"Waduh, kalau kaki bengkak di bawa ke tukang urut ya, bukannya malah sembuh bisa-bisa nambah bengkak" jawab Pak Sholeh datar.

"Kita cari orang pintar, ibu curiga kalau  ini efek teluh yang pernah Paklik Leman katakan."

"Ibu  ini, selalu saja percaya sama hal begituan. Musyrik bu, percaya sama dukun itu"

"Pak, masalah keluarga kita bukanlah masalah sepele. Ini soal ghaib. Kenapa Bapak masih belum percaya dengan kejadian demi kejadian yang keluarga kita alami ?. Bapak mau bukti apa lagi dengan hilangnya satu persatu anggota keluarga kita ?"

"Ibu jangan berfikir terlalu jauh, semua ini kehendak Tuhan."

"Ini bukan kehendak Tuhan, tapi kejadian yang merengut keluarga kita satu persatu adalah kehendak dari manusia biadab itu"

"Pamalik bu, nyalain orang yang belum tentu itu benar. Ntar jatuhnya malah fitnah"

"Bapak masih kurang bukti apalagi sih ? Apa Bapak mau lihat kita satu persatu mati biar Bapak percaya ?"

"Jodoh, maut, rejeki itu ada di tangan Tuhan. Setiap kejadian yang kita alami adalah kehendak Tuhan. Jika takdir keluarga kita memang seperti ini lebih baik kita berikhtiar sama tuhan. Bukannya malah pergi ke dukun, karena Tuhan adalah satu-satunya penolong kita"

"Ya sudahlah, terserah Bapak saja "




Bersambung....

( Agak kesel sih, nulis karakter Pak Sholeh ini. Karena dia itu emang ngeyelan dan sangat tidak percaya dengan hal-hal ghaib. Susah emang meyakinkan seseorang yang keyakinannya tidak seperti apa yang kita yakini )

Santet Pring SedapurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang