Depresi

1.4K 64 1
                                    

Seorang wanita dengan air mata berderai, menggenggam selimutnya dengan erat. Menyembunyikan tubuh polosnya di balik selimut . Air mata tak henti-henti membanjiri pipinya. Dia menatap ke ayunan bayi yang nampak kosong .

Tubuhnya mengigil karena ketakutan, pandangan matanya kosong terus menatap lurus kedepan.
Dia tidak tau apa yang harus dia lakukan, siapa makhluk jahat itu. Dia bahkan menginggatnya dengan jelas bagaimana ia membanting tubuh mungil itu.

"Aku membunuhnya?" tanyanya dalam hati.

Wanita itu keluar dari balik selimut, ketika melihat sosok yang lebih dari setahun tidak ia jumpai. Lalu berjalan tertatih menuju sosok itu, air matanya menetes semakin deras. Tak ada yang bisa ia lakukan.
Tak ada yang terbersit dalam pikirannya saat ini selain menangis sejadinya.

"A-aaku tidak membunuhnya, iblis itu yang membuatku melakukannya" ucapnya serak.

Dengan cepat sosok itu memeluk tubuh lemah wanita itu. Ia memeluknya dengan erat, mengelus rambutnya yang berantakan dengan tetesan air mata kesedihan.
Dia merasakan bagaimana perihnya bagian inti dari hati wanita itu saat ini. Seperti ada sesuatu yang tersayat, dan ia tidak tau harus bagaimana menghiburnya.

Setelah benar-benar lelah untuk menangis, dia merasa mengantuk dan sosok itu merebahkan tubuhnya di atas kasur. Sosok itu tau kalau wanita itu telah lama tidak bisa tertidur dengan nyenyak dengan apa yang telah ia lakukan.

"Tenanglah...aku sudah kembali dan aku akan menghentikan semua tragedi ini" ucapnya mengelus lembut bagian punggung wanita itu.

"Ta...tapi aku telah membunuhnya....hiks...!" Ucap wanita itu dengan air mata yang kembali becucuran.

"Kau tidak membunuhnya "

"A..a..ku... telah membunuh anakku sendiri" wanita itu mengangkat kedua telapak tangannya dengan gemetar, menunjukkannya pada sosok di sebelahnya.

"Na...itu bukan kamu, tapi itu ulah iblis yang merasukimu"

"Tidaaaaak....aku yang melakukannya dengan tanganku sendiriii aaaaaaa....." kembali wanita itu mengila lalu mememukul-mukulkan tangannya ke dinding kamarnya.

Braaak....

Braaak....

Benda-benda di kamar itu mulai berjatuhan karena pergerakan Nana yang cepat membantingkan tangannya ke dinding serta benda-benda yang ada di sekitar kamarnya. Ia berteriak histeris, membuat Sinta dan Nina yang menunggu di luar berhambur masuk kedalam kamar Nana.

"Aaaaarrgh.... aku pembunuh....!"

"Aaku membunuh anakku "

Teriaknya histeris membuat mereka bertiga kualahan menahan pergelakannya.

"Nina, cepat ambilkan air !" Pinta Ratih dengan mengunci tangan Nana mengunakan tangannya.

Cepat-cepat Nina masuk ke dalam kamar mandi dan mengambil seember air lalu dengan inisiatifnya sendiri ia menyiramkan seember air itu ke tubuh Nana hingga membuat Nana dan Ratih basah kuyub.

"Apa yang kamu lakukan ?" Dengus Ratih kesal.

"Bukankah kau sendiri yang memintanya ." jawab Nina tak mengerti.

"Apa kau gila ?" Ucap Ratih kesal.

"Bukan...bukan aku yang gila tapi mbak Nana " jawab Nina masih dengan polosnya.

"Kau ini....!"

Ratih tak mau melanjutkan kata-katanya lagi dan memilih pergi sendiri kedapur mengambil segelas air putih lalu merapalkan doa dan memberikannya ke Nana. Tak butuh waktu lama beberapa saat kemudian Nana mulai tenang dan tertidur.

Santet Pring SedapurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang