Kehilangan Nina

1.6K 81 13
                                    

Pak Suadi berjalan tergopoh begitu memasuki penangkaran buaya dan mendapati sosok Nina yang berjalan terhuyung-huyung sambil memegangi perutnya yang berlumuran darah.

"Non, kenapa ?" Tanya Pak Suadi panik sembari berlari segera membantu memapah Nina.

Peluh keringat membasahi seluruh tubuh Nina yang mulai letih, ia sudah hampir tidak tahan lagi menahan rasa sakit di bagian perutnya yang terkoyak.

"Non, apa yang terjadi ?" Pak Suadi terus bertanya dengan panik di sertai rasa takut.

Nina sudah tidak mampu lagi menjawab pertanyaan Pak Suadi, ia hanya menjawab pertanyaan Pak Suadi dengan tatapan matanya yang mengarah ke bagian perut yang ia genggam dengan erat. Tubuhnya sudah teramat letih, pandangan matanya bahkan semakin kabur, kekuatan tulang-tulangnya semakin melemah hingga tak mampu lagi menahan tubuhnya untuk tetap berdiri ataupun melangkah.

Pak Suadi melihat begitu banyak darah di bagian perut Nina. Keringat dingin seketika membasahi kening Pak Suadi, Pria tinggi kurus penjaga penangkaran buaya itu begitu ketakutan melihat kondisi Nina yang memprihatinkan. Tangan gadis itu berlumuran darah memegangi ususnya yang hampir keluar karena luka sayatan yang sepertinya cukup tajam dan dalam.

Sesaat kemudian Nina jatuh ambruk di hadapan Pak Suadi, bersamaan dengan ambruknya  ia melepaskan genggaman tangannya yang menutupi luka koyakan buaya di perutnya hingga membuat sebagian ususnya terburai.

"Astagfirullah, Non...!!" Teriak Pak Suadi semakin ketakutan.

Dengan panik Pak Suadi kembali menutup luka di perut Nina menggunakan tangannya sendiri. Namun usus Nina yang sebagian keluar sudah tidak memungkinkan lagi untuk kembali menutup lukanya. Pak Suadi menjerit memanggil serta menepuk ringan pipi Nina yang sudah tidak sadarkan diri

"Non, bangun non... maafin Bapak, seharusnya bapak tadi gak meninggalkan non sendirian." Teriak Pak Suadi sambil terus berusaha menutup luka koyakan di perut Nina dengan gemetar

"Non...ayo non bangun...tolong jangan bikin Bapak takut...Bapak juga gak tau kenapa tadi tiba-tiba motor Bapak mogok ketika akan kembali kesini"

Dalam perjalanannya tadi Pak Suadi sudah berupaya semaksimal mungkin untuk segera kembali ke penangkaran buaya guna menemani serta menjaga Nina, namun entah kenapa tiba-tiba dalam perjalanan kembali ke penangkaran buaya tiba-tiba motornya mogok di tengah jalan. Kondisi jalanan menuju penangkaran buaya memang terbilang cukup sepi apalagi di jam mendekati tengah malam sudah hampir sangat jarang di temui kendaraan berlalu lalang karena memang tempat penangkaran buaya ini jauh dari pemukiman penduduk. Sehingga hal itu menyulitkan Pak Suadi untuk meminta bantuan atau pertolongan orang lain ketika sedang mengalami masalah di jalan yang ia lalui menuju penangkaran buaya. Akhirnya Pak Suadi terus mendorong motornya sampai ke penangkaran buaya. Namun sayang ketika samoai ia telah di suguhkan dengan  kondisi Nina yang telah memprihatinkan.

Dengan menahan tangis Pak Suadi melepas jaketnya dan membebatkan jaket nya ke bagian perut Nina agar isi perutnya yang lain tidak ikut keluar. Pria kurus itu panik di sertai rasa binggung dengan apa yang harus ia lakukan pada  Nina yang terkulai lemas tak sadarkan diri dengan berlumuran darah. Sampai akhirnya kemudian Pak Suadi membopong tubuh Nina masuk kedalam mobil berencana membawanya pergi ke rumah sakit terdekat. Namun Sayangnya Nina menghembuskan nafas terakhirnya dalam perjalanan menuju ke rumah sakit.

.
.
.
.
.

*****

Teriakan dan raungan terdengar mengerikan dari dalam sebuah kamar Ratih, membuat merinding siapapun yang mendengarnya.
Ratih membakar beberapa kemenyan dengan berbagai macam media sesembahan untuk berdamai dengan sosok yang merasuki tubuh ibunya.

Santet Pring SedapurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang