Sakit Kepala

4.6K 196 2
                                    

Pagi menjelang siang dan rasa sakit kepala yang dialami Pak Sholeh masih terasa. Ia bahkan pulang lebih awal dari pasar karena rasa sakit kepalanya yang kian menjadi, bahkan saking sakitnya Pak Sholeh hampir membentur benturkan kepalanya ke tembok . Anehnya lagi sakit kepala itu selalu memuncak ketika menjelang magrib.
Kondisi dalam kediaman pak Sholeh pun kian terasa panas saja, berbagai hal aneh juga mulai terjadi.

Pernah suatu hari Pak Sholeh kedatangan tamu yang masih kerabatnya. Kebetulan sepupunya baru saja pulang dari luar kota dan waktu itu hari sudah mulai malam hingga dia memutuskan mampir kerumah pamannya untuk beristirahat dan bermalam di rumahnya. Namun ketika dia mengetuk pintu pagar beberapa kali, wajahnya tiba-tiba berubah menjadi pucat . Sinta yang melihat sepupu suaminya datang segera membukakan pintu

"Lho Jaka kok tumben malam-malam datang kesini" sapa Sinta membuyarkan keterpakuan sepupunya

"Iy...iya..bi.." jawab Pemuda jangkung itu dengan bola matanya yang masih melirik kearah pojokan teras

"Ayo, masuk !" Ajak Sinta menuntun jalan menuju rumah

"Sama siapa kamu ?" tanya Sinta lagi ketika melihat seseorang asing sedang berjalan mengikuti dia dan Jaka dari belakang

"Sama temen bi, habis dari Malang selatan mau pulang kok kemalaman jadi aku ajak istirahat disini dulu"

"Oalah iya, bentar ya ta bikinin kopi "
Sinta pun pergi masuk ke dapur meninggalkan kedua pemuda itu d ruang tamu rumahnya.

Jaka masih sesekali celingukan melihat ke teras rumah, membuat temanya merasa aneh melihat sikapnya.

"Ada apa sih jak ?" tanya Yanto

"Engak gak ada apa-apa kok " elak Jaka

"Lha trus ngapain kamu dari tadi lihatin keluar mulu "

" Aku tadi cuma kayak lihat sesuat...." Obrolan Jaka terputus ketika Sinta datang membawa dua cangkir kopi dan beberapa camilan untuk mereka.

"Kalau kalian mau nginep sini biar bibi suruh Ratih nyiapin kamar kalian di atas "

"Iya bi, gak usah repot-repot kita bisa tidur diatas sofa kok yang penting bisa istirahat "

"Lho ya jangan toh, kalian ini kan habis perjalanan jauh pasti capek , apalagi naik motor kayak gitu "

"He..he...he..udah biasa kok "

"Rat....ratiiih.....!" teriak  Sinta memanggil putrinya yang tak butuh waktu lama langsung datang menghampiri ibunya.

"Oh iya bi, paman dimana kok dari tadi saya belum lihat ?"

"Oalah Jak, Pamanmu lagi gak enak badan dia lagi istirahat di kamar sekarang, baru aja tidur "

"Lho, Paman sakit apa ?"

"Gak tau Jak, dari kemarin mengelu sakit kepala wong di ajak ke dokter ya gak mau "

"Apa bu, panggil2 ?" tanya Ratih yang sudah ada di hadapan mereka dengan mata yang sayup karna kantuk.

"Ini lho ada Jaka, kamu siapin kamar di atas gih !"

"Wes gak usah mbak, biar ntar Jaka sama temen Jaka sendiri yang nyiapin "

"Gak apa2 biar mbak siapin aja, kamu kok tumben malam2 kesini ? " tanya Ratih kemudian

"Iya mbak habis dari malang, mau pulang kemalaman takut soalnya daerah arah pulang ke rumah agak Rawan "

"Oalah iya, bentar ya aku siapin dulu kamar buat kamu"

"Iya mbak gak usah repot-repot"

Ratihpun berlalu meninggalkan mereka , beberapa saat kemudian Ratih kembali memanggil Jaka dan temanya untuk segera naik ke lantai atas karna kamar mereka sudah siap. Jaka dan Yanto pun menaiki tangga menuju kamar yang sudah di tunjuk oleh Ratih.

Waktu sudah hampir menunjukkan pukul 00.00 Wib, Yanto masih belum bisa untuk memejamkan matanya sedangkan Jaka sudah tertidur pulas di sampingnya. Di saat ia sudah ingin memejamkan matanya Sayup-sayup Yanto mendengar suara raungan. Matanya yang tadinya sudah tertutup langsung terbuka lebar, ia memasang telinganya lebar-lebar guna memastikan suara raungan tersebut. Hingga setelah ia pastikan kalau suara itu benar-benar nyata, Yantopun bangkit dari tidurnya. Ia terduduk dan kembali memasang telinganya. Suara raungan itu pun masih terdengar olehnya.

"Jak...Jaka...!"ucap Yanto lirih sambil menguling-gulingkan temannya yang hanya di balas oleh geliatan tubuhnya.

"Jak...ayo bangun..." Yanto kembali menguling-gulingkan Jaka dan lagi-lagi hanya di balas geliatan tubuhnya yang semakin menelungkup pertanda tidak ingin di ganggu.

Sampai akhirnya Yanto memberanikan dirinya untuk beranjak pergi dari kamarnya mencari sumber asal suara tersebut. Pelan-pelan ia menuruni anak tangga yang gelap karna lampu-lampu di dalam rumah tersebut sudah di matikan. Hingga kakinya sampai di anak tangga terakhir tubuhnya melonjak kaget dan membuatnya reflek berteriak. Keringat dingin mulai membasahi keningnya ketika ia melihat sosok bayangan di ujung tangga. Melihat Yanto yang kaget hingga terjatuh terduduk di anak tangga ,Sosok bayangan hitam itu pelan-pelan mendekatinya. Samar-samar wajah bayangan hitam itupun mulai nampak.

"Mas ngapain ?" tanya Ratih ketika tepat di hadapan Yanto yang masih belum bisa menetralkan detak jantungnya.

"A...anu..mbak saya haus mau minum " jawab Yanto gugup

" Bentar ya mas saya ambilin "

"Iya mbak, makasih"

Ratih membawa segelas air dan memberikannya pada Yanto yang masih menunggu di anak tangga

"Mas kaget ya tadi ?" tanya Ratih menahan senyum

"Iya mbak soalnya gelap hehehe" Yanto mengelus kepalanya sendiri karena malu.

"Takut apa mas, disini gak ada apa-apa "kali ini Ratih menjawabnya dengan lebih menunjukkan tawanya.

"Hehehe, iya mbak soalnya tadi saya mendengar suara-suara gitu jadinya nerves sendiri hehehe"

"Itu suara Bapak mas, sakit kepalanya  kumat jadinya gitu "

"Lho emang Bapaknya sakit apa mbak ?"

"Gak tau mas orang Bapak itu orangnya anti dokter, padahal kan biar cepet dapat penanganan daripada nyiksa kayak gini" Ratih mulai cemberut dan menampakkan mimik sedih

"Kasian mbak kalau terus di biarin kelihatanya Bapak mbak kayak kesakitan banget gitu"

"Ya mau gimana lagi, kita semua udah bujuk tapi dianya tetep gak mau "

"Terus di bujuk aja mbak jangan pantang menyerah"

"Hehehe, iya mas. Yaudah mas sampean lanjut lagi tidurnya, maaf udah ngagetin "

"Iya mbak gak apa-apa"

Yanto kembali menuju kamarnya, kali ini ia sudah bisa memejamkan matanya dengan mudah dan mulai memasuki alam bawah sadarnya . Mendadak Tubuhnya mengeliat geliat seakan berusaha melepaskan diri, keringat dingin mulai membasahi seluruh tubuhnya. Mulutnya mulai berusaha meraung mencoba untuk meminta tolong tapi suaranya seakan tercekat di dalam tenggorokannya.

"Yan...yantoo...woooyyy....banguuun !"teriak Jaka menepuk nepuk pipinya hingga Yanto perlahan membuka matanya.

Suara adzan subuh mulai berkumandang menandakan pagi sudah menjelang datang.
Yanto bernafas tersengal-sengal dengan wajah pucat pasi.
Jaka segera memberinya minum sampai Yanto bisa menguasai dirinya.

"Kamu kenapa ?" tanya Jaka mengamati mimik wajah temanya

"Aku mimpi Jak " jawabnya masih dengan raut ketakutan.

"Mimpi apa ? " tanya Jaka penasaran

"Aku mimpi ada sosok tinggi besar, tubuhnya gedee banget sampai ke pelavon rumah tingginya, matanya melotot merah dan besar. Tubuhnya juga di penuhi bulu hitam panjang dan lebat. Dia berdiri dudepanku dan berusaha mencekikku, untung aja kamu bangungin aku, kalo tidak mungkin aku udah mati di cekik tuh mahluk" 
Cerita Yanto sedikit gemetaran,sedangkan Jaka menyimaknya dengan seksama sembari menelan ludah.

"Untung aja itu cuma mimpi " ucap Jaka meledek dengan senyum yang di paksakan.

"Tapi kayak nyata banget lho "

"Ya udah lah sudah subuh, mendingan kita sholat dulu biar pikiran kamu juga sedikit tenang"

Yanto mengangguk














Santet Pring SedapurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang