"Bu..! Sakit, Bu.. Sakit! Tanganku sakit! Kepalaku sakit banget, Bu!"Teriak Pak Sholeh tiba-tiba histeris
Sinta meneguk ludahnya, tak tahu harus berbuat apa. Apa yang harus ia lakukan sungguh tak paham.
"Bu ..., Bapak kenapa, Bu?!"
Nana menangis takut mendengar teriakan Bapaknya yang histeris"Ayo Pak minun obat dulu ya! Ibu ambilin. Ayo ke kamar, Pak!"
Ucap Sinta mencoba menenangkan suaminya, padahal baru tadi siang kondisi Pak Sholeh sudah agak membaik bahkan sudah bisa berjalan mondar mandir di dalam Rumah meskipun sakit di tangannya belum menunjukkan kondisi yang baik."Aaaaa!!! Sakit Bu!"
Pak Sholeh masih terus berteriak tanpa henti, mengaduh dan memohon-mohon. Sepertinya dia menahan nyeri teramat sangat.Sinta berusaha memapahnya menuju kamar. Namun, Pak Sholeh menggeleng, isyarat sudah tak sanggup lagi berdiri apalagi melangkah.
Dia berbaring di sofa dengan posisi lutut sedikit tertekuk karena panjang sofa lebih pendek dari tubuhnya.
"Bu, sakit, bu...! Tanganku sakit! Kepalaku sakit!"
Pak Sholeh menghentak-hentakkan kakinya di sofa menahan sakit yang teramat.Sinta membawakan botol putih berisi air serta wadah tube berisi salep. Salep berwarna putih susu itu, dioleskan rata ke tangan suaminya yang hampir membusuk.
"Aduuh bu....sakiiiit...!! "
"Ini Pak minum obat anti nyeri dulu "
Sinta memasukkan kapsul kedalam mulut Pak Sholeh berharap bisa sedikit meringankan rasa sakitnya.Pak Sholeh terpaksa meminum beberapa butir kapsul dan tablet pemberian istrinya dengan menahan rasa sakit yang teramat.
"Bu... Bapak kenapa sebenarnya Bu! Hick...hick..!?" tanya Nana yang kian panik.
"Kamu telpon Adi suruh datang sekarang nanti ibu ceritakan setelah Bapakmu agak tenang"
Menit hingga jam berlalu.Pak Sholeh masih saja berteriak meraung raung kesakitan
"Potong saja tanganku potong....kepalaku... aku sudah gak tahan Bu...!!!" Teriaknya pilu
Nana dan Sinta tak tega melihat teriakannya, sementara mereka tak mampu berbuat apa-apa. Bahkan tak bisa menyentuhnya. Mereka seperti orang bodoh tak berdaya melihat orang yang mereka sayangi kesakitan sejadi-jadinya.
Ingin sekali Nana meninggalkan tempat ini agar tak melihat derita Bapaknya. Namun, ia tak bisa melakukan hal itu karna hatinya sangat ingin membantu Bapaknya untuk sembuh dari luka itu.
Hingga beberapa jam sudah akhirnya Pak Sholeh terlelap dan tak terdengar lagi pekikan menyedihkan itu.
"Ya Allah, sebenarnya sakit apa Bapak? Hingga sampai seperti itu?"
Batin Nana pilu"Bu, Bapak sudah tidur."
"Na, ayo bantu ibu angkatin Bapak masuk ke kamarnya. Kasihan tidur di sini, Kakinya nekuk."
"Nana gak kuat bu, nunggu mas Adi aja dia sedang dalam perjalanan kesini kok "
"Kamu sudah bilang Masmu kalo suruh mampir ke Rumah Pak widji dulu?"
"Iya sudah, tadi terakhir aku telpon katae sudah mau masuk gang rumah Pak widji "
" Pak Widji kemana ya dari tadi pagi ibu telpon gak bisa, padahal kemarin sore masih aktif nomernya "
"Mungkin lagi sibuk kali Bu"
"Masalahnya ini kenapa Bapakmu tiba-tiba kambuh kesakitan seperti ini padahal setelah ibu basuh sama air rendaman kelor itu lumayan enakan kenapa sekarang malah jadi begini ?"
"Terakhir pas ibu telpon sama Pak Widji bilang apa lho Bu ?"
"Terakhir Pak widji cuma bilang kmarin malam mau ritual buat lihat siapa orang yang ngusilin keluarga kita dan mempertanyakan apa tujuannya berbuat seperti itu, tapi sampai sekarang Pak Widji gak ada kabar"
****
Mata Adi terbelalak ketika memasuki Gang Rumah Pak Widji ,terdapat sebuah bendera kuning terpampang di ujung gapura pintu masuk Gang. Di lihatnya dari jauh di dapatinya sedang banyak orang berkerumun dan ada sebuah tenda kecil di dirikan seperti berada depan Rumah Pak Widji.
Adi memarkirkan mobilnya kepinggiran, ia membuang putung rokok yang baru ia hisap setengahnya lalu turun dari dalam mobilnya. Adi sejenak berdiri memastikan apa yang ia lihat sampai ada dua orang wanita paruh baya lewat di depannya dengan membawa baskom yang ditutupi kain.
"Maaf bu, mau tanya itu siapa ya yang meninggal ?"
Tanya Adi menghentikan jalan dua wanita paruh baya tersebut."Oh, itu mas ? Pak Widji meninggal dunia" jawab salah satu wanita paruh baya itu
"HAAAAH !!!"
Adi terbelalak hampir tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar."Iya mas, tadi pagi meninggalnya "
Sahut wanita yang di sebelahnyaAdi menelan ludah sesaat sebelum membuka mulutnya
"Maaf bu, sakit apa ya ?"
"Gak sakit apa-apa mas, tiba-tiba aja meninggalnya. Padahal kemarin sore masih bakar2 sampah depan teras rumahnya "
"Iya kemarin masih segar bugar , eh gak taunya tadi pagi dengar siaran Pak Widji telah berpulang"
"Iya begitulah, siapa yang tau rencana tuhan . Maut bisa datang kapan saja tanpa ada yang pernah menduganya"
Kedua ibu-ibu itu malah antusias ngobrol sendiri sampai lupa kalau ada Adi di samping mereka.
"Oh iya , mas ini siapa ya ?"
Tiba-tiba salah satu ibu itu sadar kalau ada Adi di antara mereka."Saya client Pak widji Bu" Jawab Adi ngasal
"Owh pasien Pak Widji ta ?"
Adi mengangguk
"Lah masnya kelihatan sehat gini, emang sakit apa ?" Tanyanya lagi
"Bukan saya bu, tapi Bapak saya"
"Oalah, sakit apa Bapaknya ?"
"Gak tau bu, saya juga kurang paham cuma katanya kena guna-guna"
"Ya gitu lho resikonya jadi Dukun kalo kalah ilmu ya nyawa taruhannya" Ucap ibu berkerudung hijau sambil mencolek ibu sebelahnya.
"Hust, mulutmu itu lho" ibu berhijab hitam mencubit ibu berkerudung hijau.
"Eenggg, yaudah bu terima kasih infonya saya pamit dulu"
"Iya mas , tiati . Semoga Bapaknya cepet sembuh"
"Makasih bu..." Adi mengangguk lalu masuk kembali kedalam mobilnya.
Ia terdiam sejenak memikirkan apa yang tengah di bicarakan ibu-ibu barusan."Sebegitu hebatnya kah Santet yang mengenai Bapak, sampai orang yang hendak menolongnya pun terengut nyawanya"
Adi mengambil bungkus rokok di dalam kantong celananya, lalu mengambil sebatang rokok dan menyulutnya dengan korek sebelum ia mulai menjalankan mesin mobil lalu beranjak pergi meninggalkan tempat itu.
"Sebenarnya apa alasan yang melatar belakangi orang yang menggunakan ilmu hitam untuk menyakiti Bapak? , apa salah Bapak sampai dia sebegitu keji menyakiti Bapak"
Pikiran Adi terus berkecamuk sepanjang perjalanan menuju rumah orang tuanya, ia tak habis pikir dengan kejadian yang menimpa orang tuanya.
Sampai tanpa terasa Adi sudah berada di depan gerbang pintu rumah orang tuanya.
Adi turun dari mobilnya, membuka gerbang rumahnya lalu memasukkan mobilnya kedalam garasiIa berjalan gontai memasuki dapur yang berada tepat di belakang garasi , Lalu menuju kearah kamar Bapaknya. Adi celingukan karna tak mendapati siapapun di dalam kamar itu , mulutnya mulai berteriak memanggil ibu dan Nana adiknya.
Nana segera menghampirinya dengan setengah berlari sambil berbisik"Jangan berisiiik...!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Santet Pring Sedapur
Mystery / ThrillerMungkin ada beberapa orang yang sudah mendengar nama Santet Pring sedapur , dimana santet ini terkenal sangat mematikan dan tidak akan pernah berakhir sampai keturunannya habis. Biasanya orang yang terkena santet ini akan meninggal satu persatu samp...