Mas bayu supir yang Sinta sewa melajukan mobil dengan kencang.
Dari kejauhan terlihat sorot lampu mobil lain yang sedang melaju sedikit pelan.
Dan akhirnya mobil mereka bisa beriringan dengan mobil lainnya, mereka sedikit lega karena ada teman diperjalanan walaupun berbeda kendaraan.Masih dengan perasaan deg-deg karna kejadian sesosok terbang tadi, mobil mereka harus berkejar-kejaran dengan mobil didepan nya supaya tidak ketinggalan.
"Mas hati-hatilah nyetir mobilnya" rengek mbak Nur agak ketakutan.
"Tenang aja buk , mas Bayu udah jago nyetirnya" Jawab suami mbak Nur sambil cengengesan.
"Habisnya saya parno sama kejadian Adi" balas mbak Nur lagi.
Sinta dan Ratih hanya terdiam, kembali mengingat kondisi Adi di Rumah Sakit. Mereka hanya bisa berharap supaya Adi di berikan kekuatan untuk bertahan dan perjalanan jauh ke Ponorogo kali ini membuahkan hasil.
Beberapa mobil pun saling susul menyusul dari kejauhan.
Dan sekarang malah Mas Bayu yang kebelet pipis. Dengan segera ia pun menepikan mobilnya.
Sedangkan Diluar terlihat mulai gerimis, Mas bayu menyalakan windscreen wipeer.
Pengelap kaca mobil."Kecilin AC nya mas,dingin banget nih" kata Sinta pada mas bayu sebelum sang supir turun dari mobil.
Mas Bayu pun mengecilkan AC mobil lalu turun berjalan kesamping kiri dan berdiri di balik pohon besar samping jalan.
Mbak Nur memalingkan mukanya ketika terdengar suara air gemericik didekat mobil.
"Iih, jorok" ucap mbak Nur dengan muka jijik.
Hujan semakin turun dengan deras , Suami mbak Nur berteriak ke Bayu
" Ayo mas cepetan masuk mobil" teriak suami mbak Nur.
Mas bayu pun kembali masuk ke mobil.
Baru saja mas bayu ingin menjalankan mobil,terlihat seekor kucing hitam menghalangi jalan mobil mereka.Dengan terpaksa mas Bayu keluar mobil dan menghampiri kucing tersebut.
"Husss...husss pergi pusss."
Mereka semua hanya melihat mas bayu dari dalam mobil.
Pintu mobil depan yang terbuka semakin menambah rasa dingin pada tubuh mereka."Eh, katanya jalan ini yang katanya sering terdapat tragedi² kecelakaan," Ucap suami Mbak Nur membuat istrinya bergidik ketakutan.
"Hush, kalo ngomong hati-hati" ucap Sinta sedikit kesal.
Ratih memang merasakan sedikit terdapat aura mistis yang bisa dikatakan menyeramkan.
Petir pun menyambar menggelegar,pohon tumbang tepat dihadapan mas Bayu , jantung mas Bayu dan mereka yang ada di mobil seakan terhenti karena saking kagetnya .
Malam itu mereka memutuskan untuk segera memacu kendaraan karena merasa kejadian barusan adalah firasat buruk yang akan mereka temui nanti.
Perjalanan ke orang yang mereka tuju untuk di mintai pertolongan seperti di liputi bab perkara ghoib yang seakan mengintai mereka dengan berbagai hambatanya.
Di bahu jalan nampak kembali seekor kucing hitam seakan mau menyebrang dan sontak saja Bayu hampir tak mampu mengendalikan kendaraan, tertabraklah kucing tersebut dengan pijakan gas yang mungkin cukup untuk memporak porandakan usus perut kucing tersebut.
Terasa seperti ada yang terganjal ketika Bayu melindas kucing itu, namun ketika dia berhenti dan para lelaki keluar menengok sosok kucing hitam itu tidaklah nampak.
Sinta yang merasa hatinya tidak tenang pun meminta Bayu untuk segera melanjutkan perjalanan keorang yang mereka tujuh, walaupun badai hujan kian deras dan petir semakin menggelegar seakan bersahutan ditelinga.
Tidak lama kemudian sampailah mereka ditempat Paklik salah satu kerabat jauh yang mbak Nur bilang .
Tok...tok...tok....!
Mbak Nur mengetuk pintu beberapa kali namun tidak ada sahutan ataupun pergerakan orang dari dalam rumah, Mungkin karna suara ketukan pintu beradu dengan derasnya air hujan yang turun saat itu.
Tok...tok...tok...!
Mbak Nur semakin mengeraskan tekanan tangannya di pintu sambil mengintip dari balik jendela yang nampak gelap karna sudah tertutup tirai dari baliknya.
"Assalamuallaikum....!!" Teriak Mbak Nur beberapa kali
Tak beberapa lama kemudian terlihat bayangan seseorang berjalan mendekat ke arah pintu.
Kreeeek.....
Seorang wanita tua keluar membukakan pintu. Senyum Mbak Nur langsung terkembang di sudut bibirnya ketika melihat wanita tua itu berdiri tepat didepannya. Dengan segera Mbak Nur meraih tangan kanan wanita tua itu dan menciumnya.
Sinta dan yang lainnya mengikuti mbak Nur mencium tangan wanita tua itu kemudian secara berurutan masuk ke dalam rumah.
Hujan yang turun sejak tadi membuat cuaca terasa dingin. Apa lagi bagi mereka yang baru menginjakkan kaki di kampung ini. Rumah Paklik Leman sangat jauh dari pemukiman penduduk dan bisa di bilang rumahnya agak masuk ke pendalaman hutan.
Suara anjing-anjing hutan yang meraung raung bahkan terdengar samar di telinga hingga semakin menambah kesuraman malam yang dingin.
Pantas saja Pintu-pintu rumah sepanjang jalan yang mereka lewati tadi sudah tertutup rapat , mungkin mereka takut ada binantang liar di hutan yang masuk kedalam rumah atau memang karna cuaca sedang tidak bersahabat malam ini.
Ratih memilih menghangatkan tubuh di bawah selimut yang di berikan Mbah Ngatimen istri Paklik Leman.
Sedangkan Pak Sholeh malah tidur tidur di samping Ratih.
AUNNGGG!
Sayup-sayup kembali terdengar lolongan anjing hutan disertai suara riuh angin di luar rumah menyapu dedaunan.
"Astaghfirullah!" Ratih bergidik menutupi hampir seluruh tubuhnya dengan selimut dan hanya menyisakan kepalanya yang memainkan HP tanpa sinyal.
Sesekali ia melirik ke arah Ibunya yang tengah duduk d kursi kayu tempo dulu bersama Mbak Nur, Mas Bejo suaminya serta seorang Pria tua yang mengobrol mengunakan bahasa jawa halus yang sama sekali tidak di mengerti oleh Ratih. Namun mereka semua terlihat serius dalam bertutur kata.
Tak lama kemudian Mbah Ngatimen datang membawa nampan berisi beberapa gelas teh panas dan kopi, lalu menyuguhkannya di atas meja.
Sinta memanggil Ratih untuk minum teh panas agar Ratih bisa mengurangi sedikit rasa dinginnya.Dengan malas Ratih beranjak dari tempat tidurnya dan duduk di samping Sinta lalu menyeruput teh Panas bikinan mbah Ngatinem. Sinta terlihat sedikit memperkenalkan Ratih Pada mbah Leman mengunakan bahasa jawa halus yang sedikitpun tidak di mengerti oleh Ratih.
Namun sesaat setelah Sinta memperkenalkan Ratih. Paklik Leman meminta Ratih mengulurkan Tangannya. Paklik Leman terlihat mengawasi tangan Ratih lalu berkata mengunakan bahasa jawa halus.
"Apakah kamu sering merasa pusing di bagian belakang kepalamu ?" Tanya Sinta menerjemahkan ucapan Paklik Leman pada Ratih.
Ratih mengangguk tapi ia tidak pernah menganggap sakit kepala yang dia alami itu sebagai sakit yang serius karna memang perlahan sakit itu akan menghilang dengan sendirinya bahkan tanpa bantuan obat sekalipun.
Lalu Paklik Leman meminta Ratih mendekat dan berbalik membelakanginya. Perlahan tangan Paklik Leman menyentuh tulang ekor Ratih lalu menariknya dengan gerakan dan nafas yang berat naik ke atas. Namun ketika sampai di leher Ratih merasakan panas yang luar biasa seperti terbakar hingga membuat tubuhnya bergetar dan peluh keringat mulai keluar dari keningnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Santet Pring Sedapur
Misterio / SuspensoMungkin ada beberapa orang yang sudah mendengar nama Santet Pring sedapur , dimana santet ini terkenal sangat mematikan dan tidak akan pernah berakhir sampai keturunannya habis. Biasanya orang yang terkena santet ini akan meninggal satu persatu samp...