Mencari Orang Pintar

2.1K 110 8
                                    

Di pagi yang sangat dingin dan sedikit di selimuti Kabut. Semua anggota keluarga Pak Sholeh tengah duduk di depan Meja makan menantikan Sarapan yang yeng tengah di siapkan Sinta. Tidak seperti biasanya keluarga ini bisa bangun pagi dan menikmati sarapan bersama.  Wanita paruh baya itu sengaja memasak pagi buta supaya nanti siang dia tidak lagi perlu memasak , karna rencananya hari ini sepulang dari berjualan di Pasar ia akan segera membawa suaminya berobat mencari orang pintar yang Ratih ceritakan semalam.

Tangan-tangan lincah dan cekatan Sinta selalu menyulap bahan makanan menjadi makanan yang sangat Lezat. Ratih melenggang ke arah Sinta, aroma harum wangi masakan Sinta membuat  dirinya ingin segera melahap masakan ibunya. Nana yang tengah menyusui anaknya hanya bisa memperhatikan punggung Ibu dan Kakaknya yang tengah memasak, sedangkan Nina yang merasa tidurnya semalam sangat tidak nyenyak hanya bisa terkantuk kantuk di meja makan.

Adi yang berjalan ke arah meja makan yang melihat Nina beberapa kali kepalanya hampir terbentur meja makan karna kantuk langsung memukul kepala Nina.

"Apa'an sih mas " dengus Nina kesal

"Kalau masih ngantuk tidur sono dikamar jangan di meja makan"

"Gak mau aah, takut aku di kamar sendirian"

"Yaudah sana di kamar Pak RT biar ada temennya"

"Hahahahaha" Nana dan Ratih langsung tertawa ngakak mendengar ucapan Adi

"Masih mending kamu bisa tidur sedikit-sedikit, sedangkan aku semalaman gak tidur sama sekali" lanjut Adi

"Sama aku juga gak bisa tidur semalaman" Nana menimpali

"Emang kalian pikir aku juga tidur ? Mata aja yang merem tapi sebenarnya gk tidur"jawab Nina sinis

"Mana ada ? Orang kamu dari sore udah tidur gitu, masih mendingan lah daripada kita semalaman gak tidur "

" Iya, belum lagi di gangguin hantu dan lihat penampakan hiiii....serem !" Seloroh Nana

"Ngapain sih ngingetin,gini kan aku jadi takut mau berangkat ke kandang "

"Ngapain sih takut, orang udah mau pagi bentar lagi juga terang " ucap Sinta
dengan dua piring makanan di tangan kanan dan kirinya.

*****

Setelah pulang dari Pasar Sinta langsung bergegas mandi ,setelah mandi di panggilah Ratih

"Gimana Rat , udah dapat info dari temen kamu gak ?

"Udah bu, kata temenku di suruh lansung ketempatnya aja, ntar di bantu cari orang pintarnya soalnya itu orang selalu berpindah pindah tempat"

"Semoga aja kita ada jodoh biar di pertemukan dengan orang itu dan Bapakmu cepat sembuh" ucap Sinta dengan mata berkaca-kaca

"Tapi Bapak mau kan bu ? "

"Mau gak mau kita harus tetap berangkat , kan ini demi kebaikan dia juga "
 
"Yaudah kalo gitu, aku ta siap-siap dulu"

Beberapa menit kemudian mereka sudah siap untuk berangkat, namun sayangnya Adi masih tak kunjung datang. Beberapa kali Sinta mencoba menghubungi anak sulungnya tersebut namun tidak ada jawaban. Pikirannya pun mulai berkecamuk takut terjadi sesuatu dengan anaknya mengingat semalam anaknya kurang istirahat, ia takut anaknya mengantuk saat sedang berkendara atau terjadi hal lain yang mencemaskannya.

Ditengah kepanikan Sinta tiba-tiba dengan santainya Adi datang dengan membawa 2 buah kantong plastik hitam di tangan kanan dan kirinya.

"Kamu dari mana aja, ibu telpon udah ribuan kali gak kamu jawab "

"Tadi aku habis pulang kerumah mau ambil baju terus ketiduran, pas ibu telpon tadi aku lagi nyetir motor Hp ku ada di dalam tas jadi gak dengar "

"Oalah , yaudah kalau gitu buruan berangkat "

Sepanjang perjalanan hati Sinta gusar, ia terus berdoa dan berharap agar perjalanannya ini tidak sia sia dan bisa menemukan orang pintar itu. Ia sangat berharap agar suaminya bisa sembuh dan sehat seperti dulu lagi.

Sesampainya di lokasi yang di tuju mendadak tubuh Sinta mulai terasa lemas. Ia merasa ada yang tidak beres dengan tubuhnya seakan seperti ada yang bergelayut di tubuhnya hingga ia terlalu berat untuk melangkahkan kakinya keluar dari mobil.

Rupanya sudah ada pemuda tinggi kurus berambut gimbal yang menanti kedatangannya. Pemuda itu nampak heran dengan gerak gerik Sinta yang sepertinya berat sekali keluar dari dalam mobil.

"Bu, ayo sini turun " teriak Ratih memanggil ibunya

"Mungkin ibu kamu takut kali denganku"

"Ah masak sih, engaklah aku da jelasin ke ibu tentang penampilan kamu kok" sangkal Ratih sembari berjalan mendekati ibunya

"Ayo bu keluar biar ibu bisa bincang sendiri sama temenku , ngapain ibu di dalam mobil terus "

Sinta terus berusaha mengerakkan tubuhnya yang terasa sangat lemas hingga keringat dingin mulai membasahi keningnya.
Hingga pada akhirnya ia bisa mengerakkan tubuhnya dan keluar dari dalam mobil.

Dan setelah keluar dari mobil Sinta langsung bicara dengan pemuda itu untuk segera membantunya menemukan orang yang dia maksud. Merekapun di suruh menunggu beberapa saat untuk mencari orang pintar tersebut, mengingat orang itu selalu berpindah pindah tempat dan terus saja berkeliling tanpa ada yang tau tujuannya. Untungnya pemuda itu sudah antisipasi dengan mengerahkan teman2nya untuk mencari informasi keberadaan orang pintar terserbut.
Dengan cepat Pemuda itu menstater motor tuanya yang mengeluarkan suara yang amat bisinglalu berlalu meninggalkan mereka.

Kurang lebih 30 menit Menunggu akhirnya Pemuda itu menelpon Ratih dan menyuruh Ratih dan keluarganya menunggu di bawah pohon bambu yang terletak di sebrang sungai yang letaknya kira kira 50km dari tempatnya parkir. Mobil merekapun melajuh dengan cepat membawa Pak Sholeh yang mulai merintih kesakitan.

Sepanjang perjalanan, Ratih terus mengarahkan matanya keluar Jendela kaca Mobil tersebut. Setiap Jalan, Rumah, Kendaraan dan juga pepohonan yang ia lewati Ratih perhatikan agar bisa mengingatnya saat mungkin suatu hari ia butuh kembali ketempat ini lagi.

Ratih duduk Di bawah pohon bambu yang kebetulan ada semacam ranjang kayu dibawahnya. Mata Ratih mulai mengantuk ketika angin bertiup semilir menembus pori porinya. Suasana yang teduh dengan suara aliran sungai di belakangnya sungguh seakan menyirep matanya.

"Asalamualaikum...!" Seru suara asing yang begitu teduh.

Pelan-pelan Ratih mengangkat kepalanya melihat ke arah sosok suara yang mengucapkan salam tersebut.

"Wa'allaikumsalam..." jawab Ratih hampir bersamaan dengan Sinta.

Seorang Pria berusia sekitar 50an tenggah berdiri dihadapan mereka dengan membawa sebuah tongkat unik dengan ukiran kepala singa di ujung pangkalnya yang digunakan pria itu untuk berjalan padahal pria itu masih bisa berdiri dengan tegap. Sedangkam di samping kirinya berdiri seorang pemuda kurus dengan rambut gimbalnya yang khas yang tak lain adalah teman Ratih.

Pria itu tersenyum sambil mengangguk anggukkan kepalanya.

"Kenapa Bapaknya tidak ikut keluar?" Tanyanya kemudian.

Sinta dan Ratih saling melirik satu sama lain seakan memberi kode bagaimana Bapak itu bisa tau kalau ada Bapaknya di dalam mobil. Atau jangan jangan Albert sudah memberi tau tentang tujuan mereka kesini untuk kesembuhan Bapaknya.

Santet Pring SedapurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang