Sosok menyerupai Adi

1.5K 76 0
                                    

"Mbak , bangun . Kamu kenapa?" Tanya Nana

Ratih hampir tak mampu mendengar suara Nana. Kepalanya terasa berat. Tapi ia berusaha membuka mata.
Menatap langit-langit rumah . Ratih bangun dari posisinya, melihat sekelilingnya .

"Maaf mbak, tadi tak tinggal sebentar."

"Apakah aku pingsan? Lalu kemana perginya hantu wanita itu. " Pikirnya tanpa memberitahukan Nana.

Ia meraba lehernya dan itu masih terasa sakit, apalagi untuk bergerak. Perihnya semakin terasa.

Beberapa orang masuk ke dalam. Menanyakan bagaimana kondisi Ratih Terutama ibu Bella, beliau terlihat sangat sedih dan khawatir. Sudah kelingan Adi, ditambah kondisi Anaknya yang pingsan berkali kali, serta Sinta yang menangis histeris dan sekarang di tambah lagi Ratih pingsan seperti ini.

"Ratih, apa kamu sudah enakan nduk? Kamu kenapa? " Suara Ibu Bella bergetar. Sesekali ia mengusap air matanya yang membasahi pipinya.

"Budhe, aku gak apa-apa kok. Ayo Na...kita kembali ke depan. Jangan lama-lama disini " Ucap Ratih menyeret Nana.

Ibu Bella mengikuti dari belakang takut Ratih masih lemah dan akan jatuh pingsan lagi.

Di ruang tamu, selain jenazah Adi yang masih bersemayam. Orang-orang pun menatap keluarga Sinta pilu. Melirik jam di dinding, dan hujan belum reda. Para pemuda kampung yang mengambil perlengkapan jenasah pun belum kembali.

"Kok lama banget ya, Pak ?" Tanya Suami mbk Nur pada Bapak Bella.

Beberapa dari mereka mulai panik karna para pemuda itu masih belum kunjung datang, sedangkan hujan sudah mulai reda.

Suami Mbk Nur menyarankan untuk menyuruh orang menyusul mereka, namun baru saja orang yang mau menyusul mereka hendak berangkat. Sebuah motor berhenti di depan Rumah dan membuat orang-orang merasa lega.

Baju mereka basah kuyub, mereka semua lalu masuk kedalam rumah membawa berbagai perlengkapan jenasah.

"Maaf Pak, tadi motornya mogok, gak tau kenapa ngak mau menyala." Ujar Yudi sambil memeras bajunya yang basah sebelum masuk Rumah.

Proses pengurusan dan pemakaman jenasah pun segera di lakukan. Sepanjang Proses itu Keluarga Pak Sholeh terus saja menangis dan saling menguatkan meskipun mereka semua sama-sama rapuh dan berderai air mata.

*****

Saat kembali kerumah usai pemakaman Adi, Ratih berniat melaksanakan Sholat Magrib. Ia melangkah ke kamar mandi yang terletak di sebelah dapur, ia menyalakan kran air namun entah kenapa tiba-tiba air kran itu macet.

Setelah beberapa kali menyalakan Kran air, akhirnya kran itu menyala dan dia pun langsung berwudhu tidak terlalu lama, selesai berwudhu Ratih bercermin sebentar melihat dirinya sendiri yang nampak begitu payah.

Tak lama setelah itu ia keluar dari kamar mandi dan segera masuk kesalah satu kamar di Rumah Adi untuk melaksanakan Sholat Magrib. Ratih mulai memakai mukena dan memulai sholat nya dengan khusyu. Suasana rumah Adi usai pemakaman nampak hening, sebagian tetangga dan pelayat sudah pada pulang. Sudah tidak terdengar lagi suara isak tangis , hanya ada suara beberapa orang yang mengobrol dengan lirih.

Tiba-tiba saja hati Ratih gundah tanpa sebab, keheningan itu terpecah dengan suara langkah kaki .

Suara langkah kaki terdengar mendekati kamar yang ia gunakan untuk Sholat, pintu kamar terdengar terbuka dari belakang, Ratih merasakan seseorang berjalan masuk kedalam kamar itu, Tidak ada yang aneh karena ada beberapa orang dan kerabat yang masih tetap tinggal.

Saat rukuk di rakaat ke 3, Ratih melirik kearah ranjang melihat sepasang kaki sedang duduk diam.

Saat tahiyat akhir, perasaan nya benar-benar kacau, rasa gundah dan takut bercampur aduk, karena kaki itu sedari tadi hanya diam .

Ratih menolehkan kepala nya ke kanan memberi salam

"Assalamualaikum warrahmatullah"

Mata nya terbelalak, ia tidak melihat siapa-siapa di atas ranjang . Jantung nya berdetak kencang tidak karuan, ia menutup mata nya dan menoleh ke kiri mengucapkan salam dengan terbata-bata karena ketakutan. Ia tidak ingin melihat ada apa di sisi kiri nya, selesai memberi salam Ratih menoleh kedepan dan membuka mata nya.

" Raaaa....tih..!"

Sesosok orang menyerupai Adi tepat berada di hadapan nya, dengan bola mata yang hitam, dan kulit yang pucat.

"ALLAH HUAKBAR!"

"ALLAH HUAKBAR!" teriak Ratih saking terkejutnya.

Sosok itu tidak hilang, dia masih berdiri di depan Ratih menatap nya lurus dengan senyumannya yang mengerikan . Ratih tidak bisa bergerak! Tubuh nya membeku saking terkejutnya dengan apa yang ia lihat, sosok yang menyerupai kakaknya mulai berdiri sembari mengulurkan tangannya.

Ratih tidak tahu apa yang ada di hadapan nya ini, apakah ini Jin atau arwah Adi atau semacam halusinasi nya saja?.

Disaat berpikir keras, sosok itu melirik kearah Ratih.

"Hihihi, Rat , ini aku , Adi" sosok itu tertawa lalu dia jongkok di depan Ratih dan mendekatkan wajahnya.

"K-kamu siapa!?" bentak Ratih setelah diam membeku.

Dia nampak terkejut dan kembali berdiri, melihat kearah lain

"Aku mas mu, aku Adi ? Hihihi !" jawab sosok itu masih tertawa.

"PERGI KAMU !" bentak Ratih lagi.

Bentakan nya kali ini lebih keras dan penuh emosi. Ia sudah tidak lagi takut tapi marah karena mahluk itu datang menyerupai Adi.

Sosok itu melirik kearah Ratih, dan tertawa

"HIHIHIHI.....!"

Kemudian makhluk itu menghilang.
Pada saat makhluk itu menghilang, Ratih memegangi dada nya, jantung nya rasanya akan lompat keluar ketika terkejut tadi. Ia melirik kearah pintu karena kamar yang ia gunakan untuk Sholat itu berhadapan dengan kamar mendiang Adi.

Kamar itu nampak gelap dan ia dapat melihat sosok yang menyerupai Adi mengintip dari balik pintu menyeringai, menyembunyikan tangan kanan nya.

Ratih menyipitkan mata nya untuk melihat lebih jelas

"Pegang apa dia?"ucap Ratih dalam hati menyelidik, dan karena tidak terlihat Ratih mencoba mengabaikannya dan membereskan alat sholatnya.

Ratih beranjak keluar kamar sambil melirik kembali kearah kamar Adi. Makhluk itu masih berdiri disana tapi kini tangan kanan nya tidak lagi di sembunyikan. Ia mempercepat langkahnya dan sosok itu hendak mengikutinya.

Mengetahui ia akan di ikuti Ratih menghentikan langkahnya dan berbalik menendang pintu hingga tertutup kencang, membuat rumah yang tadinya hening mencadi ricuh karna orang-orang pada kaget.

Jantung Ratih kembali berdetak kencang, tubuh nya berkeringat saking tegang nya, dari luar orang-orang pada menanyakan apa yang terjadi dan beberapa orang juga datang menemuinya untuk bertanya langsung kepadanya apa yang terjadi.

Ratih mencoba untuk tenang , ia menjelaskan kalau ia tidak sengaja menutup pintu terlalu keras.

Suasana kembali hening setelah Ratih memberi penjelasan dan beberapa dari mereka juga menasehati Ratih untuk lebih berhati-hati lagi karna suasana di rumah sedang berduka.


Santet Pring SedapurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang