Bengkak

3.1K 143 5
                                    

Sejauh ini luka yang di alami Pak Sholeh cukup baik-baik saja dan tak mengalami perubahan apapun.

Sampai suatu ketika Sinta bermimpi melihat ular yang sangat besar masuk kedalam kamarnya dan melilit tubuh suaminya.
Ular itu bahkan hendak memakan Suaminya, hingga Sinta terbangun setelah mendengar tangisan Varo.

Tepat menginjak hari ke 40 setelah tangan Pak Sholeh menghitam tiba-tiba saja ketika bangun tidur jari sampe pergelangan tangan Pak Sholeh membengkak.

Rasa sakit yang menderu-deru pun tak tertahankan lagi.

Pak Sholeh berteriak histeris sampe membuat seisi rumah menjadi kacau.

"Aduuuuuhhhh, sakiiitttt.....!!!"

"Sakiiiiit sekaaaalii tuhaaaann....!"

"Aduuuuuhhhhh.....!!!"

Rintihnya sembari memegangi tanganya yang membengkak dan mulai menghitam.

Sinta berusaha menelpon Adi putra sulungnya yang tinggal di kota lain, untuk segera datang ke Rumah dan membawa Ayahnya ke Rumah Sakit.

Kurang lebih satu jam kemudian Adi berserta anak dan istrinya datang.

"Ada apa bu, kok bisa begini ?" Tanya Adi yang melihat kondisi Ayahnya yang menyedihkan.

Sinta terisak menahan tangis sambil menceritakan kronologi kenapa tangan Ayahnya bisa seperti itu.

"Gak mungkin ini cuma kena tulang bu" Adi masih tak percaya dengan kronologi yang di ceritakan ibunya.

"Udah, jangan ngomong mulu.
Cepetan itu Bapak di bawah kerumah sakit " Seloroh Nana yang udah tidak tahan lagi melihat kengerian yang di alami Ayahnya.
.
.
.
.
Sampai di Rumah Sakit Dokter melakukan beberapa pemeriksaan dan menanyai beberapa hal, dan dari hasil pemeriksaan yang di lakukan , Sang Dokter tak menemukan penyakit apapun dalam diri Pak Sholeh.

Cuma masalahnya, kenapa tangan Pak Sholeh bisa sampe bengkak parah begitu ? Bahkan Dokter pun ikut di buat binggung.

Jika luka awalnya hanya sebuah tusukan Tulang kenapa bisa sampai separa ini.

Maka Dokter pun menyarankan untuk melakukan pembedahan .
.
.

Pembedahan pun segera dilakukan setelah mendapatkan ijin dari Adi dan Pak Sholeh.

Sungguh sulit di percaya, mata Adi terbelalak melihat apa yang di keluarkan Dokter dari pergelangan tangan Pak Sholeh.

Sebuah cairan hitam keluar dari luka bedah Pak Sholeh, Cairan itu hampir mirip seperti bisa racun. Warnanya hitam kehijau-hijaun.

Dokter menekan-nekan tangan Pak Sholeh, berupaya agar cairan aneh itu keluar semua dari dalam tangan Pak Sholeh.

"Apa Bapak pernah di gigit ular ?" tanya Dokter dengan memincingkan sebelah matanya ke arah Pak Sholeh

Pak Sholeh hanya mengelengkan kepalanya sambil menahan sakit .

Dokter itu nampak binggung dengan apa yang terjadi pada Pak Sholeh sampai beberapa kali ia mengerutkan keningnya , mencari jawaban atas apa yang sebenarnya terjadi.

Tiba-tiba Sesuatu yang menganjal Dokter temukan di pembedahanya. Sebuah benda kecil yang memanjang.

Dokter itu perlahan menarik benda itu keluar dengan mata melotot hampir tak mempercayainya.

Bagaimana benda yang seperti benang itu ada dalam tubuh pria ini ?.

Bagaimana cara benda itu masuk ?.

Adi yang melihatnya pun langsung histeris.

"Pak tolong tenangkan diri anda, jika anda tidak kuat melihatnya lebih baik anda keluar"

"Iya Dok, maaf !" Adi pun bergegas keluar dan memanggil ibunya untuk mengantikannya menemani Ayahnya.

Mata Adi mulai memerah, ia hampir tak percaya dengan apa yang baru saja di lihatnya.

Jika saja ini bukan tempat umum, mungkin ia sudah tak mampu lagi menyembunyikan air matanya.
.
.
.
Kali ini Sinta yang mendampingi Pak Sholeh, raut wajahnya terlihat sangat cemas.

Ia menoleh ke arah suaminya yang terlihat pasrah sambil menahan rasa sakit.

"Astagfirullahhaladzim....! Apa ini ?"

Dokter itu hampir tak percaya dengan apa yang ia temukan.

"Ya allah Dok apa itu ?"
Sinta ikut histeris , air matanya langsung mengalir begitu saja.

"Udah bu, tenang tidak apa-apa"

"Hick....hick....hick..." Sinta hanya menjawab sang dokter dengan isakan.

"Sepertinya ini gak wajar bu, sebaiknya ibu konsultasikan suami ibu ke orang yang lebih ngerti "

"Apa salah suami saya Dok, sampe orang tega berbuat begini sama suami saya, hick..."

"Sabar bu, semua pasti ada jalanya.
Ini saya ada kenalan ,dia dulu juga mantan dokter di era'45 . Beliau ini juga tau hal klenik yang seperti di alami suami ibu, mungkin saja jodoh bu" Dokter iku menyodorkan sebuah kertas berisikan alamat lengkap beserta nama dan no teleponnya.
.
.
.
"Gimana bu?" tanya Adi cemas menunggu kabar tentang Ayahnya.

"Ayo kita pergi ke alamat ini " tanpa menjawab pertanyaan putranya , Sinta menyodorkan sebuah kertas pemberian Dokter bedah tadi .

"Kemana bu ?" Adi masih binggung tak mengerti.

"Sudah ayo cepetan, nanti ibu jelaskan".

Kali ini Adi tak dapat berkata apa-apa lagi , ia pun menuruti kata ibunya menuju alamat yang tertulis di selembar kertas itu.

Dalam perjalanan Sinta terus saja menangis sambil memeluk suaminya yang tengah tertidur.

" Sebenernya ada apa sih bu ?" tanya Adi cemas bercampur penasaran.

Sinta membasuh air matanya, masih dengan suara parau ia menjawab pertanyaan Putra sulungnya.

"Ada orang yang gak enak hati sama Bapakmu "

"Gak enak hati gimana ?"

"Ibu juga gak tau, tapi niatnya itu gak baik"

" Bapak itu emang pernah berbuat salah sama siapa ? Setauku Bapak itu orangnya pendiem gak neko-neko, suka nolongin orang lain juga dan gak pernah punya masalah sama siapapun."

"Lha itu ibu juga gak tau, namanya juga orang syirik"

"Kok ibu bisa nyimpulin gitu sih ?

"Kalo ibu gak lihat dengan mata kepala ibu sendiri, ibu juga gak akan percaya , toh kamu juga lihat kan? Apa yang dokter temuin di tangan Bapakmu ?"

Adi mengangguk tanda mengerti, sesekali ia melirik ke belakang melihat Bapaknya melalui kaca spion.

"Setelah uraian benang dokter keluarkan dari tangan Bapakmu, ada ular kecil yang keluar tapi ularnya udah mati hick...." Sinta kembali mengalirkan air matanya ketika bercerita ia kembali mengingat ketika dokter mengeluarkan mahluk kecil yang seperti cacing besar itu.

Ternyata mahluk itu sebuah bayi ular yang telah mati.

Pantas saja Suaminya begitu kesakitan, mungkin saja dagingnya di gerogoti oleh ular tersebut.

Sinta masih tidak habis pikir, orang mana yang sudah begitu tega mencelakai suaminya. Sedangkan selama ini ia merasa memang suaminya tidak memiliki masalah apapun dengan orang lain.

Lagi pula suaminya selalu baik pada setiap orang dan tak segan-segan membantu orang yang kesusahan .

Ia merasa sangat marah dan hatinya begitu dongkol, ingin rasanya ia mencabik cabik orang yang sudah begitu tega mencelakai suaminya, tapi untuk saat ini ia hanya bisa berharap ada jalan untuk kesembuhan suaminya. Lagipula ia sendiri juga tidak tau siapa orang di balik semua ini.

Sinta hanya bisa terus berdoa dan berharap agar keluarganya yang lain baik-baik saja.

Semoga saja kebiadaban orang tersebut berhenti hanya pada suaminya dan semoga saja suaminya segera sembuh dari kesakitanya yang tak wajar.












Santet Pring SedapurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang