Mencari Daun Kelor

2.4K 122 0
                                    

Langit baru saja memunculkan sinar mentari tapi Ratih sudah berada ditengah ladang yang banyak sekali ditumbuhi rerumputan, sepertinya ladang itu sudah lama tidak di gunakan.

Ratih menyusuri jalan setapak yang ditumbuhi ilalang yang tingginya hampir mencapai tinggi badannya, ia menghela nafas panjang, menoleh kekiri dan kekanan berharap menemukan seseorang disana. Padahal menurut info salah satu temannya disekitar sini ada satu tumbuhan pohon kelor, tapi sudah hampir 30 menit Ratih mencari tak kunjung menemukannya juga. Mungkin karna rerumputan yang tinggi membuat pandangan Ratih terhalang hingga sulit menemukan letak pohon tersebut.

Tempat itu benar-benar sepi, mungkin sudah sangat lama sekali tidak ada manusia yang datang kesini, nyali Ratih mulai menciut takut akan ular dan berbagai mahluk liar lainnya, tapi demi kesembuhan Bapaknya apapun yang terjadi ia harus menemukan pohon kelor tersebut. Dengan sangat hati-hati Ratih berjalan menyusuri padatnya ilalang di kiri kanannya, tak luput juga matanya sangat waspada memperhatikan kesekelilingnya ,takut ada binatang berbahaya atau sesuatu yang ditakutinya.

Sesaat Ratih menghentikan langkahnya , ia mulai merogo saku celananya dan mengeluarkan ponselnya untuk menelpon Radit teman yang memberi infomasi kalau di tempat ini masih terdapat sebuah pohon kelor , baru saja ia memencet tombol ponselnya.
tiba-tiba terdengar suara ilalang berbisik seperti ada yang melewatinya

Sreeeekkk...

Terdengar suara semak belukar disekelilingnya itu seperti terinjak seseorang , Hati Ratih mulai berdengup, nyalinya semakin menciut antara meneruskan pencariannya atau berhenti dan kembali pulang.

SREEEK......KRRAAAAKK...

Suara itu seakan semakin mendekat kearahnya, Ratih berusaha menenangkan dirinya. Tiba-tiba angin sejuk berhembus seakan meniup dirinya. Ratih hampir saja hendak berlari ketika ada sesuatu yang menepuk pelan hingga membuat bulu kuduknya merinding . Spontan Ratih berbalik dan hendak berlari kembali pulang , namun betapa terkejutnya ia melihat seseorang yang ada di belakangnya.

"Radit ?"

"Hmm, "

"Kamu ngagetin aja sih" dengus Ratih kesal mengusap keringat dingin di keningnya

"Maaf "

"Lah kok kamu disini bukanya kamu kerja masuk pagi mangkanya gak bisa anterin ?"

"aku tukar Shift sama temanku biar bisa nemenin kamu cari daun kelor "

"Owh, syukurlah kalo gitu aku dari tadi cari muter-muter gak ketemu pohonnya"

"Sini ikuti saya"

Tidak seperti biasanya Radit terlihat tenang dan tidak terlalu banyak bicara membuat Ratih sedikit binggung dengan sikap Radit hari ini karna biasanya dia itu suka ngelawak dan ngajak bercanda , tapi sudahlah Ratih tak mau terlalu jauh memikirkan hal itu, mungkin saja hari ini Radit lelah dan masih mengantuk.

Ratih berjalan dibelakang Radit menyusuri jalan setapak yang di penuhi banyak rerumputan liar. Sudah lama Ratih hidup di kota ini tapi baru kali ini dia tau kalau ditengah padatnya rumah-rumah penduduk ternyata masih ada lahan kosong yang tak terurus seperti tempat ini. Mungkin tempat ini dulunya adalah persawahan tapi entah apa sebabnya sampai tak terurus seperti ini padahal mungkin masih bisa di rupiahkan dan di kavlingkan jika memang sudah tidak dibuat untuk berladang lagi.

Ah sudahlah, ini bukan saatnya memikirkan hal tidak berguna seperti itu, toh lagi pula tempat ini bukan miliknya, yang terpenting saat ini adalah mencari daun kelor untuk kesembuhan Bapaknya. Pikirnya

BRAAAK...!

Pemuda jangkung itu tiba-tiba menghentikan langkah kakinya membuat Ratih menabrak tubuh pria jangkung itu.

"Ih, Radit apa an sih " dengus Ratih kesal

Tanpa menjawab pertanyaan Ratih pemudah jangkung itu mengangkat salah satu tangannya dan menunjuk kesebuah pohon yang tinggnya kurang lebih 4 meter.

Ratih mendongak keatas , sudut bibirnya mulai sedikit terangkat, prasaan kesalnya kini mulai berubah senang. Ia pun tersenyum menatap Radit yang dibalas dengan tatapan tanpa expresi.

Aneh benget sih nih anak tumben banget berlaga sok pendiam padahal aslinya juga konyol, tapi ya sudahlah yang penting sekarang aku sudah menemukan pohon kelor ini ( batinnya )

"Akhirnya ketemu juga" ucap Ratih senang

Ia pun langsung memanjat pohon itu di awasi oleh Radit dibawah yang tanpa sepatah kata pun. Setelah dirasa cukup  Ratihpun mengajak Radit untuk pulang tapi Radit menolak dengan alasan katanya dia masih ada keperluan jadi Ratih di minta untuk pulang duluan.
Ratihpun tak terlalu memperdulikan akan hal itu, karna baginya yang terpenting sekarang dia sudah mendapatkan apa yang sudah dia cari. Ia pun segera pamit pada Radit untuk pulang duluan karna ia juga harus bersiap berangkat kerja.

Ketika sudah hampir keluar dari rimbunnya semak belukar tempat tersebut, tiba-tiba ponselnya berdering. Ia mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celananya dan melihat kelayar Hape nama yang muncul di panggilannya.

"Radit ! ngapain sih tuh anak , tadi di ajak pulamg bareng gak mau sekarang telpon" gumamnya

Dia menekan layar ponselnya dan mengangkat panggilan telpon tersebut.

"Halo rad,  ada apa km tersesat  kah ?" Jawab Ratih dengan nada mengejek

" Tersesat gundulmu, gimana udah ketemu pohon kelornya ? "

Seketika Ratih tertegun mendengar jawaban Radit , ia menghentikan langkahnya sesaat lalu menoleh kebelakang yang di penuhi rerimbunan semak belukar

"Rad, jangan bercanda " kali ini suara Ratih mulai terdengar pelan.

"Bercanda apa an ,aku tuh baru sampe tempat kerja kepikiran kamu takut gak bisa nemuin Pohon kelornya "

Ratih menelan ludah, menenangkan hatinya sesaat  kemudian langsung lari tungang langgang sampai ditempat yang sudah ada beberapa rumah warga barulah ia menghentikan langkah kakinya.

Dengan nafas tersengal-sengal ia melihat lagi latar ponselnya , dan panggilan Radit masih berjalan

"Halo Radit ? "

"Ngapain sih kamu ngos-ngosan ?"

"Serius kamu udah di kerjaan ?"

"Iyalah ngapain aku bercanda, kalo gak percaya ini ngomong sama Sari "
( Sari adalah teman satu kantor Radit )

"Terus yang sama aku tadi siapa ?"

"Maksudnya ?"

"Dit , serius aku tanya kamu skali lagi, beneran kamu tadi gak nemuin aku dulu ?"

"Beneran lah , kan kamu tau sendiri masuk kerjaku jam 7 pagi mana sempet aku nyamperin kamu di kebon"

Mendengar penjelasan Radit , Ratih terdiam, tubuhnya mulai terasa gemetar.

"Halo....rat...haloo...."suara di ujung ponsel itu memanggilnya.

"Rat...kamu kenapa..."suara Radit terlihat semakin cemas di ujung ponsel itu

"Halo rad, aku pulang dulu ya " jawab Ratih lemas mematikan ponselnya.

Padahal dia sangat yakin kalau orang yang membantunya menemukan daun kelor itu adalah Radit. Muka dan postur tubuhnya terlihat sangat mirip dengan Radit tidak ada yang berbeda sedikitpun. Hanya saja cara bicara dan sikapnya yang pendiam yang membedakannya.
Tapi kalau di ingat lagi wajah Radit saat itu memang terlihat sedikit pucat.
Ratih mencubit kedua pipinya

"Aouwh...sakit " ia mengelus kedua pipinya.

Matanya mulai melihat kegenggaman tangannya , daun kelor itu masih ada terlihat masih sangat segar .

Dia sangat yakin kalau ini bukanlah mimpi atau halusinasinya saja, tapi siapa pria yang membantunya tadi ?

Pikirannya terus bertanya-tanya disepanjang perjalanannya pulang menuju rumah, entah dia manusia atau bukan paling tidak dia telah membantunya menemukan pohon kelor yang dia cari.
Hanya saja kenapa wajahnya begitu mirip dengan Radit ?

Santet Pring SedapurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang